IA Scholar Foundation kembali menggelar kegiatan belajar bersama dalam menembus jurnal Scopus. Kali ini lembaga yang didirikan oleh Prof. Dr. Irwan Abdullah tersebut pada 12 Juni 2023 lalu melaksanakan kegiatan Academic Writing Series 2023: Breaking Barries in Writings & Publishing Journal Articles dengan topik: Formula Isu/Masalah Menemukan Ide dan masalah Penelitian Sesuai "Selera Jurnal." Hadir sebagai narasumber utama Prof. Dr. Irwan Abdullah yang didampingi oleh Dr. Hasse Jubba, MA selaku Director of IA Scholar.
Berikut ini merupakan notulensi dari kegiatan tersebut yang disampaikan oleh Prof. Irwan Abdullah:
Memutuskan topik penelitian menjadi penentu nasib dari artikel jurnal yang telah ditulis, akankah ditolak ataukah diterima. Oleh karena itu, harus dipahami bahwa menulis bukan saja sekedar keinginan dari kita namun juga harus bisa menyinkronkan dengan selera (pemilik) jurnal. Dengan demikian, penulis diharapkan menemukan ruang bersama yang memiliki waktu untuk saling belajar. Prof. Irwan Abdullah merasa apresiatif seperti bapak Herlambang yang menyempatkan diri untuk bergabung di ruang belajar kali ini dari tanah suci Makkah.
Kegunaan ruang belajar bersama bertujuan agar kemampuan menulis tidak bersifat eksklusif. Artinya keahlian menulis hanya dimiliki sebagian orang yang cenderung elitis. Prof. Irwan Abdullah memberi contoh seperti bapak Safarudin dari Bone yang bersabar dalam menulis. Kemampuan menulisnya Pak Safarudin dari IAIN Bone merupakan contoh yang bagus sangat produktif dengan kesabaran dalam menulis. Memang kemampuan menulis lahir dari kesabaran  dan pasti ada masanya untuk bisa dipetik hasilnya
Mengapa dimensi topik penelitian perlu dikaji? karena ada sebuah fenomena seorang peneliti atau dosen ketika dia diangkat pertama kali menjadi dosen sampai dia pensiun, topik penelitian yang diangkat hanya itu-itu saja. Seakan-akan dunia tidak berjalan. Dia terlalu mapan di situ. Ada semacam kemandegan. Ada pula disertasi yang dengan topik penelitian yang mengulangi disertasi kakak kelas sebelumnya. Ini artinya topik penelitian belum selesai dibahas secara tuntas. Dalam pertemuan kali ini diorientasikan agar sahabat IA Scholar mengerti dari mana topik penelitian diberangkatkan, apa saja yang perlu diperhatikan dalam menyusun topik penelitian dan hingga sampai pada kemampuan untuk bisa memformulasikan topik penelitian dengan baik.
Salah satu kelemahan mendasar yang dialami dalam menyusun topik penelitian adalah tidak mengetahui peta atau teori masalah besar yang menjadi minat keilmuannya. Padahal Dengan memahami peta besar dari ruang lingkup keilmuannya akan mendapatkan ide yang terbaik dalam menulis. Oleh karena itu, perlu dilakukan orientasi dan reorientasi research. Tujuannya untuk mengetahui wilayah penelitian mana yang bisa dimasuki. Dengan berbekal memahami peta besar masalah penelitian akan memberanikan penulis untuk memutuskan teori yang digunakan. Apakah tulisan artikelnya bersifat akademik ataukah policy oriented (kebijakan). Karakter Tulisan artikel jurnal yang berorientasi kepada kebijakan ditulis sebagai jawaban atas adanya satu kebijakan yang telah diterapkan. Dapat pula ditulis untuk memformulasikan kebijakan. Bukan sekedar debat akademik.
Contoh yang bisa disebutkan antara lain: Pertama, ketika kita meneliti teKS kitab tua atau klasik di pondok pesantren, apa boleh meneliti kitab tersebut? Jawabannya adalah tidak boleh, ketika yang diteliti seputar deskripsi dari kitab tersebut. Aspek yang menarik dan bisa teliti dari kitab tersebut adalah kontroversi dari isinya. Kedua, dalam penelitian buku teks bahasa Indonesia yang sebenarnya netral, dapat diteliti ketika mengandung kata-kata kontroversi. Misalnya, kata-kata yang mengandung bias gender dalam buku teks bahasa Indonesia. Ketiga, dalam penelitian buku teks sejarah bisa diteliti tentang ketimpangan yang terjadi dalam mengidentifikasi aktor-aktor yang pembuat sejarah yang lebih didominasi pria daripada wanita. Keempat, dalam penelitian mengenai maulid nabi di berbagai suku misalnya Banjar maupun Aceh. Bahkan dalam tradisi orang Aceh disebutkan maulid nabi merupakan bulan yang sangat tepat untuk memberi makan anak yatim. Adapun aspek yang diteliti, bukan mengenai tata cara perayaan maulid nabi tersebut di berbagai melainkan transformasi yang terjadi dalam perayaan maulid nabi tersebut. Dengan demikian menempatkan posisi tulisan kita di dalam konteks peta besar kiriman yang kita dalami akan mengantarkan pada dimensi research gap. Berdasarkan hal tersebut, research gap yang terbentuk merupakan konsep atau ide baru yang belum cukup untuk diteliti.
Menemukan kesenjangan penelitian (research gap) dalam bidang kependudukan. Sebagai contoh kita bisa menyusun ilmu proyeksi penduduk Indonesia tahun 2050. Misalnya studi pendidikan untuk memproyeksikan situasi kurikulum Merdeka belajar 10 tahun ke depan. Tulisan ini dibuat untuk melihat wajah pendidikan di Indonesia berdasarkan artificial intelligence 10 tahun kedepan. Tulisan seperti ini sangat sulit ditolak oleh para pengelola jurnal. Karena tidak memiliki saingan dan dinilai sangat penting. Apabila kita merujuk pada sejarah, keberadaan artificial intelligence sama seperti ketika ada penolakan terhadap kalkulator pada zaman dahulu. Kalkulator dinilai haram karena berpotensi untuk menjadikan siswa tidak memiliki kemampuan berpikir dalam bidang matematika. Pada saat itu, kita menghitung dengan menggunakan bantuan lidi. Sejarahnya cukup sama antara kalkulator dengan artificial intelligence. Dengan demikian tulisan yang memiliki proyeksi masa depan sangat mungkin diterima oleh jurnal yang tidak punya ruang untuk menolaknya. Dapat disebutkan bahwa tulisan topik penelitian yang ditulis merupakan topik penelitian hari ini. Sangat jarang sekali para penulis jurnal mengajukan topik tulisan yang berbicara masa lalu maupun masa depan.
Menemukan kesenjangan penelitian (research gap) dalam bidang kependudukan. Sebagai contoh
Prof. Irwan Abdullah memberi contoh tulisannya mengenai "Selfism" di mana tulisan tersebut membicarakan Indonesia tahun 2045. Tulisannya sudah terbit pada tahun 2019. Tulisan ini membahas mengenai what's Indonesia looks like di tahun 2045. Artikel seperti inilah yang diharapkan oleh jurnal. Apalagi kalau tulisan tersebut dinilai secara konseptual sangat kuat. Namun apabila tulisan Kita masih berkutat pada tema PERAN, maka dianggap konseptual yang terdapat dalam tulisan bertopik peran tersebut, dinilai sangat ketinggalan. Apabila tema yang diajukan mengenai KONSTRUKSI, maka tulisan kita dianggap mulai ketertinggalan karena sudah mulai digantikan dengan adanya KONTESTASI.