Ulya Himmatin, M.Pd.I merupakan sosok dosen muda, energik dan penuh dedikasi dalam mendampingi mahasiswa menuju kemampuan maksimal yang dimilikinya. Beberapa hari lalu, dosen STAI At-Tanwir Bojonegoro ini berbagi tips mengenai bagaimana menjadi sosok dosen yang mampu membangun sistem perkuliahan yang bermakna dan mampu berkolaborasi dengan mahasiswa secara optimal.
Sebagaimana kata 'I am not a teacher, but an awakener" yang diuraikan Robert Frost bahwa menjadi dosen bukan sosok yang menggurui namun membangkitkan kesadaran, maka menurutnya perkulihan yang baik dibangun dari satu adanya kesadaran yang tinggi bahwa kuliah tidak hanya mengejar gelar, namun merupakan sarana kuat untuk mengembangkan diri. Ini bisa juga kuliah menjadi sumber motivasi besar dalam belajar."Semuanya dibangun atas adanya kesadaran akan pentingnya masa depan," Â jelas dosen yang dikenal ramah.
 Ulya menambahkan, kuliah dibangun dengan cara unik dan menantang melalui proses yang interaktif-edukatif sehingga setiap fase dalam perkulihan dapat dipahami dengan spesifik. Hal Inilah yang menurutnya menjadikan perkuliahan yang bermakna. Perkuliahan akan lebih maksimal bila komunikasi yang terbangun antara mahasiswa dengan dosen didasari atas kualitas emosional maupun akademik yang tinggi sehingga bisa memupuk rasa keikhlasan dan percaya diri. Situasi belajar seperti itulah yang menjadikan perkuliahan di perguruan tinggi berdampak pada peningkatan kualitas diri, empati dan membangun kultur kolaboratif antara dosen dan mahasiswa melalui berbagai kegiatan seperti Kuliah Kerja Nyata Transformatif ABCD 2022 yang diselenggarakan di Desa Siwalan Sugihwaras Bojonegoro.
Penulis: Angga Teguh Prastyo, M.Pd.I., Dosen MPI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H