Enam tahun yang lalu, saat masih berstatus mahasiswa, saya melakukan penelitian kecil-kecilan tentang Keluarga Berencana (KB) sebagai pemenuhan tugas skripsi. Kala itu saya menganalisis strategi komunikasi pemasaran BBKBN dalam mengatasi pola pikir "banyak anak, banyak rezeki". Walau sudah lama berlalu, masih ada banyak hal yang dapat saya ingat dan rasa-rasanya masih sangat relevan hingga kini, termasuk kaitannya dengan topik 'kesehatan reproduksi dan mental remaja Indonesia'.Â
Hal utama yang menjadi sorotan saya saat itu adalah apakah cara-cara yang dilakukan oleh BKKBN untuk mengubah perilaku masyarakat sudah tepat. Apakah papan reklame yang mereka pasang di perempatan lampu merah Kuningan (Jakarta) benar-benar diketahui oleh pengendara yang melintas, apakah orang-orang paham maksud dari iklan pada reklame tersebut, siapa target yang BKKBN tuju dengan menayangkan acara talkshow di televisi pada pagi hari, dan lain sebagainya. Pertanyaan yang kurang lebih sama juga bisa kita ajukan terkait tema 'kesehatan reporduksi dan mental remaja Indonesia', jadi sebetulnya cara-cara apa saja sih yang sudah dilakukan BKKBN dalam hal ini? Dan apakah sudah tepat pada sasaran?
Tantangan yang dihadapi BKKBN, menurut saya, terletak di masa lalu dan masa depan. Yang saya maksud dengan masa lalu adalah pola pikir - pola pikir yang sudah ada sejak dulu dan sulit sekali dihilangkan. Contoh: tabu membicarakan seks, menikah muda adalah hal yang ideal, ataupun pemikiran banyak anak - banyak rezeki. Biasanya pemikiran-pemikiran ini tumbuh di kampung-kampung.Â
Lalu yang saya maksud dengan masa depan adalah perkembangan jaman, khususnya teknologi, yang memungkinkan semua orang dapat dengan mudah mengakses konten-konten yang tidak tepat. Contoh yang paling mudah tentu saja video porno. Kini teknologi tidak lagi dimonopoli masyarakat perkotaan saja, juga bukan hanya "milik" masyarakat berduit saja. Teknologi sudah bergeser menjadi kebutuhan primer masyarkat modern, artinya semua elemen masyarakat dapat merasakan sisi positif dan negatif teknologi. Dan kesehatan reproduksi serta mental remaja Indonesia sangat dipengaruhi oleh kedua hal ini. Masa lalu dan masa depan.
Walau tantangan yang dihadapai terletak di masa lalu dan masa depan, menurut saya, BKKBN harus memanfaatkan kemajuan jaman, dalam hal ini teknologi, dan meninggalkan cara-cara lama. Salah satu contoh yang dapat dilakukan adalah membuat iklan yang menarik dan mudah dicerna, seperti short movie, lalu dibuat viral. Iklan tersebut jangan sampai hanya muncul televisi atau papan-papan di pinggir jalan saja. BKKBN bisa bikin menayangkannya di Youtube, media sosial, bioskop, atau kalau perlu ditayangkan reguler secara wajib di sekolah-sekolah.
Melalui iklan yang ditampilkan di berbagai tempat tersebut diharapkan dapat menjawab tantangan dari masa lalu, yaitu membuat perbincangan tentang seks tidak melulu tabu, sekaligus menjawab tantangan kemajuan dunia digital. Sulit bagi kita untuk mengedukasi anak-anak sejak dini bila perbincangan tentang seks masih dianggap tabu.Â
Lagi pula tabu malah dapat menimbulkan rasa penasaran. Dan tentu melarang anak menggunakan teknologi, lebih-lebih membatasi penggunaan internet, bukanlah sebuah solusi. Orang tua pasti kewalahan untuk terus menerus mengawasi anak-anaknya, dan jangan sampai anak-anak malah gagap teknologi.Â
Peran orang tua atau keluarga tetap menjadi yang paling vital bagi perkembangan anak. Sekolah-sekolah memang sudah rutin mengadakan sex education, tapi tentu kita tahu, pendidikan terbaik berasal dari rumah. Berasal dari keluarga. Mungkin juga sudah saatnya sex education diberikan kepada orang tua-orang tua agar mereka tahu jawaban yang paling pas ketika anak-anaknya bertanya tentang seks, cara yang paling tepat untuk memberikan pendidikan seks di dalam lingkup keluarga, khususnya di tengah-tengah kemajuan teknologi.
BKKBN diharapkan, tidak hanya memberi informasi hal-hal apa saja yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan, tetapi juga membuka jalan terhadap obrolan-obrolan terkait pendidikan seks agar tidak melulu mendekam di pikiran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H