Mohon tunggu...
Anggara Gita Arwandata
Anggara Gita Arwandata Mohon Tunggu... Administrasi - casanova

Tukang Balon di IG @nf.nellafantasia dan perakit kata di @kedaikataid. Dapat ditemui di Twitter @cekinggita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Etika Bisnis Pedagang Balon

2 Maret 2016   22:50 Diperbarui: 8 Juni 2016   21:04 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Atas nama keselamatan, mobil harus dilengkapi airbag. Namun, bila dipasang airbag, harga mobil akan menjulang dan sulit dijangkau. Bila demikian, besar kemungkinan industri mobil akan terganggu, dan ujung-ujungnya berdampak pada ekonomi masyarakat."

Saya ingat betul, sekitar enam tahun yang lalu, saat masih berstatus mahasiswa, dosen Etika Bisnis memberikan pengantar itu kepada kami di kelas, sebelum akhirnya melontarkan pertanyaan, "Kalau kamu jadi pemerintah, dan kamu harus membuat keputusan, apa yang kamu pilih, mobil dengan airbag atau tidak? Dan apa alasannya?"

Saya juga masih ingat betul, jawaban saya saat itu adalah mobil dengan airbag. Biarlah mobil jadi barang mahal yang langka beredar di jalanan ibu kota. Tipikal buah pikir anak muda yang masih naif. Tapi kalau saat ini saya disodorkan pertanyaan itu, saya malah tidak bisa menjawabnya. Bingung. Masih ada sedikit idealisme yang tertinggal dalam diri, namun banyak bercampur dengan kebutuhan duniawi.

Karena saya pedagang, barang tentu, tidaklah jarang bersentuhan langsung dengan praktik-praktik dagang yang tak beretika, padahal dagangan saya bukan yang omsetnya wahwihwahwih. Saya hanya pedagang balon yang harganya ribuan rupiah. Entah logika ini keliru atau tidak: Yang recehan saja banyak yang melanggar etika, apalagi yang nilai dagangannya milyaran bahkan triliyunan, ya? Atau malah sebaliknya, justru karena dagangan ini hanya memutar uang receh jadinya banyak intrik licik?

Kalau teman-teman membuka Instagram atau mungkin bisa dicoba di google, dan mengetik: #balonhelium #balongas dan sejenisnya, maka akan bermunculan banyak sekali pedagang balon. Mungkin ada dagangan saya salah satunya (Nella Fantasia @nf.nellafantasia). Balon yang dujual oleh pedagang #balonhelium dll ini adalah balon-balon yang bisa terbang. Penjual balon terbang dapat juga ditemukan -- bahkan sering -- di pinggir jalan, menggunakan sepeda. Nah kami ini versi online-nya saja.

Mereka, pedagang balon online ini, banyak yang menamakan atau menyebut balon dagangan mereka sebagai balon helium. Ada yang tau helium itu apa? Helium adalah jenis gas yang lebih ringan dari masa jenis udara di bumi, sehingga dapat menaikkan balon. Helium ini merupakan gas kedua teringan setelah hidrogen. Untuk menaikkan balon, dibutuhkan gas yang ringan. Selain hidrogen, dan helium, mungkin masih ada lagi jenis gas yang dapat menaikkan balon, tapi saya kurang tahu. Mungkin teman-teman bisa bantu menjawab?

Lalu kenapa balon yang bisa terbang itu dinamakan balon helium, bukan balon hidrogen? Jawabannya adalah, karena helium memiliki sifat tidak mudah terbakar, berbeda dengan hidrogen yang mudah meledak, atau mungkin juga gas-gas lainnya. Jadi, helium ini adalah gas yang paling tepat untuk diisi ke dalam balon, apabila balon tersebut nantinya akan dipergunakan untuk bermain. Dengan kata lain, menamakan balon terbang sebagai balon helium akan membikin pembeli merasa aman.

Yang kemudian jadi persoalan adalah, harga helium yang luar biasa mahalnya. Teman-teman bisa cari tahu sendiri betapa mahalnya gas helium, walaupun sebetulnya, semahal-mahalnya helium, tentu tetap saja bisa dibeli. Tapi itu artinya harga balon akan membengkak.

Saya menjual balon gas dengan harga Rp8000 per balon. Saya tidak mengisinya dengan helium. Kalau saya mengisinya dengan helium, harganya tidak mungkin bisa segitu. Percayalah. Kalau ada pedangan balon yang menjual dengan harga kisaran harga saya, lalu mengaku-ngaku atau menyebut barang dangannya sebagai balon helium, saya sangat ragu itu benar-benar diisi dengan helium. Sangat amat ragu.

Saya yakin banyak dari mereka yang tahu akan hal ini, apalagi mereka yang pedagang online. Sudah melek internet gitu lho. Tapi kenapa tetap menyebut balon helium? Ada beberapa penyebab menurut saya, tentu salah satunya agar para pembeli merasa aman membeli balon terbang milik mereka.

1. Pembeli yang terlanjur memahami balon terbang sebagai balon helium.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun