Mohon tunggu...
Anggara Gita Arwandata
Anggara Gita Arwandata Mohon Tunggu... Administrasi - casanova

Tukang Balon di IG @nf.nellafantasia dan perakit kata di @kedaikataid. Dapat ditemui di Twitter @cekinggita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Etika Bisnis Pedagang Balon

2 Maret 2016   22:50 Diperbarui: 8 Juni 2016   21:04 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Iya, sama halnya saat kita membeli air mineral dengan menyebutnya sebagai Aqua. Banyak pembeli yang menyebut balon terbang sebagai balon helium. Tapi, saya kira, itu tidak bisa dijadikan alasan bagi pedagang balon untuk terus-terusan menyebut balonnya sebagai balon helium. Saat menjual, saya mengedukasi pelanggan saya dengan menjelaskan, apa bedanya helium dan bukan helium. Bukan untuk cari muka, tapi untuk memastikan si pelanggan tidak berdekat-dekatan dengan api saat menggunakan balon tersebut. Ada lho pelanggan yang menjadi ragu untuk membeli setelah saya jelaskan ini.

2. Hastag #balonhelium di mesin pencarian.

Karena orang-orang menganggap balon terbang itu sebagai balon helium, jadi mereka pun akan menggunakan kata kunci itu ketika mencari. Kami para pedangan balon, mau tidak mau, ya menggunakan #balonhelium untuk memasarkan dagangan kami. Begitu juga dengan saya. Akan tetapi, dari saya, itu hanya untuk mengarahkan orang agar melirik dagangan saya. Setelah itu, saya tetap menjelaskan perbedaan helium dengan bukan.

3. Supaya laku dan untung.

Bukan bermaksud suudzon, tapi memang ini salah satu faktor penyebabnya. Mereka pasti tau kalau pakai helium, harganya akan jadi mahal sekali - walau aman. Alhasil, gas lain menjadi alternatif dan konsumen tidak perlu tau bedanya. Yang penting terbang. Yang penting laku.

4. Tidak tahu apa itu helium

Saya harus memaklumi ini ketika yang menjual adalah pedagang-pedagang balon yang menggunakan sepeda di pinggir jalan. Yang kami jual sama persis. Bedanya, mereka menjual dengan harga rata-rata Rp5000 per balon. Tidak beda jauh dengan yang dijual oleh pedagang online. Ya tentu kalian bisa tebak sendiri, kenapa saya memaklumi pedagang balon yang menggunakan sepeda.

Sebetulnya bisa juga sih, balon terbang yang dijual dengan harga sekitar Rp8000 memakai gas helium. Kan mungkin saja ada orang yang sedang beramal atau kebanyakan uang. Beramal dengan kedok berdagang. Mantap!

Nah, sekarang, kalau kalian ada di posisi pedagang balon, lebih milih pakai helium tapi harganya akan mahal dan jarang yang membeli, atau menggunakan gas bukan helium tapi mengaku-ngaku helium dan dagangan kalian laris manis?

Kalau yang saya lakukan saat ini, ya jujur saja, tidak pakai helium. Saya tetap menggunakan #balonhelium di dunia maya untuk mengarahkan mata pembeli ke dagangan saya, namun saya tidak menamakan balon saya sebagai balon helium. Saya menyebutnya sebagai balon gas. Ini bukan penipuan. Ini gimmick marketing (halah). Dan, tidak hanya itu, sekali lagi, saya juga mengedukasi pelanggan saya bahwa balon yang (hendak) dibelinya itu bukan berisi helium. Apa itu helium dan bedanya dengan yang lain, juga saya jelaskan walau kadang masih sering lupa menjelaskan kepada mereka karena transaksi berjalan begitu cepat.

Ribet, kan? Ini baru pedagang balon, lho, ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun