Mohon tunggu...
angga ria saputra
angga ria saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya saat ini berusia 20 tahun, kesibukan saya sebagai mahasiswa di universitas airlangga dari program studi destinasi pariwisata, hobi saya bersepeda dan traveling, saya memiliki ketertarikan mengenai bidang transportasi, wisata, kuliner, olahraga, dan kesehatan mental

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Pergaulan Bebas Terhadap Kehidupan Anak Muda (Generasi Z)

28 Desember 2024   00:15 Diperbarui: 28 Desember 2024   00:22 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://images.app.goo.gl/aR3dGiHaFpXGc3JJA

Generasi Z adalah sekelompok orang yang lahir antara 1990an sampai 2010an yaitu setelah generasi milenial, pada generasi ini anak muda berkembang di era digital dan memiliki sifat yang sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan teknologi, internet, dan media sosial. Generasi Z bisa dibilang juga generasi yang sangat bisa menyesuaikan terhadap perubahan, dengan kebiasaan dia terhadap inovasi dan mengikuti suatu trend yang terus berkembang, mereka sering menjadi suatu pembuka jalan dalam bidang teknologi, kreativitas, dan budaya. Seiring dengan kemudahan dalam akses internet yang di dapatkan, ini dapat memunculkan suatu tantangan yang harus di hindarkan, salah satunya ialah semakin maraknya suatu pergaulan bebas yang ada di lingkungan Gen Z saat ini.

Faktor yang dapat mempengaruhi suatu pergaulan bebas pada Gen Z, Pertama yaitu pengaruh suatu media sosial dan internet yang memiliki peran dalam mengolah pola pikir dan perilaku Gen Z, kemudahan dalam mengakses beragam konten yang perlu diwaspadai, yang membuat generasi z rentan terkena informasi yang seharusnya belum di dapatkan di usia mereka, selain itu generasi z juga menjadi tertekan akan ekspektasi media sosial yang mendorong mereka berpenampilan sempurna di hadapan banyak orang. Kedua, menghilangkan nilai-nilai sosial terhadap sesama, nilai-nilai etika sosial yang diterapkan di generasi sebelumnya mulai hilang digantikan dengan nilai perilaku yang dianggap tabu oleh sebelumnya. Ketiga, kurangnya perhatian orang tua dalam pengawasan terhadap anak mereka, dengan kesibukan orang tua yang menyebabkan anak kurang perhatian dan bimbingan ini bisa membawa anak terjerumus dalam suatu pergaulan bebas.

Dampak yang didapat terhadap pergaulan bebas, Pertama resiko akan Kesehatan, dalam pergaulan bebas dapat menyebabkan terpaparnya penyakit menular seks dan juga bisa menyebabkan hamilnya diluar pernikahan, dengan kurangnya pengetahuan akan Kesehatan reproduksi dan perilaku seksual bisa memperparah risiko penyakit tersebut. Kedua dampak akan psikologis, dalam pergaulan bebas bisa menyebabkan terganggunya psikologis seseorang seperti depresi, kecemasan, trauma, penyesalan akan perbuatan mereka, rendahnya harga diri, perasaan bersalah dan penyesalan, hal tersebut bisa muncul akibat perbuatan negatif mereka yang mengakibatkan terganggunya psikologis. Ketiga turunnya prestasi akademik, terbaginya fokus antara kegiatan akademik dan pergaulan bebas bisa menyebabkan turunnya prestasi, kegiatan yang seharusnya bisa digunakan untuk hal positif dalam belajar atau mengembangkan diri akan tetapi bisa terbuang sia-sia dengan kegiatan untuk yang kurang bermanfaat.

Strategi yang dapat dilakukan dalam mengatasi pergaulan bebas di era Gen Z, Pertama Pendidikan seksual yang menyeluruh, penting untuk mendapatkan pendidikan seksual yang akurat, menyeluruh, dan sesuai pada usia generasi z, pendidikan ini tidak hanya mengajarkan tentang biologis saja akan tetapi perlu mendapatkan pendidikan mengenai aspek emosional, sosial, dan juga etika dalam berhubungan antar individu. Kedua peningkatan literasi digital tentang penggunaan media sosial dan internet yang bertanggung jawab, gen z perlu dibekali dengan keterampilan untuk mengevaluasi informasi secara kritis, melindungi privasi secara online, memahami konsekuensi secara jangka panjang dari  perilaku yang mereka perbuat. Ketiga peran keluarga yang  harus dikuatkan dan harus mengambil peran aktif dalam membimbing dan mendukung gen z, keempat konseling pada ahli psikologis untuk memastikan tidak adanya tekanan stress atau kebingungan terkait identitas dan hubungan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun