Mohon tunggu...
Anggani Safrino
Anggani Safrino Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA ADMINISTRASI PENDIDIKAN

NAMA : ANGGANI SAFRINO TTL : 20 APRIL 2000 TAPAN saya tinggal di TAPAN kecamatan ranah ampek hulu kabuaten pesisir selatan riwayat pendidikan saya TK asyah tapan SDN 1O TALANG SMPN 1 BASA AMPEK BALAI SMAN 1 BASA AMPEK BALAI Mahasiswa Aktif Program Studi Administrasi Pendidikan FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2018-SEKARANG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sekolah Hanya untuk UN Benarkah?

27 Mei 2021   13:05 Diperbarui: 27 Mei 2021   13:10 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ujian nasional atau sering dikenal dengan UN yang menjadi ujian akhir kepada siswa kelas 6 SD, kelas 3 SMP dan SMA. Dimana dahulunya Ujian nasional menjadi ujian kelulusan bagi siswa sekolah. Namun ujian nasional ini banyak menimbulkan pro dan kontra bagi siswa maupun guru. Unjian nasional ini membuat siswa stress dalam menghadapi ujian nasional, karna ujian nasional menjadi syarat kelulusan siswa. Dengan demikian pada tahun ajaran 2019/2020 kemendikbud mengeluarkan kebijakan menghapus ujian nasional sebagai syrat kelulusan dan melanjutkan pendidikan ketingkat selanjutnya.

Dalan penghapusan ujian nasional ini saya setuju dihapus kan karna dalam ujian nasional banyak terjadi kerancuan dan ketidak fokusan dalam content isi soal, dikarenakan soal langsung dari pusat sedangakan setiap siswa memiliki kemampuan masing-masing. Dengan adanya ujian nasional mejadikan siswa kaku dalam belajar karna mereka tekut tidak lulus sekolah. Ditambah lagi budaya dan iklim sekolah yang berbeda di setiap sekolah, yang menajadi problem ketidak lancarnya ujian nasional. Ujian nasional ini soal-soalnya di suplei langsung dari kementrian. Dimana dalam menyuplei soal keseluruh sekolah memiliki medan yang berbeda, terlepas dari sebelum berlakunya UNBK. Ujian nasional berbasis computer.

Pengalaman saya dalam menghadapi ujian nasional dimasa saya mengahadapi ujian nasional tingkat sekolah dasar dimana saya mengikuti ujian nasional harus bergabung dengan sekolah gugus, yang membuat saya sedikit cangung dalam lingkungan sekolah gugus yang bukan sekolah alas siswa. Tentu ini menjadi beban masing masing siswa mengahadapi ujian nasional. Selanjutnya ujian nasional tingakat sekolah menengah pertama, dimana ujian nasional di selengarakan pada tahun 2015, menajadi beban siswa mengahadapi ujian nasional dan siswa harus lulus ujian nasional, tersebut untuk melajutkan ketingkat selanjutnya. Dan ujian nasional tingkat SMP ini berjalan dengan lancar.

 Selanjutnya pengalaman saya dalam menghadapi ujian nasional tingkat SMA, dimana ujian nasional diselengarakan berbasis komputer. Masih melekat Susana ujian tiga tahun lalu di tahun 2018, diamana di SMA N 1 BASA AMPEK BALAI. Siswa/peserta UNBK yang ikut adalah 300 siswa lebih. Dengan kapasitas laptop atau prakat komputer hanya ada pada waktu itu 40 laptop saja. Sehingga kami para siswa harus dibagi persif dalam mengikuti 1 mata pelajaran ujian nasional dalam 1 hari dan saya mendapatkan siff waktu sore melaksanakan ujian dan selesai hingga jam delapan 8 malam. Ujian nasional di SMA N 1 BAB, itu diselengarakan hamper selama 2 minggu waktu itu. Apalagi ditambah dengan kendala mati lampu server macet sehingga menjadi sebuah problem yang sangat menyebalkan bagi siswa sehingga harus mengulang ujian ketika mati lampu dan login ulang katika server rusak. Dan masih banyak lagi keluh kesah ujian nasional berbasis komputer.

Ujian nasional ini juga memiliki sisi positif dan sisi negatif nya dimana sisi potisif nya adalah siswa bias mendapatkan tantangan dalam mengetahui kompetensi diri mereka dalam mengukur kedalaman pemahaman belajar mereka selama tiga tahun belajar disekolah tingkat menengah pertama, dan menengah atas. Sisi negatif ujian nasional banyak siswa yang mengalami tekanan pikiran mengadapi ujian nasional, sampai ujian nasional dikawal oleh polisi di sekolah se akan akan seperti kasus pidana. Banyak oknum yang menjual belikan kunci jawaban UN sehingga terjadi kecurangan dalam mengisi ujian, sehingga banyak siswa yang melakukan kecurangan kecurangan. Banyak terjadinya ujian nasional dibimbing atau ditunjuk isi jawaban soalnya oleh guru sekolah, karena takut siswa mereka tidak mecampai KKM sehingga tidak lulus dalam mengikuti UN.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun