Mohon tunggu...
Angga Hermanda
Angga Hermanda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Globalkan Perjuangan, Globalkan Harapan!

Bagian Bangsa Indonsia | BPP Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) | IKA Faperta Untirta | Lembaga Kajian Damar Leuit Banten | Koperasi Petani

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

NTP Februari 2016: Nawacita (Masih) "Tanda Tanya"

9 Maret 2016   19:15 Diperbarui: 9 Maret 2016   19:19 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 1 Maret 2016, Badan Pusat Statistik (BPS) menerbitkan laporan Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) dan Harga Produsen Gabah dan Beras. NTP nasional Februari 2016 tercatat sebesar 102,23 atau turun 0,31 persen dibanding NTP Januari 2016 yakni sebesar 102,55. Penurunan NTP dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) turun sebesar 0,18 persen sedangkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) naik sebesar 0,13 persen. Penurunan ini juga dipengaruhi oleh inflasi perdesaan dan NTP setiap subsektor.

Pada Februari 2016 terjadi inflasi perdesaan di Indonesia sebesar 0,09 persen. Hal ini disebabkan oleh naiknya empat dari enam indeks kelompok konsumsi rumah tangga kecuali kelompok bahan makanan serta kelompok transportasi dan komunikasi.

[/caption=NTP Februari 2016]

[caption caption="Serikat Petani indonesia"]

Penurunan NTP Tanaman Pangan sebesar 0,63 dari 103,94 pada Januari 2016 menjadi 103,31 pada Februari 2016. Penurunan disebabkan oleh penurunan indeks yang diterima oleh kelompok padi. Penurunan harga padi diakibatkan oleh Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah dan beras yang tidak jadi naik—artinya masih sama dengan HPP dalam Perpres 5/2015. Kondisi diperparah dengan fasilitas pengeringan gabah didaerah yang belum memadai, sehingga ketika hujan datang petani kesulitan untuk mengeringkan gabah. Alhasil petani terpaksa menjual gabah dengan harga yang rendah karena masih mengandung kadar air yang tinggi.

Sementara itu pada Februari 2016, NTP Hortikultura juga mengalami penurunan sebesar 0,30 persen dari 102,25 pada Januari 2016 menjadi 101,95 pada Februari 2016. Penurunan ini disebabkan turunnya harga kelompok sayur-sayuran seperti Bawang Merah. Berdasarkan pantauan dari Kementerian Perdagangan RI, walaupun sempat jatuh pada tanggal 18 Februari 2016 sebesar Rp. 29.790/kg, Bawang merah diprediksi akan terus naik di bulan Maret 2016 karena pada akhir Februari (29/02) harga bawang merah tercatat sudah mencapai Rp. 33.850/kg. Tentunya hal ini akan mempengaruhi NTP Hortikultura pada bulan Maret ini.

Sedikit kenaikan NTP terjadi pada NTP Perkebunan Rakyat sebesar 0,02. Kenaikan terjadi karena berdasarkan pantauan dilapangan, harga Tandan Buah Segar (TBS) Sawit sekarang di pabrik sebesar Rp. 1.570,- dan diterima petani Rp.1.200,-. Kenaikan yang terjadi tidak signifikan, faktanya sudah lebih dari satu tahun NTP Perkebunan Rakyat tetap berada di level kurang dari 100. Artinya para petani perkebunan rakyat terus mengalami kerugian.

Belum lagi jika dikaitkan dengan NTP Peternakan pada Februari 2016 yang turun hingga 0,32 persen. Hal itu disebabkan karena harga daging ayam yang kini sedang naik ternyata tidak berkorelasi langsung dengan kesejahteraan peternak lokal. Sudah menjadi rahasia umum bahwa peternakan unggas sebagian besar dikuasai korporasi—yang juga mengatur tata niaga perunggasan—sehingga para peternak rakyat semakin terasing dikandangnya sendiri.

Dalam kondisi demikian, kita harus tetap optimis bahwa negara akan menguatkan para petani dan peternak. Asalkan konsisten dengan janji kebijakan Pemerintah dalam Nawacita seperti Reforma Agraria 9 juta ha dan Kedaulatan Pangan—termasuk pendirian Badan Pangan Nasional—yang dibingkai dengan semangat Trisakti—Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian.  Dengan itu, NTP kita harapkan akan naik yang tentu diikuti dengan kesejahteraan petani dan peternak itu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun