Manusia pada dasarnya diciptakan untuk saling berinteraksi dan membutuhkan serta menolong satu sama lain. Tanpa adanya rasa kepedulian dari dalam diri, tidak bisa dinamakan Manusia, karena yang namanya Manusia adalah makhluk sosial yang selalu bersosialisasi dimanapun berada. Selain itu kita juga pasti mencari suatu informasi bila sedang membutuhkan berita yang penting, entah itu tentang dunia, politik, otomotif, olahraga, film, makanan, dan lain sebagainya.
Yang semua itu dilakukan dengan cara bertanya dan membaca Koran atau buku (jaman dulu). Tetapi waktu dan tahun terus berjalan, dan pastinya teknologi juga semakin banyak sekali berkembang dengan berbagai macam fitur serta aplikasi yang hebat dan keren. Dan terbukti bahwa era sekarang ini orang-orang cukup mencari informasi melalui teknologinya masing-masing seperti laptop, PC, ataupun handphone.
Tentu itu akan mengubah perilaku tiap orang yang menggunakannya. Apalagi jika sudah kecanduan teknologi, yang ada bukannya berinteraksi satu sama lain malah terus berkutat dengan teknologinya. Hal itu juga akan berdampak pada perilakunya pastinya. Misalkan seseorang yang tadinya berisik, ketika ia sudah memiliki  handphone yang diinginkannya langsung menjadi diam.
Dan saking serunya memainkan handphone itu, ia hampir tidak komunikasi dengan orang-orang sekitar termasuk keluarganya. Waduhh kalau sudah begitu bagaimana ya? Masa iya ingin mengobrol dengan handphone nya? Tetapi memang ada fitur voice assistant pada handphone, yang cara kerjanya sama dengan mengobrol sesama orang.
Masa iya sih, mau seperti itu. Lagi pula fungsi voice assistant hanyalah untuk memudahkan pencarian saja jika kita malas mengutak atik handphonenya. Dan itu juga tidak terlalu banyak digunakan seseorang.
Kurang lebih begitulah gambarannya. Karena sebuah teknologi mutakhir dengan fitur dan aplikasi beragam yang canggih, akan membuat seseorang sangat betah menggunakannya. Serta dapat memicu adrenalin bagi yang menggunakannya hingga sampai ketagihan.
Jika kita melihat seorang anak muda sedang berkumpul  dengan teman-temannya, seringkali mereka memainkan handphonenya. Hal ini justru lebih sering dilakukan dibandingkan mengobrol dengan satu sama lain. Tentu yang seperti itu terlihat aneh, sebab untuk apa berkumpul dengan teman (10 orang) tetapi saat kumpul semuanya bermain handphone? Sayapun melihat itu menjadi tertawa sedikit. "ini orang pada ngumpul tapi pada nunduk semua lihat ke layar hp, lah kalo gitu nggak usah ngumpul hehe...".
Tak hanya itu, kemungkinan mereka mengobrol hanya memperbincangkan soal game atau konten seru di sosmed. Selebihnya mereka kembali menunduk ke layar hp dan melanjutkan lagi aktivitas di hpnya. Wah wah... benar-benar terlihat autis ya bila kejadian seperti ini terlihat di depan mata :D.
Lama kelamaan hal tersebut akan mengubah perilakunya juga. Lebih baik jangan ditiru yang seperti ini ya. Memakai handphone ataupun teknologi lainnya boleh-boleh saja, asal jangan lupakan untuk tetap berinteraksi dengan siapapun termasuk keluarga.
Karena memang benar, bahwa teknologi canggih seperti tablet, handphone, laptop dan PC akan membuat kita serasa lupa dengan sekitar jika sudah kagum dan kecanduan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H