Mohon tunggu...
Angga Perima
Angga Perima Mohon Tunggu... -

find something..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Emosi Pesilat di World Championship 2010, Jakarta-Indonesia

15 Desember 2010   10:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:43 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12924112441401658975

Saya kemarin hadir untuk menyaksikan pertandingan silat di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah, yang digunakan sebagai tempat berlangsungnya 14th Pencak Silat World Championship yg diikuti oleh 30 negara. di Ring 2 berlangsung pertandingan putra kelas J antara Indonesia vs Vietnam. Saat itu poin yg dikumpulkan Vietnam lebih tinggi daripada poin Indonesia. Ada insiden kecil dimana pesilat Vietnam berdarah hingga darahnya membasahi matras pertandingan, dan itu menurutku lumrah dalam pertandingan silat. Akan tetapi, ada suatu kejadian dimana Manager Vietnam merasa wasit berlaku curang, dan memrotes keputusan wasit, lalu salah satu pesilat senior lompat masuk ring dan lompat menendang manager Vietnam. Kontan itu pun dibales oleh pelatih Vietnam yang saat itu berada di ring. Terus terjadi perkelahian di arena Ring 2. Dan yang sangat saya sayangkan, pelatih Indonesia jg ikut-ikutan. Sehingga atlet-atlet jg mau turun ikut berkelahi semua. Seharusnya pelatih lebih bisa menahan emosinya, dan memberikan contoh yg baik kepada anak-anak didikannya. Mengenai wasit, saya melihat Juri ke-2 tidak terlalu melihat jalannya pertandingan, dimana matanya lebih mengarah ke tampilan poin2. Ini  pun membuat saya kecewa karena ia tidak ditegur oleh official lain. Dan setelah itu, tim Vietnam Walk Out, sehingga pertandingan dihentikan dan Indonesia dinyatakan sebagai pemenang, diwakili oleh Pranoto. Saya sangat malu melihat kita sebagai Tuan Rumah berprilaku buruk. Karena satu orang, maka yang dilihat bukanlah 1 orang itu, akan tetapi 1 Negara. Seharusnya pesilat lebih bisa menahan emosinya. Dan terhadap kemanangan Pranoto, saya pun merasa malu karena dinodai peristiwa seperti itu. Hal serupa juga dikatakan oleh penonton laen yang duduk di sebelah saya yang kebetulan mantan atlet nasional tahun 85an dan mantan2 atlet lain. Mereka semua  bilang kalau Indonesia maennya kurang bagus, Vietnam lebih bagus, dan kecewa atas tindakan salah satu pesilat senior Indonesia yang memancing keributan. Semoga pesilat lebih bisa menjaga emosi lebih baik.. Roso kudu dijogo. Hati kudu direkso. Salam Pesilat. (Berita ini pun dimuat di Kompas Cetak, 15 Desember 2010 halaman 29)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun