Potensi AI akan berkembang berkali-kali lipat saat teknologi ini dipegang oleh seorang problem solver. Saat respons AI tidak sesuai dengan ekspektasi, kamu perlu mencari tahu di mana letak permasalahannya dan kenapa hasil yang diinginkan belum tercapai.
Sebagai contoh, ketika AI memberikan jawaban yang kurang relevan, pemahaman tentang akar masalah akan membantu kamu menyadari bahwa pertanyaan yang dirumuskan mungkin ambigu atau kurang spesifik. Kemampuan ini memungkinkan kamu untuk menganalisis masalah dengan lebih mendalam dan merancang pertanyaan atau perintah baru yang lebih tepat.
5. Kemampuan Bereksperimen
Ekspektasi pengguna soal AI seringkali terlalu tinggi. Inginnya langsung mendapatkan output bagus hanya dalam sekali percobaan. Namun kenyataannya, output AI masih terlalu random dan kasus di mana AI memberi hasil sesuai ekspektasi hanya dalam sekali coba sangat jarang terjadi. Kamu harus mau mencoba pendekatan yang berbeda, dan melakukan eksperimen untuk menemukan cara terbaik untuk berkomunikasi dengan AI.
Misalnya, kamu bisa mencoba merumuskan pertanyaan dengan lebih spesifik atau menggunakan kata-kata tertentu untuk menghasilkan jawaban yang lebih relevan. Dalam beberapa kasus, mengganti perspektif atau menyusun pertanyaan dengan format yang berbeda bisa menjadi kunci untuk mendapatkan hasil yang lebih memuaskan.
6. Kreativitas dan Kemampuan Berkonsep
AI memang punya potensi besar. Akan tetapi, untuk mendapatkan respons seperti yang diharapkan, seringkali kamu butuh lebih dari sekedar perintah sederhana. Kamu perlu sentuhan kreatif dan kemampuan untuk merancang konsep yang tepat untuk memandu AI menuju hasil yang diinginkan.
Pengguna yang kreatif punya kemampuan untuk melihat berbagai sudut pandang dan merumuskan pertanyaan dengan cara yang unik. Mereka bisa menemukan bahwa rangkaian kata-kata tertentu atau menggunakan bahasa yang lebih kreatif dapat menghasilkan jawaban yang lebih menarik dan kontekstual. Selain itu, kreativitas juga memungkinkan kamu untuk menciptakan pertanyaan yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya, dan membantu AI menghasilkan output yang lebih segar.
Di sisi lain, kemampuan berkonsep memungkinkan kamu untuk merumuskan bagaimana cara berinteraksi yang lebih sistematis. Dengan merancang konsep yang jelas, kamu bisa menetapkan tujuan yang lebih spesifik dan merumuskan pertanyaan atau perintah dengan lebih terarah.
7. Pemahaman tentang Domain yang Dikerjakan
Orang yang tidak paham tentang pemrograman tentu akan sulit membuat program tertentu meski dengan bantuan AI. Begitu juga dengan menulis artikel terkait finansial. Tanpa pemahaman tentang dunia kepenulisan dan dunia finansial, menulis artikel finansial juga akan terasa sulit.
Pemahaman yang kuat tentang domain yang dikerjakan mampu mengoptimalkan interaksi dengan model AI dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Ketika kamu memiliki pemahaman yang kuat tentang domain yang dikerjakan, kamu bisa merancang pertanyaan atau perintah yang lebih terarah. Kamu juga dapat menyusun pertanyaan dengan bahasa yang lebih spesifik dan relevan agar respons yang diberikan AI lebih akurat.
Untuk menguasai sebuah skill, kamu butuh waktu untuk belajar, berlatih dan menggunakan kemampuan tersebut dalam situasi nyata. Menguasai seni prompting juga sama. Waktulah yang akan mengasah kemampuan tersebut. Karena itu, jangan terlalu terburu-buru, dan jalani saja prosesnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI