Refresh… Refresh… Refresh… Ko lom ada yang komentar ya ?
Hahaha itulah aktivitasku setelah komen di forum online, komen di kolom komentar berita, nge-tweet di twitter, dll (kecuali facebook, instagram, friendster *gak punya akunnya). Ya itulah fakir notification, berharap orang lain menggomentari/retweet/ngelike apa yang kita tulis di social media.
Bagiku di-retweet atau dibales komentar itu rasanya sama seperti dapat ucapan selamat pagi dan semangat dari gebetan. Sepele sih, tapi tetep saja senang. Apalagi kalau yang komen itu ratusan orang, Wow senengnya bukan main. Follower-ku dapat dibilang hanya sedikit. Jumlahnya tidak sebanyak kembalian Indomaret yang disarankan untuk disumbangkan oleh kasirnya, tapi aku pun pernah loh di retweet sebanyak 250x. Sebuah rekor pribadi. Hahahaha
Lain halnya Instagram. Di instagram saat kita mengupload foto selfie lalu di-“like” seseorang atau banyak orang, sensasinya kita jadi “berasa ganteng/cantik”. Betul tidak ? Betul. Tapi… kalau misalnya jarang atau bahkan tidak pernah di-“like” walaupun dijepret dengan menggunakan bantuan aplikasi camera 360, beauty plus, atau fruit ninja. Aku sarankan sebaiknya cobalah hobi baru, misalnya jualan kapal otok-otok. Siapa tau talent kamu disitu.
Sebenarnya tujuan kita nge-share tulisan atau status di dunia maya yang paling utama adalah agar mendapat perhatian orang lain. Bikin status galau binti caper di sosmed atau aplikasi chatting dengan harapan doi peka dan membalas status kita, tapi yang balas bukan orang yang kita inginkan. Dih… kok ELU sih ?? ##@#$#@ !!! *delcon
Begitu pula saat kita bikin tulisan di Kompasiana, tentunya selain ingin berbagi opini, pendapat, dan ilmu. Tentunya kita juga menginginkan orang menyukai tulisan kita dengan meng-klik tulisan ini menarik dan banyak yang komentar. Tapi ya terkadang realita tidak sesuai dengan ekspetasi. Kita sudah ngetik cape-cape eh tidak ada yang menilai tulisan kita menarik. Komentar ? Boro-boro, sekalinya ada komentar malah nawarin obat pembesar alat vital, duhh…. tau aja kalau lagi butuh…
Akhir kata menjadi fakir notification bukanlah hal yang buruk, ini sesuatu yang manusiawi. Karena manusia memang berhasrat mencari eksistensi. Namun ada baiknya untuk tidak meng-halalkan segala cara agar kita mendapatkan perhatian orang lain. Postinglah hal-hal yang positif dan berguna untuk orang lain, ingatlah “Apa Yang Kamu Tabur, Itulah yang Kamu Tuai”. Ngerti ? Good. Ok segitu saja ya, soalnya aku mau refresh-refresh kompasiananya, siapa tau ada yang komen *ngarep
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H