Mohon tunggu...
angga hil
angga hil Mohon Tunggu... -

Saya bukan penulis & tidak punya background sebagai penulis, hanya ingin mengisi hidup ini dengan hal yang bermanfaat. Saat ini saya bekerja sebagai engineering team di salahsatu perusahaan pay tv terbesar di indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sudah Saatnya Hijrah dari Analog ke Digital

30 November 2009   14:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:08 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zaman udah serba maju cuy, sekarang udah serba digital, hari gini masih pake analog,   ketinggalan zaman lo.. Sudah saatnya hijrah dari analog ke digital, adalah kata-kata yang sering kita dengar dewasa ini.

Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi dan kebutuhan akan informasi, hiburan & gaya hidup yang semakin meningkat maka dibutuhkan sebuah media yang super cepat, tepat, tahan terhadap gangguan serta tentu saja murah, guna memenuhi segala kebutuhan tersebut dewasa ini.

Salahsatu media yang paling sering kita gunakan adalah Televisi. Di rumah, di kantor-kantor, di tempat-tempat umum, bahkan di dalam kendaraan pun kita bisa melihat Televisi.

Direct to Home (DTH) adalah salah satu aplikasi DVB (Digital Video Broadcasting), yang merupakan penyiaran TV dengan menggunakan satelit sebagai transmisi TV digital. DTH merupakan sistem komunikasi satelit satu arah (simplex) yang digunakan untuk memancarkan siaran TV melalui satelit, dimana satelit berfungsi sebagai repeater yang menerima siaran TV dari pemancar dan memancarkannya kembali ke seluruh TVRO yang berada dalam coverage-nya. Layanan ini menyediakan fasilitas penyiaran sinyal audio/video program TV secara tetap (fixed) melalui satelit dan jasa layanan digital untuk penyaluran program video secara live maupun hasil rekaman pada kota atau wilayah yang tercakup baik dengan konfigurasi point-to-point atau point-to-multipoint.

TV Digital memiliki hasil siaran dengan kualitas gambar dan warna yang jauh lebih baik dari yang dihasilkan televisi analog. Sistem televisi digital menghasilkan pengiriman gambar yang jernih dan stabil meski alat penerima siaran berada dalam kondisi bergerak dengan kecepatan tinggi. TV Digital memiliki kualitas siaran berakurasi dan resolusi tinggi. Teknologi digital memerlukan kanal siaran dengan laju sangat tinggi mencapai Mbps untuk pengiriman informasi berkualitas tinggi. Teknologi digital ini menggunakan kompresi video digital MPEG-2.

Di Indonesia, industri tv berlangganan beroperasi dengan menggunakan media penyaluran yang beragam, mulai dari satelit, kabel, dan terrestrial. Namun, hanya media penyiaran melalui satelit dan kabel saja yang memiliki pangsa pasar yang besar. Berikut beberapa Lembaga Media penyiaran yang ada di Indonesia beserta media penyalurannya :

  • PT MNC Sky Vision (Indovision & Top TV), satelit
  • PT Indosat Mega Media (IM2/Indosat M2), kabel
  • PT First Media Tbk (First Media), kabel
  • PT Mentari Multimedia (M2V), terrestrial
  • PT Indonusa Telemedia (Telkom Vision), Kabel dan satelit
  • PT Indonusa Telemedia (Yes TV), satelit
  • PT Nusantara Vision (Okevision), satelit
  • PT Karyamegah Adijaya (Aora), satelit

Untuk lebih menjelaskan secara rinci, saya ambil tiga provider pay tv dengan pangsa pasar yang besar di Indonesia, yakni Indovision, Astro, dan TelkomVision.

Indovision

Indovision yang telah mengklaim sebagai penyedia layanan televisi berlangganan pertama di Indonesia dengan sistem DBS memulai operasi dengan satelit Palapa C-2 sampai akhirnya menggunakan perangkat S-Band melalui satelit Indostar 1 (Cakrawarta 1). S-Band banyak digunakan untuk keperluan militer. Dengan beroperasi pada frekuensi 2-4 GHz, S-Band cocok diaplikasikan untuk wilayah Indonesia yang tropis. Namun, frekuensi tersebut berpotensi terkena gangguan jika dilewati transmisi wifi yang menggunakan frekuensi 2,4 GHz. Sekarang operator pay tv terbesar ini sudah meluncurkan satelit barunya yaitu satelit Indostar 11 (Cakrawarta 11) guna menambah layanannya terhadap costumer.

Astro Nusantara

Astro Nusantara beroperasi dengan menggunakan metode transmisi Ku-B tingkat frekuensi 12-14 GHz. Satelit yang menggunakan transmisi Ku-Band memiliki kemampuan menaikkan kekuatan sinyal downlink. Selain itu, Ku-Band juga memiliki kelemahan karena berpotensi terkena interferensi sinyal akibat hujan maupun salju, sehingga saat cuaca buruk (mendung atau hujan) siaran Astro sering terganggu.

Telkomvision

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (PT Telkom) menawarkan dua pilhan sekaligus, TV berbayar melalui media satelit (Direct To Home) serta TV Kabel (Digital CATV Broadband) dengan nama TelkomVision. Untuk layanan satelit di kota-kota besar, Telkom turut menyediakan akses Internet yang diberi nama Telkom Speedy. TelkomVision ini menggunakan frekuensi transmisi satelit C-Band yang beroperasi pada level 4-6 GHz. Penggunaan frekuensi satelit C-Band ternyata memiliki kemampuan terbatas dalam menghindari interferensi sistem gelombang mikro dan terrestrial.

So, maju terus teknologi Indonesia…

Semoga bermanfaat..

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun