Dari uji tersebut, didapatkan rancangan tiga dimensi TAT-BoNT/A yang dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian protein atau peptida TAT dan dua bagian lain yang dimanfaatkan sebagai akses terhadap protein TAT itu sendiri. Bagian tengah struktur tiga dimensi ini juga dilengkapi dengan hasil rekombinan domain atau daerah tempat enzim dari botulinum neurotoxin A bekerja (Saffarian et al. 2016).
Dalam penelitian ilmiah, umumnya para ilmuwan melakukan uji menggunakan bakteri Escherichia coli untuk melihat ekspresi protein yang telah disisipkan. Jika berhasil mengekspresikan dirinya, bakteri yang mengalami penambahan gen TAT-BoNT/A dapat dimasukkan ke dalam kultur jaringan sel hidup, atau bahkan langsung ke mahkluk hidup seperti tikus.Â
Selain itu, efektivitas protein yang dibuat juga dapat dideteksi dengan aktivitas enzimatisnya, lalu dibandingkan dengan kondisi sebelum penggabungan (Saffarin et al. 2016). Ternyata, dari hasil penggabungan atau rekombinan dari protein TAT ke dalam sel, dapat ditemukan sejumlah hasil positif yang berhubungan dengan aplikasinya pada perawatan botox.Â
Pertama, protein rekombinan botoks ini bersifat lebih ramah daripada toksin botoks yang biasanya ditemukan karena cenderung tidak mengundang aktivitas respon imun seperti peradangan.Â
Untuk suatu obat bisa masuk ke dalam sel kulit, bahan aktifnya harus bisa berinteraksi dengan lapisan selnya. Pada hasil rekombinan ini, kadar protein yang masuk memang lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak, namun justru hal ini menjadi hal yang baik karena dinding sel jadi tidak mudah rusak.Â
Kedua, walaupun sedikit yang masuk, tapi dosis ini sudah mencukupi, bahkan lebih efektif dibandingkan injeksi botoks yang biasa. Lalu, aktivitas protein toksin yang masuk akan meningkat seiring dengan berjalannya waktu dan menghasilkan efek yang diinginkan.Â
Ditambah lagi, modifikasi dari bentuk strukturnya membuat protein ini menjadi semakin spesial karena bisa lebih mudah diakses, dan dengan begitu reaksi akan lebih cepat bereaksi, lebih aktif, dan lebih efektif (Saffarian et al. 2016).
Kelebihan & Kelemahan Botox
Penggunaan botox pada kulit, terutama kulit wajah memiliki manfaat untuk mengencangkan dan meremajakan kulit wajah dengan mengurangi kerutan. Tetapi, botox juga dapat digunakan dalam terapi kelainan pada sel, otot, dan jaringan (Bentivoglio et al. 2015).Â
Tentu saja terdapat juga kelemahan dari suntik botox, seperti tidak cocok untuk dilakukan pada orang-orang yang tidak tahan akan rasa sakit karena penyuntikannya harus dilakukan dalam kurun waktu 3-6 bulan sekali untuk menjaga kinerja toksin yang digunakan.Â
Tetapi, terkadang botox juga dapat dimanfaatkan sebagai agen pereda nyeri pada anak-anak yang menderita spastisitas, yang merupakan kondisi otot yang tegang dan kaku, serta tidak bisa digerakkan seperti kram jangka panjang.Â