Karena umur saya sudah 19 tahun maka sudahsangat pantas untuk mencoblos dalam pemilihan seorang pemimpin, entah itu president, gubernur apalagi memilih seorang lurah
Nah berbicara tentang Lurah, baru saja saya nyoblos di desa saya tepat nya di desa Sokaraja Kulon, realita pemilihan calon lurah saat ini masih identik dengan menghujani pemilih dengan uang alakadarnya dari seorang calon lurah semampu calon nya. Desa Sokaraja Kulon mempunyai 2 calon Lurah, ke dua calon itu meberikan uang tempel kepadamasyarakat sebesar 10 ribu rupiah . Sepeerti uang transpot saja,
Lokasi dari pemilihan tersebut strategis untuk para pejalan kaki ataupun pengendara. Tetapi karena didominasi oleh para pedagang yang berlalu lalang menyebabkan jalan disekitar tempat tersebut sangan sempit. Karena saya tadi naik mobil, terpaksa memarkirkan terlalu jauh dari tempat pemilihan karena yang seharusnya menjadi tempat untuk memarkir menjdi tempat berjualan.
Ternyata tidak uang saja yang ada, tetapi makanan pun ada juga yang sudah di boking oleh calon lurah untuk masyarakat yang memilih. sungguh seperti pertunjukan wayang saja.
ya itulah realita yang ada di desa, mungkin ditempat lainya juga seperti itu. menjadikan uang dan makanan sebagai jembatan untuk melaksanakan Politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H