Mohon tunggu...
Angel Kwee
Angel Kwee Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ulasan dan Unsur Intrinsik Novel "Kau Aku dan Sepucuk Angpau Merah"

21 Februari 2018   19:18 Diperbarui: 21 Februari 2018   19:26 3220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Suatu hari, Borno berniat untuk menanyakan namanya. Borno memulai pembicaraan dengan lelucon nama orang. Saat itu, Borno menertawakan nama orang yang berasal dari nama-nama bulan, si gadis hanya tersenyum simpul menanggapinya. Saat akan turun dari sepit, si gadis menyebutkan nama yang membuat Borno terkejut. Namaku Mei. Seketika Borno tersentak merasa malu dan bersalah.

"nasib malang, gara-gara lelucon tidak lucu tentang nama bulan, sisa pagi kuhabiskan bermuram durja"

Sejak mengetahui nama gadis itu, Borno mulai berani menyapa dan mendekati Mei, bahkan sempat mengajari Mei menarik sepit. Namun, sebelum berhasil mengajari Mei sepit untuk kedua kalinya sesuai janjinya, Borno harus rela ditinggalkan Mei. Mei harus kembali ke tempat tinggalnya di Surabaya, karena tugasnya mengajar di Pontianak telah selesai. Mengetahui itu, Borno sangat kecewa dan sedih.

Semenjak kepergian Mei, Borno merasa ada yang kurang, entah apa itu. Borno menjadi tak semangat. Tak ada lagi antrean nomer 13. Borno merindukan Mei.

Enam bulan kepergian Mei, Pak Tua, kerabat Borno, tiba-tiba jatuh sakit dan harus melakukan terapi di Surabaya. Mendengar kabar itu, Borno merasa senang dan tak mau menyia-nyiakan kesempatan. Ia bersedia menemani Pak Tua terapi, tentunya dengan alasan yang lain, yaitu mencari  Mei.

"setelah enam bulan sejak Mei pergi, ini sungguh kabar hebat"

Ternyata nasib berpihak pada Borno. Di hari kedua pengobatan Pak Tua, Borno bertemu dengan Mei melalui jalan yang tak terduga. Mei lalu mengajak Borno dan Pak Tua jalan-jalan di Kota Surabaya. Malam harinya, setelah Pak Tua terlebih dulu kembali ke penginapan, Borno mengantar Mei pulang ke rumahnya. Disana, Borno bertemu dengan Ayahnya Mei. Malam itu, adalah pertama kalinya Borno bertemu dengan Papa Mei. Secara terang-terangan Papa Mei memperlihatkan ketidak sukaannya pada Borno, dan itu membuat Borno gelisah.

Kegelisahan Borno tidak berhenti sampai malam itu, bahkan setelah kembali ke Pontianak Borno masih saja gelisah memikirkan apa yang telah ia perbuat sampai Papa Mei tidak menyukainya. Kegelisahan itu berdampak pada kinerja kerja Borno. Borno menjadi tidak bersemangat untuk menarik sepit,juga bekerja dibengkel Andi, ditambah lagi kerinduannya pada Mei. Borno rindu melihat Mei anggun duduk disepitnya menggunakan paying merahnya, Borno rindu antrean no 13. Borno rindu segalanya tentang Mei.

Hingga suatu hari Mei kembali ke Pontianak, kembali duduk di sepitnya, dan kembali membuat Borno merasa bahagia.

Di sisi lain, Borno yang juga bekerja di bengkel Papa Andi, sahabatnya harus menelan pil pahit kehidupan. seseorang yang berkongsi dengan Papa Andi ditipu oleh orang yang mengaku pemilik bengkel. Akibatnya, Borno terpaksa harus menjual sepitnya untuk membuka bengkel baru dan berhenti menarik sepit.

Semenjak Borno membuka bengkel, Mei sering mengunjungi Borno. Mereka semakin hari semakin dekat. Borno bahagia akan hal itu. Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama, karena tiba-tiba saja Mei meminta Borno menjauhinya, Ia sama sekali tak ingin bertemu Borno. Borno berusaha mencari penjelasan dari Mei, tapi Borno malah bertemu dengan Papa Mei untuk kedua kalinya. Dan untuk kedua kalinya juga Papa Mei meminta Borno untuk tidak mendekati Mei.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun