Di era digital yang semakin berkembang, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah menjadi salah satu teknologi yang paling signifikan dalam mengubah cara manusia menjalani kehidupan sehari-hari. Kemudian, teknologi ini tidak hanya digunakan dalam bidang teknologi informasi, tetapi juga menyentuh berbagai aspek kehidupan, mulai dari perencanaan perjalanan dengan Google Maps hingga penggunaan asisten virtual seperti Google Assistant dan Amazon Alexa. Selain itu, AI mampu menghadirkan solusi yang efisien dan inovatif dalam menyelesaikan tugas yang sebelumnya hanya dapat dilakukan oleh manusia, seperti analisis data, pengenalan wajah, hingga pengambilan keputusan berbasis algoritma. Oleh karena itu, implementasi dari teknologi AI mampu mempercepat proses dan meningkatkan efisiensi dalam berbagai sektor, termasuk pendidikan, kesehatan, dan bisnis (Farwati et al., 2023).
Dalam bidang akuntansi, perkembangan AI membuka peluang besar untuk mengoptimalkan proses yang sebelumnya memakan banyak waktu dan tenaga. Karena, penerapan AI pada akuntansi, seperti penggunaan perangkat lunak akuntansi berbasis AI, mampu mengotomasi tugas-tugas administratif seperti pengelolaan laporan keuangan, pencatatan transaksi, hingga deteksi potensi kecurangan melalui analisis data. Dengan kemampuan analitis yang canggih, AI juga memberikan wawasan yang lebih mendalam untuk pengambilan keputusan strategis, sehingga membantu akuntan dalam menjalankan perannya sebagai mitra bisnis strategis. Kehadiran AI mendorong transformasi profesi akuntansi dari yang berfokus pada tugas operasional menjadi lebih strategis dan berbasis data (Farwati et al., 2023). Namun, kemajuan AI juga menimbulkan tantangan baru yang perlu diantisipasi, khususnya dalam bidang akuntansi. Tantangan ini mencakup kebutuhan akan penguasaan teknologi oleh akuntan, pengelolaan data yang aman dan etis, hingga potensi ancaman pengurangan peran manusia dalam proses akuntansi yang bersifat manual.
Kehadiran kecerdasan buatan (AI) telah membawa dampak besar pada profesi akuntan, terutama dalam hal kompetensi yang dibutuhkan di era digital. AI mampu mendorong para akuntan untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam teknologi digital agar dapat mengoptimalkan penggunaan sistem berbasis AI yang dimiliki oleh perusahaan. Karena, pada masa sekarang, seorang akuntan dituntut untuk memiliki kompetensi khusus dalam bidang akuntansi digital, termasuk pengauditan, manajemen keuangan, dan analisis data berbasis AI. Seperti, perangkat lunak modern, seperti cloud accounting dan aplikasi audit berbasis AI, telah memungkinkan otomatisasi proses teknis, sehingga mempercepat pengelolaan laporan keuangan dan meningkatkan akurasi data. Namun, kondisi ini juga menyebabkan penurunan permintaan terhadap peran teknis tradisional, karena tugas-tugas tersebut kini dapat dilakukan lebih efisien oleh teknologi otomatisasi. Sehingga, akuntan harus mempersiapkan diri untuk fokus pada peran yang lebih strategis, seperti analisis data tingkat lanjut dan konsultasi bisnis berbasis wawasan keuangan. Oleh karena itu, untuk menghadapi hal tersenut, para akuntan perlu mengambil langkah proaktif dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi AI. Salah satu upaya yang penting adalah meningkatkan kesadaran terhadap peluang dan tantangan yang muncul dari implementasi AI. Selain itu, institusi pendidikan juga berperan penting dengan menyediakan kurikulum yang relevan, seperti pelatihan cloud computing, koding, dan analitik data. Kemudian, organisasi profesi harus meningkatkan program pengembangan profesional melalui seminar dan pelatihan yang membahas dampak AI terhadap akuntansi, baik secara daring maupun tatap muka. Karena upaya tersebut akan membentu strategi kolaborasi yang baik, karena seorang akuntan perlu bekerja sama dengan ahli teknologi dan insinyur untuk mengintegrasikan keahlian mereka dalam menciptakan solusi inovatif berbasis data dan teknologi agar dapat dengan mudah beradaptasi di era kecerdasan buatan ini.
Meskipun AI telah membawa kemajuan signifikan dalam efisiensi dan akurasi proses akuntansi, peran manusia tetap krusial, terutama dalam memastikan bahwa setiap keputusan yang dihasilkan sesuai dengan standar etika dan profesionalisme. Keputusan keuangan yang melibatkan pertimbangan etis, seperti pemilihan metode pelaporan tertentu atau pengungkapan informasi yang sensitif, tidak dapat sepenuhnya diserahkan kepada algoritma AI. Akuntan bertanggung jawab untuk memverifikasi bahwa rekomendasi atau hasil yang dihasilkan oleh AI sesuai dengan peraturan yang berlaku, nilai moral, dan prinsip transparansi (Amelia & Benardi, 2024). Hal tersebut menjadi lebih penting mengingat AI dirancang berdasarkan data historis dan algoritma tertentu, yang mungkin saja memiliki bias atau kekurangan dalam mempertimbangkan hal yang lebih spesifik. Sebagai contoh, dalam situasi audit, AI mungkin mampu mendeteksi pola-pola yang mencurigakan berdasarkan data, tetapi keputusan untuk melanjutkan penyelidikan atau menilai dampak materialitas tetap memerlukan penilaian manusia. Oleh karena itu, akuntan tidak hanya perlu memahami cara kerja teknologi AI, tetapi juga memiliki kapasitas untuk mengevaluasi dan, jika perlu, membatasi penerapan AI agar tetap sesuai dengan kepentingan etis dan profesional. Selain itu, organisasi profesi akuntansi harus meningkatkan program pengembangan profesional yang membahas bagaimana menjaga keseimbangan antara penggunaan teknologi dan tanggung jawab moral. Kemudian, seminar dan lokakarya yang memadukan diskusi teknologi dengan kajian kasus tentang dilema etis dalam penerapan AI dapat menjadi langkah efektif.
Perkembangan kecerdasan buatan (AI) telah membawa dampak besar pada profesi akuntansi, baik dalam hal peluang maupun tantangan. Di satu sisi, AI mampu meningkatkan efisiensi operasional, memberikan analisis yang lebih akurat, dan mengotomatisasi tugas-tugas teknis, sehingga memungkinkan akuntan untuk fokus pada peran strategis. Namun, di sisi lain, peran manusia tetap krusial, terutama dalam pengambilan keputusan yang melibatkan pertimbangan etis dan profesional. Untuk bisa bertahan dan bersaing di era ini, para akuntan harus terus meningkatkan kompetensi digital mereka, memahami teknologi AI, dan menjaga komitmen terhadap prinsip-prinsip etika dalam dunia akuntansi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H