Mohon tunggu...
Angelina Jasmine Nurwiyanto
Angelina Jasmine Nurwiyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hello! I'm an undergraduate student from the 2023 cohort at Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta, Faculty of Social and Political Sciences, majoring in International Relations. I have a deep interest in international issues and enjoy sharing my perspectives through writing. Writing is my passion, as I believe it has the power to communicate ideas, broaden perspectives, and inspire change. Occasionally, I also write about intriguing things I encounter in my daily life. I hope my writings can provide value and inspiration to readers. Thank you for visiting my profile!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Diplomasi Rasional Indonesia di G20: Studi Kasus Pengelolaan Ketegangan Antara Amerika Serikat dan Tiongkok

4 Desember 2024   17:54 Diperbarui: 4 Desember 2024   18:01 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia memiliki kesempatan berharga saat menjabat sebagai Ketua G20. Forum ini menjadi ruang strategis. Bagi Indonesia untuk menunjukkan kemampuan diplomatiknya di tengah situasi global yang kompleks. Salah satu tantangan terbesar adalah ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, dua negara dengan pengaruh besar di dunia. 

Ketegangan ini mencakup isu perdagangan, teknologi, hingga keamanan. Konflik antara keduanya sering kali menciptakan polarisasi yang memengaruhi kerja sama multilateral. Dalam kondisi ini, Indonesia harus menunjukkan kepemimpinan yang mampu meredam perbedaan dan mendorong dialog konstruktif. Sebagai aktor rasional, Indonesia berusaha untuk tetap netral. Posisi ini memberikan ruang bagi Indonesia untuk menjadi penengah dalam konflik yang melibatkan dua kekuatan besar. Pendekatan diplomasi rasional menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan antara kepentingan nasional dan kebutuhan global.

Diplomasi rasional melibatkan pengambilan keputusan yang didasarkan pada analisis situasi secara matang. Indonesia menerapkan strategi ini melalui prosedur operasi standar (SOP) yang transparan dan inklusif. Tujuannya adalah menciptakan solusi yang dapat diterima oleh semua pihak di forum G20. Ketika konflik antara Amerika Serikat dan Tiongkok memanas, Indonesia mengambil inisiatif untuk mengalihkan fokus pada isu-isu substantif. Salah satunya adalah penguatan kerja sama dalam bidang energi terbarukan. Isu ini tidak hanya relevan bagi kepentingan global, tetapi juga bagi agenda pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Indonesia mendorong pembahasan mengenai stabilitas pangan di tengah risiko krisis global. Langkah ini mendapatkan dukungan luas dari anggota G20, termasuk negara-negara berkembang. Dengan demikian, Indonesia berhasil menciptakan momentum untuk membahas isu yang berdampak langsung pada masyarakat dunia. Sebagai Ketua G20, Indonesia memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga keberlanjutan diskusi yang produktif. Dalam melaksanakan tugas ini, Indonesia menunjukkan kemampuan dalam memfasilitasi dialog antara negara-negara dengan kepentingan yang beragam. Peran ini membutuhkan strategi komunikasi yang efektif dan diplomasi yang fleksibel. 

Dalam forum G20, narasi negara-negara besar sering kali mendominasi. Namun, Indonesia berhasil memperjuangkan isu-isu yang relevan bagi negara berkembang. Pendekatan ini mencerminkan komitmen Indonesia untuk menjadi pemimpin yang inklusif dan memperhatikan kepentingan kolektif. Kepentingan politik Indonesia dalam konteks ini sangat jelas. Sebagai negara berkembang yang memimpin forum internasional, Indonesia memiliki peluang untuk memperkuat posisinya di kancah global. Forum G20 menjadi platform bagi Indonesia untuk menunjukkan bahwa negara berkembang juga dapat memainkan peran strategis dalam menghadapi tantangan global.

Selain memprioritaskan isu lingkungan dan pangan, Indonesia juga membawa agenda terkait teknologi digital. Di era Revolusi Industri 4.0, peran teknologi dalam mempercepat pembangunan sangat penting. Indonesia memfasilitasi pembicaraan mengenai akses teknologi untuk negara berkembang guna mengurangi kesenjangan digital.

Strategi ini menegaskan komitmen Indonesia untuk menjadikan G20 sebagai forum yang relevan bagi semua anggotanya. Dengan mendorong kolaborasi antarnegara, Indonesia membuktikan bahwa multilateralisme masih dapat menjadi solusi di tengah meningkatnya rivalitas global. Salah satu keberhasilan Indonesia adalah menjaga fokus diskusi tetap pada isu-isu substantif, meskipun terdapat ketegangan geopolitik. Dengan mengalihkan perhatian pada solusi kolektif, Indonesia menunjukkan bahwa kerja sama multilateral dapat menjadi alternatif yang efektif untuk mengatasi konflik bilateral. Tantangan terbesar dalam mengelola ketegangan Amerika Serikat dan Tiongkok adalah memastikan bahwa kepentingan global tetap menjadi prioritas. Dalam hal ini, Indonesia menerapkan pendekatan yang pragmatis. Melalui strategi ini, Indonesia mampu memanfaatkan statusnya sebagai pemimpin G20 untuk menciptakan dialog yang produktif. 

Indonesia juga berusaha untuk meningkatkan daya tarik investasi melalui perannya di G20. Dengan menunjukkan kepemimpinan yang kompeten, Indonesia memberikan sinyal positif kepada investor internasional. Hal ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi domestik di tengah tantangan global. Namun, peran ini tidak terlepas dari berbagai hambatan. Salah satunya adalah bagaimana Indonesia menghadapi tekanan dari negara-negara besar yang memiliki kepentingan dominan. Dalam situasi ini, diplomasi rasional menjadi alat yang efektif untuk memastikan bahwa kepentingan nasional tetap terjaga tanpa mengorbankan stabilitas global.

Indonesia juga menunjukkan kemampuan dalam menjaga dinamika forum tetap seimbang. Dengan melibatkan semua anggota G20, termasuk negara-negara kecil, Indonesia memberikan ruang untuk diskusi yang lebih inklusif. Pendekatan ini tidak hanya memperkuat legitimasi G20, tetapi juga mendorong komitmen kolektif untuk menangani masalah global. Pengelolaan ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok juga menunjukkan pentingnya pendekatan multilateral. Indonesia berupaya untuk memperkuat kerja sama antar anggota G20 dengan menekankan pentingnya inklusivitas dan dialog. Pendekatan ini menjadi kunci daPLlam menciptakan solusi yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak. Sebagai pemimpin G20, Indonesia juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil mencerminkan kepentingan bersama. Dalam hal ini, Indonesia berhasil menunjukkan bahwa forum multilateral dapat menjadi sarana yang efektif untuk menyelesaikan masalah global.

Kesimpulannya, diplomasi rasional yang dilakukan Indonesia di G20 memberikan pelajaran penting bagi dunia internasional. Dengan mengedepankan prinsip kerja sama, inklusivitas, dan nonblok, Indonesia mampu mengelola ketegangan geopolitik yang kompleks. Peran ini tidak hanya relevan untuk kepentingan nasional, tetapi juga untuk masa depan diplomasi internasional. Indonesia telah membuktikan bahwa negara berkembang dapat menjadi pemimpin global yang andal. Dengan pendekatan yang matang dan komitmen terhadap kepentingan kolektif, Indonesia menunjukkan bahwa kerja sama multilateral tetap menjadi solusi utama dalam menghadapi tantangan global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun