2013
Di sebuah tempat, tempat yang sangat amat jauh dari kota dan keramaian yaitu gunung setapak, hiduplah keluarga Ludo.
Rumah mereka terletak di kaki gunung, dari kejauhan, mereka terlihat seperti keluarga sederhana dan satu-satunya keluarga yang tinggal di rumah dekat kaki gunung. Tapi kenyataannya tidak seperti itu, keluarga Ludo adalah keluarga teknologi. Lebih tepatnya, mereka membuat teknologi dasar yang akan dipakai masyarakat di kota sana.
Ludo, kepala keluarga dalam keluarga itu, adalah orang yang keras dan sangat idealis. Dengan keputusannya sendiri, ia dan keluarganya pindah dari sebuah kota ke sebuah rumah di pegunungan yang tidak memiliki tetangga-atau supermarket dan toko toko lainnya dari jarak dekat. Menurutnya, makhluk lain selain keluarga dan teman dekat adalah gangguan dalam kehidupan pribadinya dan pekerjaan, apalagi dengan adanya korupsi yang terus menerus terjadi di Indonesia, baginya, tinggal di dalam kota itu tidak pas. Ia akan selalu mencaci maki si koruptor, dan tidak akan mau membayar pajak atau hal hal yang berhubungan dengan membayar dengan ‘maksud’ membangun Negara.
Ludo mendirikan anak-anak mereka sendiri di rumah, dengan keterbatasan ruang dan materi. Anak-anak mereka diajari hanya untuk menjadi teknisi, sama seperti ayah-nya.
“Kalian liat ayah, kan, kerja sebagai teknisi dalam teknologi sangat menyenangkan, apalagi kalau punya alatnya sendiri di rumah, mengerjakan segala sesuatu terasa gampang. Lagipula, ini sangat menguntungkan, pernahkah kalian melihat keluarga kita kekurangan dan minta minta? Kita tidak pernah kekurangan apapun kalau terus seperti ini.” Itulah yang selalu dikatakan Ludo setiap kali anak mereka memiliki mimpi yang berbeda.
Tinggal di dalam keluarga yang penuh teknologi, menjadikan keluarga mereka keluarga yang sangat paham dan cepat mendapat informasi tentang dunia sekitar, tentang korupsi, tentang perjudian, tentang penipuan, dan segala jenis informasi lainnya, tapi, hidup mereka hanya sampai disitu. Mereka tidak pernah mendengar secara langsung, atau menyaksikan apapun, hidup mereka hanya sampai pada batas di belakang layar. Bangun, mandi, makan, bekerja, bekerja, mendengar berita sembari bekerja, dan seterusnya.
Kenneth, anak bungsu di keluarga Ludo, adalah yang paling suka memberontak, akibatnya ia ditugaskan dalam hal pengkodean teknologi, suatu hal yang sangat ribet dan membutuhkan ketelitian tinggi.
Huruf huruf, tanda baca, dan segala jenis kode kode aneh sudah menjadi makanan sehari hari bagi Kenneth, tugasnya hanya duduk di ruang komputer dan mengetik kode kode aneh itu.
Ia mempunyai mimpi untuk menjelalah dunia, mencari tau segala jenis klise dalam kehidupannya, dan mencari tau misteri misteri hidup baginya. Bagi Kenneth, satu satunya hiburan dalam rumah itu hanyalah teori teori yang ia buat mengenai perpindahan waktu yang ia dapat dari internet.
Biasanya, sore-sore setelah ia mentransfer segala jenis pengkodean kepada ayahnya, ia mempunyai waktu luang yang tak lain tak lebih pasti digunakan dalam hal teknologi juga. Ia selalu mencari tentang teori, penjelasannya, lalu ia catat dalam jurnal pribadinya dan mengembangkannya dengan pemikirannya.
Ia tertarik dengan ‘waktu’, kalau dalam teknologi ayahnya selalu memprediksi apa yang akan mereka rancang dalam waktu 5 tahun kedepan dan selalu benar, mengapa tidak dengan jenis jenis manusia pada 5 tahun kedepan, apakah para koruptor akan menghilang dan bertobat, atau malah bertambah banyak? mengapa tidak ada yang bisa merancang atau memprediksi dan selalu mendapatkan jawaban yang benar?
Kenneth selalu penasaran dengan penjelasannya.
***
Pagi itu, ada yang berbeda dari biasanya. Muka Ludo berseri-seri, biasanya ia hanya memiliki tipe wajah seperti itu apabila ia baru menyelesaikan proyek besar atau memiliki pendirian sendiri yang akan mempengaruhi semua anggota keluarga.
“Baiklah, karena kalian semua sudah berkumpul disini, ayah akan memberitahu sesuatu.” Kata Ludo dengan tegas di meja makan, “Ayah mau pensiun.”
Sejenak semua orang yang duduk di meja makan kecil itu hening, masing-masing sibuk dalam pikiran dan hayalannya masing masing.