Ada sekitar tujuh miliar penduduk di bumi.
Tidak ada satupun yang sama. Baik dari segi sifat, tingkah laku, dan kemampuan. Setiap satu detik berlalu, manusia-manusia baru dilahirkan dengan rencana akan kemampuan dari Tuhan yang berbeda-beda. Memang benar tidak semua orang harus menyelami dunia seni, namun seni hadir layaknya sebagai sebuah penyeimbang kehidupan yang sedang berlangsung. Di-ibaratkan dengan kebahagiaan, dengan seni semua orang dapat menikmati kebahagiaan itu dalam cara-cara yang berbeda.
Menurut saya, seni itu bebas. Seni tidak memandang seberapa indah atau buruk suatu karya karena seharusnya tidak ada standar dalam menentukan hal itu. Seni diadakan sebagai sarana pelampiasan emosi manusia setelah menjalani berpuluh puluh atau beratus ratus kejadian yang dialami dalam hidupnya.
Di suatu hari yang cerah, lahirlah seorang anak bernama Faber. Ia terlahir spesial karena kehilangan pita suaranya sejak lahir, ia tidak pernah mengenal kata dan ejaan. Ia tidak pernah memiliki teman, tak ada yang mau menemani seorang anak yang tidak bisa diajak bicara. Hari beranjak cepat, tanpa disadari Faber tumbuh menjadi remaja. Ribuan matahari terbit telah terlewati, dan kini ia sudah mulai mengenal pahitnya kehidupan. Segala kesendirian yang dialaminya sejak kecil tidak akan pernah bisa membandingi pahitnya kehidupan yang dialaminya di masa remaja saat itu.
Pada suatu titik terendah dalam hidupnya, ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan meminum pil sampai overdosis, pada detik-detik saat ia hendak meneguk, ia melihat sebuah canvas tua berdebu dengan peralatan melukis tersimpan rapi di belakang kotak sepatunya. Dengan segala kegelapan dan kepahitan yang ia alami sekarang, ia mulai melampiaskan seluruh amarah,kebencian,ketidakadilan itu dalam sepetak canvas. Hasilnya mengerikan, menurutnya.
Setelah ia lihat-lihat kembali, seluruh perasaan yang dilampiaskannya tumpah ke dalam canvas itu, ia merasa lega. Dengan perasaan iseng, ia menjual hasil lukisan tersebut ke toko-toko pameran lukisan, lukisan tersebut tidak diterima oleh satupun toko. Tentu saja Faber tidak merasa sedih, melainkan letih bolak balik seluruh toko lukisan..ia duduk di depan sebuah toko dengan lukisannya dan memandangi semua orang yang berlalu lalang. Tiba-tiba datanglah seorang kakek-kakek yang bertanya tentang lukisan yang sedang ia genggam, kakek itu berkata lukisan itu mengingatkannya kepada istrinya yang sudah meninggal lama. Kakek itu akhirnya membeli lukisan tersebut.
Seni itu bebas, bukan?
Standar baik maupun buruk merupakan hal yang sangat amat relatif. Seperti yang sudah tertulis, sekitar tujuh miliar penduduk di bumi, tidak ada yang mengalami satu hari dengan pengalaman yang sama, tak ada yang memiliki rasa kehilangan yang sama, tidak ada yang memiliki rasa kebahagiaan yang sama, tidak ada yang memiliki rasa memiliki yang sama, tidak ada satupun yang sama. Setiap orang berbeda-beda, karena itu, teruslah berkarya menciptakan apapun karena kebebasan selalu berpasangan dengan seni.
Dengan hadirnya Faber Castell yang merupakan merk produk dari tahun dari 1766, semua manusia baik dari kaum anak-anak, remaja dan dewasa dapat mencicipi seni dengan penggunaan produk-produk yang memadai.
Faber Castell menciptakan produk-produk seni dan grafis, mulai dari pensil kayu, pensil cetek, pulpen, spidol warna, penghapus, penserut, krayon, penggaris. Faber Castell juga mengkategorikan produk-produknya untuk setiap kategori seperti kategori anak-anak, kategori sekolah dan kantor, kategori untuk hobi seniman dan juga kategori khusus untuk seniman. Hal ini akan memudahkan setiap orang yang menggunakan produk Faber Castell.
Seni ada dalam diri kita semua. Semua tergantung pada hati, dan kemauan untuk memulai menciptakan, karena itu, Faber Castell akan selalu menjadi wadah terbaik untuk menampung segala jenis karya seni yang kita buat dalam hidup kita sendiri :)