Pada ulasan kali ini, penulis akan membahas terkait dua baliho yang berisi iklan mobil dari dua brand yang berbeda, yaitu "Suzuki Ertiga" dan "Astra Daihatsu Ayla". Kedua iklan dalam baliho tersebut dapat dikategorikan sebagai kampanye yang bertujuan untuk mempromosikan produk. Kedua baliho ini telah menerapkan IMC (Integrated Marketing Communication), di mana komunikasi pemasaran dan iklan sangat dapat terlihat pada kedua objek tersebut. Jika dianalisis dari tujuannya, kampanye berupa iklan dalam baliho ini bertujuan untuk menciptakan posisi di dalam pikiran konsumen agar ia tahu, mengenali, dan tahu akan adanya eksistensi produk tersebut. Selain itu, dua iklan tersebut juga dapat dianalisis menggunakan 1 dari 5 Model Perkembangan Tahap Yale, yaitu identifikasi. Kedua iklan mobil tersebut menciptakan pemikiran di benak konsumen dengan cara menampilkan elemen visual yang besar dengan cara dipasang di dalam baliho, menyertakan logo, menggunakan teknik pemilihan warna yang menarik dan eye catching tetapi tetap padu satu dan lainnya, serta tulisan yang tegas untuk menunjukkan keterbacaan dan mempertegas hal yang ingin diiklankan. Selain itu, terdapat pula slogan yang merepresentasikan value dari produk tersebut, yaitu Ayla dengan "Melengkapi Kebahagiaan Keluarga Indonesia", dan Ertiga dengan slogan "Gear to Exhilarate, Cruise to Energize Your Life". Apabila dianalisis dengan Hierarchy of Effects menurut Lavidge dan Steiner (1961), kedua baliho tersebut dapat digambarkan melalui 3 dari 4 tahap :
Kesadaran : dari perbandingan 2 iklan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pihak pembuat iklan telah mencari tahu tentang kebiasaan dan minat konsumen. Iklan mobil Astra merujuk pada kebiasaan konsumen yang menggunakan mobil untuk bersenang-senang bersama keluarga, sedangkan iklan mobil ertiga tidak menampilkan keluarga atau subjek apapun, tetapi lebih menekankan pada kemewahan dan kegagahan mobil tersebut, di mana hal itu juga merupakan sesuatu yang dicari konsumen saat akan membeli mobil.Â
Pengetahuan : pembuat iklan memberi informasi terkait adanya produk tersebut, beserta kegiatan yang cocok dilakukan maupun manfaat dan penggambaran experiece yang akan dirasakan jika menggunakan produk tersebut.Â
Menyukai dan Memilih : Letak dari kedua baliho ini cukup dekat, dan bahkan berada di jalan yang sama. Hal ini memungkinkan konsumen yang melihat iklan tersebut dapat langsung melihat perbandingan di antara kedua merk tersebut. Konsumen dapat menyesuaikan dengan preferensi pribadi mereka, apakah mereka lebih tertarik dan tergugah emosinya saat melihat iklan yang menyertakan aspek keluarga di dalamnya, atau cenderung menyukai produk yang terlihat gagah dan mewah.Â
Keyakinan dan Pembelian : tahap ini tidak sepenuhnya dapat digunakan untuk menganalisis hal yang ada pada kasus ini, dikarenakan bahasan yang ada masih ada dalam tahap promosi dan belum ada aktivitas jual beli. Meskipun begitu, iklan yang ditampilkan tersebut bisa jadi sudah cukup memunculkan keyakinan di dalam hati konsumen setelah mereka melakukan tahap pemilihan dan penyesuaian dengan preferensi mereka tadi.Â
Iklan 2 mobil tersebut juga dapat dinilai menggunakan 2 dari 7 aspek positioning menurut Jack Trout dan Al Ries, yaitu Be the Best dan Position by Age. Baik produk Ayla maupun Ertiga, mereka sama-sama berusaha menjadi yang terbaik dalam bidang mereka. Astra berusaha menyediakan produk yang terbaik dan ideal untuk "Melengkapi Kebahagiaan Keluarga Indonesia" sesuai slogannya, sedangkan Ertiga berusaha memberikan yang terbaik bagi konsumen yang mencari tipe mobil yang dapat menawarkan experience kemewahan dan kegagahan. Perihal position by age, dapat disimpulkan bahwa produk Ayla diperuntukkan bagi konsumen yang telah memiliki keluarga, yang berarti mereka pada umumnya adalah orang dengan usia yang sudah dewasa, matang, dan siap berkeluargam meskipun di luar apa yang ditampilkan di iklan, produk tersebut sebenarnya tetap bisa digunakan oleh konsumen yang belum berkeluarga.Â
Selain konsep kampanye, kedua iklan tersebut juga dapat dianalisis menggunakan teori pertimbangan sosial. Teori ini menjelaskan bahwa semakin tinggi keterlibatan ego, semakin rendah penerimaan terhadap pesan persuasi. Keterlibatan ego yang tinggi ini dilihat dari bagaimana posisi isu/pesan persuasi ini dalam kehidupan audiens, apakah di posisi utama atau tidak, serta seberapa sering audiens mencari informasi terkait pesan tersebut. Menurut Muzafer Sherif (1906), teori ini sangat erat kaitannya dengan bagaimana nantinya seseorang akan membuat keputusan terkait pesan yang diterima, dan bagaimana mereka akan bersikap. Pada kasus ini, audiens dihadapkan pada dua pilihan merk dari produk yang sama yaitu mobil. Produk pertama menawarkan kenyamanan dan dukungan bagi mereka yang memiliki keinginan untuk menggunakan mobil sebagai fasilitas penunjang kebahagiaan di keluarga mereka, sedangkan produk kedua dari ertiga tidak menampilkan aspek tersebut, dan cenderung berfokus pada audiens yang memiliki minat pada produk yang megah, kokoh, dan mewah. Hal ini dapat dilihat dari penggambaran yang ada pada iklan di mana iklan Ayla meletakkan produk mereka di sisi sebelah kanan saja, sedangkan sisi kirinya dipenuhi oleh gambaran keluarga yang terlihat bahagia. Berbeda dari Ayla, iklan Ertiga justru sangat menonjolkan produknya dengan menempatkannya di tengah, dilengkapi dengan elemen-elemen garis pendukung yang berusaha menunjukkan bahwa mobil tersebut merupakan mobil yang gesit. Kedua perbedaan tersebut tentu menjadi bahan pertimbangan bagi audiens yang akan menentukan pilihannya. Audiens akan mempertimbangkan di antara kedua iklan tersebut, produk mana kah yang lebih sejalan dengan minat dan kebiasaan sehari-hari mereka, dan sesuai dengan nilai-nilai yang selama ini dijunjung dalam keseharian audiens tersebut, dan setelah mempertimbangkan aspek-aspek tersebut, mereka akhirnya dapat menentukan produk mana yang membuat mereka tertarik, maupun akhirnya sampai ke tahap audiens tersebut membeli produk yang diiklankan.Â
Daftar Pustaka :Â
Jowett, Garth S. & Victoria J. ODonnell. 2015. Propaganda & persuasion. Thousand Oaks,
California: SAGE Publications, Inc.
Larson, Charles U. 2010. Persuasion: Reception and responsibility. 12th Edition. Boston,
USA: Wadsworth.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H