Pornografi yang disebarluaskan di Internet seringkali menampilkan citra seksual yang tidak realistis dan merugikan perempuan, misalnya dengan menghadirkan objektifikasi dan pemaksaan seksual. Ini dapat memperkuat citra seksual yang tidak sehat dan tidak pantas serta dapat memengaruhi sikap sosial tentang seks dan hubungan gender. Selain itu, konsumsi media Hollywood dan produk budaya Barat lainnya juga dapat mempengaruhi pandangan masyarakat Indonesia terhadap seks dan relasi gender.
Dalam beberapa film Hollywood, perempuan seringkali dilihat sebagai objek seksual dan maskulinitas seringkali diasosiasikan dengan kekerasan dan dominasi seksual. Hal ini dapat mempengaruhi sikap sosial tentang seks dan relasi gender, serta dapat memperparah masalah pelecehan seksual di Indonesia.
Namun perlu diperhatikan bahwa meskipun budaya luar seperti media dan pornografi dapat mempengaruhi isu pelecehan seksual di Indonesia, ada juga budaya Indonesia yang mempengaruhi munculnya pelecehan seksual. Â
Beberapa faktor budaya berperan dalam meningkatkan risiko pelecehan seksual di Indonesia, antara lain:
Konsep seksual patriarkal
Budaya patriarki yang kuat di Indonesia dapat memperkuat norma gender yang merugikan perempuan terutamanya dan membuat mereka lebih rentan terhadap pelecehan seksual.
Patriarki adalah sistem sosial yang menempatkan laki-laki pada posisi kekuasaan dan dominasi atas perempuan, sehingga menimbulkan ketidaksetaraan gender. Dalam sistem patriarki, laki-laki dianggap sebagai kepala rumah tangga dan memiliki kekuasaan lebih besar dalam mengambil keputusan, mengendalikan sumber daya, dan menentukan nilai dan norma sosial.
Sistem patriarki berdampak negatif terhadap perempuan seperti berkurangnya hak dan kesempatan, diskriminasi dalam pendidikan dan pekerjaan, kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, dan pemaksaan peran gender tradisional yang merugikan bagi perempuan. Selain itu, sistem patriarki juga merugikan laki-laki yang tidak memenuhi standar maskulinitas yang ditentukan. Berikut beberapa contoh budaya patriarki di Indonesia yang dapat memperparah masalah pelecehan seksual:
Budaya Pelecehan Verbal:
Ekspresi atau kata-kata kasar tertentu sering digunakan untuk mempermalukan atau mempermalukan wanita. Hal ini dapat memperkuat budaya pelecehan dan stigmatisasi terhadap perempuan, serta dapat memengaruhi sikap sosial tentang seks dan relasi gender.
Budaya pernikahan anak:
Pernikahan dini masih menjadi praktik umum di Indonesia dan dapat berdampak serius pada kesehatan dan kehidupan seks perempuan. Pernikahan dini dapat meningkatkan risiko pelecehan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga.
Budaya menyalahkan korban:
Budaya menyalahkan korban, di mana korban pelecehan seksual sering dituduh berpakaian sugestif atau lalai, dapat memperkuat sikap yang merendahkan dan merugikan perempuan, serta dapat menghambat upaya pencegahan dan penindakan terhadap pelecehan seksual.