Mohon tunggu...
angelicha indra
angelicha indra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu rumah tangga biasa dengan anak-anak yang hebat

" menuangkan sebaris kata menjadi sebuah kalimat mampu terbangkan secuil lara "

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mawar Merah Untukmu

15 Desember 2020   00:19 Diperbarui: 15 Desember 2020   04:27 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di waktu itu, aku yang selalu duduk di meja paling sudut sebuah cafe
Menantimu, berharap sang waktu mempertemukan kita kembali
Mungkin kau berubah pikiran, berani untuk menemuiku lagi
Aku yang selalu menyediakan waktu dan hati untukmu
Walau aku tahu harus menunggumu entah sampai kapan

Waktu berlalu hingga bertahun lewat
Tiba-tiba kau mengirim kabar, aku terpaku sejenak
Mimpi atau nyata yang tersaji
Memang benar kau menghubungiku
Menanyakan keadaanku dan menyampaikan bahwa kau baik-baik saja

Selanjutnya kita sering bertukar kabar dan ada secercah harap untukku
Kau katakan akan mengunjungi bila saatnya tiba
Itu tak kan lama lagi, katamu
Kuterima berita dengan hati berbunga dan membayangkan bila pertemuan itu terjadi
Sungguh hati tak sabar menunggu kamu datang

Hampir tiga ratus hari kamu dan aku saling bertukar pesan
Setiap pagi kau kirim kalimat yang membuat aku merasa hidup kembali
Namun disuatu pagi kau katakan sesuatu terjadi pada dirimu
Kau hidup dalam kubangan lumpur, itu saja kalimat yang tertulis tanpa penjelasan
Aku kembali berada pada titik hitam

Tiga puluh hari berlalu, tetap dengan pesan yang kau kirim tiap matahari terbit
Sampai pada suatu saat aku lupa untuk membaca pesan-pesan darimu berhari lamanya
Aku tersadar akan hal itu dan mulai membalasnya
Tapi tak satu pun kau buka kabar dariku, mungkin kamu marah
Tak putus asa, tetap ku kirimkan berita dan salam untukmu

Sembilan puluh hari berlalu
Kamu diam, seolah tak peduli lagi akan kita
Aku merana, meronta, menangis menyesali kebodohanku
Yah.. aku bersalah tak membalas kabar darimu
Aku memohon padamu untuk memaafkan, tapi sepertinya sia-sia

Di tengah gundahnya hati, menyesali diri
Aku berusaha mencari kabar tentangmu
Akhirnya kabar itu kutemukan pagi ini
Kusaksikan hanya batu nisan yang bertulis namamu
Aku tak dapat melakukan apa-apa, hanya tak percaya menyaksikan semuanya

Hidupku kembali pada titik hitam
Kembali pada kelam dan kekosongan
Tak percaya kau tega menyembunyikan semuanya
Kini baru aku mengerti apa artinya semua ucapanmu
Masih teringat jelas saat kau tuliskan "hidupku dalam kubangan lumpur"

Hanya setangkai mawar merah berduri yang kau persembahkan diakhir cerita

Duri yang tak bisa menghentikan darah kesedihan walau telah tercabut

Semoga kau tenang disana, tersenyum bahagia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun