Apa itu Unicef ?Â
UNICEF Â membantu membangun sistem perlindungan anak nasional yang komprehensif untuk mencegah dan memerangi kekerasan, pelecehan, penelantaran dan eksploitasi.Â
Ini dicapai melalui perubahan sikap dan perilaku yang melanggengkan kekerasan terhadap anak perempuan dan laki-laki, pengembangan spesialis perlindungan anak profesional, perubahan undang-undang dan kebijakan yang sesuai dengan standar hak asasi manusia internasional, dan audit dan pemantauan anggaran untuk meningkatkan manajemen keuangan publik anak-anak.Â
Secara khusus, UNICEF mendukung kampanye nasional untuk mengakhiri perkawinan anak. UNICEF bekerja dengan anak-anak dan remaja sebagai agen perubahan, membantu meningkatkan visibilitas pelanggaran hak-hak anak dan mendorong debat publik terbuka tentang isu-isu utama seperti anak-anak migran dan pengungsi, pekerja anak, perkawinan anak dan pencatatan kelahiran
Hukum Perlindungan AnakÂ
Undang-undang ini mengatur:
Hak-hak anak terus dilindungi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara. Aktivitas ini harus berlangsung dan bertujuan untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, spiritual, dan sosial anak. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menciptakan kehidupan yang terbaik bagi anak-anak. Mereka diharapkan menjadi potensi keturunan bangsa yang tangguh, berakhlak mulia, berpegang pada nilai-nilai Pancasila, penuh nasionalisme, dan berdedikasi untuk memperkuat persatuan dan kesatuan demi keselamatan negara dan negara bagian.
Untuk melindungi anak, tindakan harus diambil secepat mungkin, mulai dari saat janin dalam kandungan hingga ia berusia 18 tahun atau delapan belas tahun. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 menetapkan tanggung jawab untuk melindungi dan melindungi hak anak tanpa membedakan agama, suku, ras, golongan, jenis kelamin, suku, budaya, bahasa, status hukum, urutan kelahiran, kesehatan fisik dan mental, dan perumusan dan pelaksanaan kebijakan yang melindungi anak.
Peran UNICEF dalam melindungi  anak -- anak IndonesiaÂ
Contoh dari peran UNICEF dalam melindungi anak-anak Indonesia adalah dengan mengurangi diskriminasi antar teman sebaya dengan cara membuat program tertentu seperti Setelah menerapkan program Roots, setiap sekolah percontohan, dengan melibatkan para guru, berhasil mengembangkan kesepakatan anti-intimidasi bagi siswanya.Â
"Agen Perubahan" berusaha untuk mengubah dan membuat kebijakan sekolah, kemudian membahasnya dengan kolega dan pendidik, dan akhirnya membuat kebijakan yang disepakati. Hasil ini sangat menarik karena, menurut survei awal yang dilakukan sebelum program Roots dimulai, 87 persen guru mengatakan bahwa mereka menganggap laporan guru dianggap serius, tetapi hanya 9 persen siswa mengatakan bahwa guru menganggap laporan mereka dianggap serius (UNICEF). Indonesia, tahun 2020. Hasil di atas menunjukkan bahwa kerja sama guru-siswa untuk memerangi pelecehan adalah penting. Pembelajaran yang lebih sehat dan menyenangkan akan tercipta ketika guru dan siswa bekerja sama untuk memerangi pelecehan.