Sebagai tugas Universitas Airlangga
1.Pendahuluan
Di era globalisasi teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat, berbagai macam media sosial atau platfrom digital mulai muncul di masa sekarang. Dengan adanya platfrom digital tersebut seseorang dapat terhubung secara terus menerus dengan dunia luar. Hal tersebut tentu membuka peluang untuk terhubung dengan orang lain, memperoleh informasi dan berbagai pengalaman. Selain itu platfrom digital juga dapat digunakan untuk mengekspresikan dirinya dengan berbagai trend yang dapat ditiru atau dilakukan oleh beberapa orang lainnya. Dengan adanya trend yang mulai bermunculan menyebabkan beberapa orang mengalami ketakutan akan ketertinggalan terhadap suatu informasi atau trend tersebut. Jika keinginan seseorang tidak tercapai dalam mengikuti trend atau informasi terbaru mereka akan dikatakan sebagai seseorang yang ketinggalan atau kurang update. Kondisi tersebut biasa disebut dengan Fear of Missing Out atau FOMO.
FOMO merupakan suatu kecemasan, kekhawatiran, atau ketakutan yang dialami oleh seseorang pada saat seseorang terlambat atau tertinggal pada saat orang lain mengalami berbagai macam hal seperti pengalaman yang berkesan sedangkan dirinya tidak dapat merakasakannya sehingga muncul keinginan untuk selalu terhubung atau mengikuti apa yang terjadi di sosial media (Kusaini et al., 2024). Seseorang yang mempunyai sifat FOMO cenderung mengalami beberapa gejala seperti: sulit untuk berjauhan dengan smartphone, selalu gelisah dan cemas Ketika tidak membuka sosial media, mempunyai pola pikir komunikasi dengan teman di media sosial lebih penting daripada teman disekitarnya, selalu antusias atau semangat terhadap postingan orang lain, mempunyai keinginan untuk memperlihatkan dirinya dan kegiatan di media sosial, selalu merasa gelisah bahkan depresi jika hanya sediki orang yang mengunjungi atau melihat akun media sosialnya (P. D. Utami & Aviani, 2021).
Adanya sifat FOMO sangat berperan penting terhadap perkembangan penggunaan media sosial sehingga berdampak negatif bagi para penggunanya. Ketidakmampuan seseorang dalam megontrol dirinya terkait penggunaan media sosial pada akhirnya akan berpengaruh buruk dalam kehidupan sehari -- hari mereka. Secara umum penggunaan media sosial secara berlebihan sehingga menimbulkan sifat FOMO dapat menimbulkan efek terhadap psikopatologis mereka seperti menimbulkan depresi dan kecemasan yang diakibatkan dari sifat FOMO tersebut, situasi itulah yang biasa disebut dengan burnout. Burnout merupakan kondisi kelelahan mental, emosional, dan fisik yang ekstrem yang disebabkan oleh stres berkepanjangan.
2.Pembahasan
FOMO (Fear Of Missing Out) adalah salah satu bentuk dari kecemasan atau kekhawatiran yang ditandai dengan adanya keinginan seseorang untuk selalu mengetahui apa saja kegiatan orang lain terutama pada media sosial atau platfrom digital. Terdapat tiga indikator FOMO yajni ketakutan, kekhawatiran, dan kecemasan. Sifat FOMO sekarang cenderung besar terjadi terutama pada remaja atau gen Z sehingga bisa dikatakan bahwa media sosial mempermudah penggunanya dalam mengakses berbagai informasi mengenai dengan aktivitas, kegiatan, berita-berita yang sedang terjadi, dan percakapan melalui media sosial yang membuat penggunanya mengalami FOMO (Putri et al., 2019).
FOMO menjadi salah satu masalah sosial karena terbukti menjadi faktor pada beberapa sifat yang dapat merugikan seseorang seperti selalu ingin terhubung dengan media sosial sehingga mereka rela menghabiskan waktunya beberapa jam untuk mengakses atau bermain media sosial untuk mengetahui kegiatan orang lain yang dipost di media sosial dan mengabaikan kegiatannya sendiri. FOMO bisa saja mengganggu seseorang dalam melaksanakan aktivitasnya sehari -- hari dan bisa mengancam kegiatan sosial orang tersebut, media sosial tersebut bisa digunakan sebagai wadah untuk menghabiskan waktu bahkan untuk mengikuti kehidupan dan kegiatan orang lain. FOMO yang muncul dari kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadikan seseorang mengalami ketergantungan, seseorang supaya tidak tertinggal informasi di media sosial menjadi permasalahan sosial budaya di kalangan Masyarakat pada saat ini.
Ketika seseorang selalu mengalami FOMO pada setiap hal yang terjadi di kehidupannya baik di dunia nyata maupun sosial, apabila keinginan mereka tidak dapat dipenuhi dengan baik tentu mereka akan mengalami stress atau depresi hal tersebutlah yang akhinya akan memunculkan fenomena burnout akibat dari sifat FOMO seseorang. Burnout sendiri adalah sutu sindrom psikologis yang terdiri dari tiga dimensi yakni kelelahan emosional, depersonalisasi, maupun low personal accomplishment. Burnout merupakan suatu bentuk ketegangan atau tekanan psikis yang berkaitan dengan stress yang dialami seseorang dari hari ke hari dan ditandai dengan kelelahan fisik, mental dan emosional. Burnout juga dapat didefinisikan sebagai kelelahan fisik, mental dan emosional yang terjadi karena stres yang diderita dalam jangka waktu yang relatif lama, di dalam situasi yang berkaitan dengan keterlibatan emosional yang tinggi (Nurmayanti & Margono, n.d.).
Berikut merupakan beberapa cara FOMO yang dapat mengarah ke burnout:
a.Tekanan untuk selalu sempurna:
FOMO dapat membuat kita merasa tertekan untuk selalu tampil sempurna di media sosial. Kita mungkin merasa perlu untuk selalu memposting konten yang menarik dan mendapatkan banyak likes dan komentar. Hal ini dapat menghabiskan banyak waktu dan energi, dan pada akhirnya dapat membuat kita merasa tidak puas dengan diri sendiri.
b.Perbandingan sosial:
FOMO dapat membuat kita terus-menerus membandingkan diri kita dengan orang lain. Kita mungkin melihat orang lain yang tampaknya memiliki kehidupan yang lebih baik dan lebih menarik daripada kita, dan hal ini dapat membuat kita merasa rendah diri dan tidak bahagia.
c.Kurang tidur:
Terlalu banyak waktu yang dihabiskan di depan layar dapat mengganggu pola tidur kita. Kurang tidur dapat memperburuk gejala FOMO dan burnout, dan juga dapat membuat kita lebih rentan terhadap stres dan kecemasan.
Terdapat beberapa upaya atau cara dalam mencegah atau menghindari FOMO sehingga tidak mengakibatkan burnout pada seseorang, yaitu diantaranya: mengetahu berbagai cara untuk selalu menghargai dirinya sendiri. Mengetahui dampak yang disebabkan dari sifat FOMO yang berlebihan. Mengurangi penggunaan smartphone dan media sosial, selalu mempunyai pola pikir yang positif, mengembangkan potensi atau bakat yang ada pada diri sendiri, selalu berhubungan dengan orang -- orang disekitar secara langsung, dan menjaga kesehatan mental dan fisik (R. Utami & Muharni, 2023). FOMO dan burnout merupakan masalah yang serius yang bisa berpengaruh buruk terhadap kesehatan mental dan fisik seseorang. Dengan memprioritaskan kesehatan mental dan fisik seseorang dan membangun hubungan yang kuat dengan orang sekitarnya dapat menjalani hidup yang lebih bahagia dan lebih memuaskan.
3.Kesimpulan
FOMO (Fear Of Missing Out) adalah salah satu bentuk dari kecemasan atau kekhawatiran yang ditandai dengan adanya keinginan seseorang untuk selalu mengetahui apa saja kegiatan orang lain terutama pada media sosial atau platfrom digital. Ketika seseorang selalu mengalami FOMO pada setiap hal yang terjadi di kehidupannya baik di dunia nyata maupun sosial, apabila keinginan mereka tidak dapat dipenuhi dengan baik tentu mereka akan mengalami stress atau depresi hal tersebutlah yang akhinya akan memunculkan fenomena burnout. Burnout merupakan suatu bentuk ketegangan atau tekanan psikis yang berkaitan dengan stress yang dialami seseorang dari hari ke hari dan ditandai dengan kelelahan fisik, mental dan emosional. Beberapa cara FOMO yang dapat mengarah ke burnout : tekanan untuk bernampilan selalu sempurna, perbandingan sosial dan kurangnya tidur. Terdapat beberapa upaya atau cara dalam mencegah atau menghindari FOMO sehingga tidak mengakibatkan burnout pada seseorang, yaitu diantaranya: mengetahu berbagai cara untuk selalu menghargai dirinya sendiri. Mengetahui dampak yang disebabkan dari sifat FOMO yang berlebihan. Mengurangi penggunaan smartphone dan media sosial, selalu mempunyai pola pikir yang positif, mengembangkan potensi atau bakat yang ada pada diri sendiri, selalu berhubungan dengan orang -- orang disekitar secara langsung, dan menjaga kesehatan mental dan fisik. FOMO dan burnout merupakan masalah yang serius yang bisa berpengaruh buruk terhadap kesehatan mental dan fisik seseorang. Dengan memprioritaskan kesehatan mental dan fisik seseorang dan membangun hubungan yang kuat dengan orang sekitarnya dapat menjalani hidup yang lebih bahagia dan lebih memuaskan.
Â
Referensi
Kusaini, U. N., Wulandari, L., Raja, R., Guk, G., Dwi, B., Cahya, I., Regilsa, M., Anggraini, D., Oktaviana, V., Lubis, M. A., Konseling, B., & Jambi, U. (2024). Perilaku Fear Of Missing Out ( Fomo ) Pada Mahasiswa Pengguna Tiktok. 4, 5104--5114.
Nurmayanti, L., & Margono, H. M. (n.d.). Burnout pada dokter. 32--42.
Putri, L. S., Purnama, D. H., & Idi, A. (2019). GAYA HIDUP MAHASISWA PENGIDAP FEAR OF MISSING OUT DI KOTA PALEMBANG. 21(2), 129--148.
Utami, P. D., & Aviani, Y. I. (2021). HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DENGAN FEAR OF MISSING OUT (Fomo) Remaja Pengguna Instagram. Jurnal Pendidkan Tambusai Universitas Negeri Padang, 5(1), 177--185. http://fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/Danan-Satriyo.pdf
Utami, R., & Muharni, T. (2023). PENGARUH LAYANAN INFORMASI MENGGUNAKAN MODEL PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY ( REBT ) UNTUK MENCEGAH FEAR OF MISSING OUT ( FOMO ) PADA SISWA. XIII(2), 191--199.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H