Mohon tunggu...
Angelica Sherren Ananta
Angelica Sherren Ananta Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERITAS LAMBUNG MANGKURAT

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Analisis Location Quotient untuk Menentukan Sektor Basis dan Non-Basis di Kota Banjarbaru

5 September 2024   21:01 Diperbarui: 5 September 2024   21:06 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Menurut Hood (1998), analisis Location Quotient (LQ) merupakan metode yang digunakan untuk menilai konsentrasi atau spesialisasi suatu sektor ekonomi di suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas. LQ berfungsi untuk mengidentifikasi apakah sektor ekonomi di wilayah tertentu adalah sektor basis atau non-basis. 

Ketika nilai LQ lebih besar dari 1, hal ini menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki konsentrasi yang lebih tinggi di wilayah itu dibandingkan dengan wilayah referensi, yang berarti sektor tersebut memainkan peran penting dalam ekspor dan pertumbuhan ekonomi lokal. Sebaliknya, jika nilai LQ kurang dari 1, atau termasuk dalam kategori non-basis, maka sektor tersebut cenderung memiliki peran yang kurang signifikan di wilayah tersebut.

Dalam penelitian ini, data yang digunakan berasal dari Kota Banjarbaru, khususnya mengenai produksi tanaman sayuran menurut kecamatan dan jenis tanaman dari tahun 2018 hingga 2023. Setelah data dikumpulkan, perhitungan LQ dilakukan untuk mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang tergolong basis dan non-basis di kota tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada 6 komoditas yang dikategorikan sebagai sektor basis, yaitu bawang merah, cabe rawit, tomat, cabai besar, cabai keriting, dan petsai. Sebaliknya, 3 komoditas lainnya, yakni kentang, bawang putih, dan kubis, termasuk dalam kategori non-basis.

Jika suatu sektor memiliki kategori non-basis, berarti sektor tersebut memainkan peran yang relatif kecil dalam ekonomi lokal dibandingkan dengan sektor lain di wilayah tersebut. Akibatnya, daerah tersebut mungkin akan lebih tergantung pada impor dari luar untuk memenuhi kebutuhan komoditas tersebut, mengingat kurangnya kontribusi sektor ini dalam perekonomian daerah.

Variasi komoditas unggulan di setiap kecamatan Kota Banjarbaru juga menunjukkan perbedaan yang signifikan. Di Kecamatan Banjarbaru Utara, komoditas utama meliputi bawang merah, cabe rawit, tomat, dan cabai besar, yang semuanya memiliki nilai LQ lebih dari 1. Di Kecamatan Cempaka, komoditas basis adalah bawang merah, cabai keriting, dan petsai. 

Kecamatan Landasan Ulin mengandalkan tomat, cabai besar, dan petsai sebagai komoditas unggulan. Kecamatan Banjarbaru Selatan dan Kecamatan Liang Anggang masing-masing hanya memiliki satu jenis komoditas utama, yaitu cabe rawit. Keberagaman komoditas ini mencerminkan kekuatan dan keunggulan produksi pertanian di setiap kecamatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun