Mohon tunggu...
Angelica Sherren Ananta
Angelica Sherren Ananta Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERITAS LAMBUNG MANGKURAT

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Iklim terhadap Karhutla

17 Maret 2024   21:07 Diperbarui: 17 Maret 2024   21:14 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Provinsi Riau merupakan provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah-timur pulau Sumatra. Wilayah pesisirnya berbatasan dengan Selat Malaka dan berada antara 01 derajat 31'-02 derajat 25' Lintang Selatan atau antara 100 derajat-105 derajat BT (Bujur Timur). Luas wilayahnya mencapai 8.915.016 Ha (89.150 Km2). Provinsi Riau terdiri dari 21 kabupaten dan 3 kota. Provinsi Riau terletak di pulau Sumatra, Indonesia, dan memiliki batas dengan Provinsi Kepulauan Riau di sebelah utara, Provinsi Jambi di sebelah selatan, Provinsi Sumatra Barat di sebelah barat, dan Provinsi Sumatra Utara di sebelah timur. Selat Malaka juga menjadi salah satu batas alam yang memisahkan Riau dengan negara tetangga, yaitu Malaysia.

Cuaca, menurut Kartasapoetra (2004), adalah keadaan atau perilaku atmosfer yang berubah-ubah dari waktu ke waktu. Udara memiliki sifat yang sangat dinamis, di mana suhu dan kelembaban udara dapat berubah secara terus-menerus. Intensitas cahaya yang mencapai permukaan bumi juga berubah, tergantung pada penyebaran dan ketebalan awan. Kecepatan dan arah angin juga dapat berubah dengan cepat dalam waktu yang singkat, seperti dalam hitungan jam atau hari. Kondisi atmosfer yang berubah-ubah dengan cepat ini disebut sebagai cuaca.

Di sisi lain, menurut Kartasapoetra (2004), iklim merujuk pada rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama. Iklim adalah fenomena alam yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk radiasi matahari, suhu, kelembaban, awan, hujan, evaporasi, tekanan udara, dan angin. Faktor-faktor ini berperan dalam membentuk iklim di suatu wilayah dan membedakannya dari iklim di wilayah lain. Misalnya, matahari menjadi faktor pengendali iklim yang sangat penting, karena merupakan sumber energi bagi bumi yang mempengaruhi pergerakan udara dan arus laut. Selain itu, faktor-faktor seperti distribusi daratan dan air, pola tekanan tinggi dan rendah yang semi-permanen, massa udara, pegunungan, arus laut, dan badai juga berperan sebagai pengendali iklim.Dengan demikian, cuaca mengacu pada keadaan atmosfer yang berubah-ubah dalam waktu singkat, sementara iklim merujuk pada rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang lebih lama.(Miftahuddin, 2016)

Perubahan iklim yang terjadi saat ini memiliki dampak yang signifikan bagi lingkungan, dan ketidakpedulian manusia terhadap perlindungan alam semakin memperburuk situasi tersebut. Salah satu contoh dampak yang sering terjadi adalah kebakaran hutan

Secara umum, kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia dapat disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu kondisi bahan bakar, cuaca, dan faktor sosial budaya masyarakat. Kondisi bahan bakar yang rentan terhadap kebakaran meliputi jumlah bahan bakar yang melimpah di lantai hutan, kadar air yang relatif rendah (kering), dan ketersediaan bahan bakar yang berkelanjutan. Faktor iklim, seperti suhu, kelembaban, angin, dan curah hujan, juga memiliki peran penting dalam menentukan tingkat kerawanan kebakaran hutan. Suhu yang tinggi akibat paparan sinar matahari langsung dapat menyebabkan bahan bakar mengering dan menjadi mudah terbakar. Kelembaban yang tinggi, terutama pada hutan dengan vegetasi yang lebat, dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran hutan. Angin juga mempengaruhi proses pengeringan bahan bakar dan kecepatan penyebaran api, sementara curah hujan mempengaruhi kadar air dalam bahan bakar. (Rasyid, 2014)

Definisi kebakaran hutan menurut Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 195/Kpts-II/1996 adalah kondisi di mana hutan terkena api dan menyebabkan kerusakan pada hutan serta hasil hutan yang berdampak pada kerugian ekonomi dan lingkungan. Kebakaran hutan merupakan salah satu dampak dari tekanan yang semakin tinggi terhadap sumber daya hutan. Dampak yang terkait dengan kebakaran hutan atau lahan meliputi kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup, seperti kerusakan flora dan fauna, tanah, dan air.

Selain itu ada juga fenomena lain yang menyebabkan terjadinya pengingkatan iklim yaitu el nino. El Nio adalah fenomena global yang terjadi ketika suhu permukaan air laut di bagian timur Pasifik meningkat. Fenomena ini terjadi secara periodik dengan interval 2-7 tahun dan berlangsung selama 12-15 bulan. Salah satu ciri khas El Nio adalah peningkatan suhu permukaan air laut di wilayah Pasifik dengan pola yang berulang. Selain itu, terdapat perbedaan tekanan udara yang meningkat antara Darwin dan Tahiti. (Taufiq & Marnita, 2011)

El Nio memiliki dampak yang signifikan terhadap iklim di Indonesia. Salah satu dampaknya adalah berkurangnya curah hujan dan terjadinya musim kemarau yang panjang. Hal ini dapat menyebabkan kekeringan dan mempengaruhi sektor pertanian, sumber daya air, dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Perubahan pola curah hujan yang terjadi selama El Nio juga dapat mempengaruhi suhu udara secara keseluruhan. (Safitri, 2015)

Adapun artikel ini dibuat dengan tujuan untuk menyajikan informasi tentang kejadian pengaruh iklim terhadap kebakaran hutan yang diungkapkan melalui berbagai sumber media massa. Di bawah ini disajikan framing teks yang menggambarkan berbagai laporan media massa mengenai iklim di Riau yang menyebabkan karhutla:

1. Berikut Prakiraan Cuaca di Riau dan Jumlah Titik Panas di Sumatra

BMKG Pekanbaru merilis prakiraan cuaca untuk Riau pada Kamis (5/10/2023), menunjukkan potensi hujan ringan hingga lebat dengan petir dan angin kencang. Hujan akan terjadi sepanjang hari dengan intensitas tidak merata di berbagai wilayah Riau. Potensi hujan ringan hingga sedang di beberapa wilayah pada pagi, siang, sore, dan dini hari. BMKG juga memperingatkan tentang hujan lebat, petir, dan angin kencang terutama pada pagi, siang, dan sore hari di beberapa wilayah Riau. Suhu udara Riau berkisar antara 23.0 -- 33.0 C dengan kelembapan udara 50 -- 99%. Arah angin dari Tenggara -- Selatan dengan kecepatan 10 -- 30 km/jam. Tinggi gelombang di perairan Provinsi Riau berkisar antara 0.50 -- 1.25 m (Rendah).

2. Suhu Udara Capai 32 Derajat, Riau Hari ini Nihil Titik Api dan Hotspot

BMKG Pekanbaru memprediksi suhu udara Riau pada Kamis (7/3/2024) antara 22.0 hingga 32.0 C. Gita Dewi dari BMKG Pekanbaru menyebutkan lima titik hotspot terdeteksi di Sumatera, dengan empat di Sumatera Utara dan satu di Lampung. Tidak ada hotspot di Provinsi Riau. Kelembapan udara 58 hingga 100%, angin dari Utara-Timur 10 hingga 27 km/jam, dan tinggi gelombang di perairan Riau 0.50 hingga 1.25 meter

3. Naik Drastis, 220 Titik Panas Terpantau di Riau

BMKG Stasiun Pekanbaru melaporkan peningkatan titik panas di Provinsi Riau pada Senin (9/10). Terdapat 220 titik api tersebar di 9 kabupaten/kota, meningkat dari hari sebelumnya yang hanya 60 titik di 4 kabupaten/kota. Di wilayah Sumatera, total terdapat 1.816 titik hotspot. Suhu udara di Riau berkisar antara 23.0 hingga 34.0 C, kelembapan udara 56 hingga 98 persen, angin dari arah Timur -- Selatan dengan kecepatan 10 hingga 30 km/jam, dan tinggi gelombang di perairan Provinsi Riau rendah, antara 0.10 hingga 0.50 meter.

4. 27 Titik Panas Terpantau di Riau, Terbanyak di Indragiri Hulu

BMKG stasiun Pekanbaru melaporkan adanya 27 titik panas di Provinsi Riau pada Ahad (13/8/2023), dengan sebagian besar berada di Kabupaten Indragiri Hulu. Kabupaten tersebut memiliki 25 titik hotspot, sedangkan Indragiri Hilir dan Rokan Hilir masing-masing hanya memiliki 1 titik. Seluruh titik panas berada pada level sedang. BMKG mengingatkan masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas yang dapat memicu kebakaran hutan dan lahan. Suhu udara di Riau berkisar antara 24.0 hingga 33.0 C, dengan kelembapan udara 55 hingga 99 persen. Arah angin bertiup dari Tenggara ke Barat Daya dengan kecepatan 10 hingga 25 km/jam, sementara tinggi gelombang di perairan Provinsi Riau diperkirakan antara 0.01 hingga 0.75 meter.

5. BMKG: Cuaca Terik, 34 Titik Panas Terpantau di Riau

Cuaca panas di Provinsi Riau mencapai 34.5 C, meskipun ada potensi hujan ringan di beberapa wilayah. Suhu udara berkisar antara 22.5 hingga 34.5 C dengan kelembapan udara 50 hingga 98%. Angin bertiup dari barat daya ke barat laut dengan kecepatan 9 hingga 27 km/jam. Tinggi gelombang di perairan Provinsi Riau berkisar antara 0.01 hingga 0.50 meter. Di Pulau Sumatera, terjadi peningkatan titik panas menjadi 106, terutama di Jambi, Sumatera Barat, dan Riau. Titik panas di Riau tersebar di beberapa kabupaten seperti Bengkalis, Kampar, Pelalawan, Rokan Hilir, Rokan Hulu, Siak, Indragiri Hilir, dan Indragiri Hulu.

6. El Nino Ancam Bikin Suhu Di Riau "Mendidih" Hingga 37 Derajat

BMKG Pekanbaru memprediksi bahwa fenomena El Nino akan berlanjut hingga Desember 2023 di Provinsi Riau, dengan suhu mencapai 34.5 C. Hal ini berdampak pada kekeringan ekstrem dan risiko kebakaran hutan serta lahan. Kepala BMKG Kota Pekanbaru, Ramlan, menjelaskan bahwa meskipun ada peningkatan suhu bumi, kenaikan suhu rata-rata masih berkisar antara 34C hingga 35C, walaupun di puncak musim kemarau bisa mencapai 37C. Selama periode El Nino, wilayah Riau, terutama yang memiliki lahan gambut dan pertanian, seperti Indragiri Hulu, Bengkalis, Indragiri Hilir, sebagian Dumai, Meranti, Rokan Hilir, dan Rokan Hulu, akan mengalami dampak kekeringan yang ekstrem. Namun, saat masuk musim penghujan, beberapa wilayah juga perlu waspada terhadap banjir

7. Edan, Suhu Di Riau Mencapai 35,7 Derajat Celcius Hingga 2 Hari Ke Depan

Cuaca di Riau sangat panas belakangan ini. BMKG memperkirakan musim kemarau yang kering di Riau pada tahun 2023. Suhu mencapai 35,7 derajat Celsius pada 9 Februari 2023 dan diprediksi kembali normal dalam dua hari. Hal serupa juga terjadi di Pulau Sumatera, seperti di Kepulauan Riau dan Medan, meskipun belum mencapai suhu ekstrem 38 derajat Celsius. Menurut Kepala BMKG Riau, Ramlan, udara panas terjadi terutama di pagi dan siang hari, dengan suhu maksimum antara pukul 12.00 hingga 13.00 WIB, namun masih dalam batas wajar untuk Riau.

8.Suhu 34 Derajat Celcius, Ini Penyebab Mengapa Kota-kota di Riau Terasa Lebih Panas.

BMKG Stasiun Pekanbaru mencatat suhu rata-rata Provinsi Riau pada Rabu (23/3/2016) mencapai 34 derajat Celsius, yang masih dianggap normal. Namun, udara terasa sangat panas disebabkan oleh posisi Matahari di garis khatulistiwa, minimnya awan yang mengurangi penghalang sinar Matahari, serta minimnya angin dan hujan di siang hari. Hal ini diperparah dengan adanya kebakaran lahan dan hutan di beberapa kawasan, seperti yang terdeteksi di Rangsang.

9. 60 Titik Panas Muncul di Riau,Terbanyak di Kabupaten Ini,Suhu Udara Makin Panas,Peluang Hujan Minim

BMKG Stasiun Pekanbaru melaporkan peningkatan titik panas di Riau dan Pulau Sumatera pada 27 Juli 2021, dengan Riau mencatat 60 titik, terbanyak di Kabupaten Indragiri Hulu. Provinsi lain di Sumatera juga mengalami peningkatan titik panas. Meskipun demikian, visibilitas di Riau masih normal, namun suhu udara mencapai 34 derajat Celsius dengan kelembapan udara rendah, meningkatkan risiko kebakaran. Peluang hujan sangat minim, menyulitkan penanganan kebakaran. Musim kemarau kering di Riau telah menurunkan curah hujan dan meningkatkan suhu udara hingga 34 derajat Celsius dengan kelembapan udara 50 hingga 95 persen.

10. Suhu di Riau Terasa Sangat Panas, Bisa Mencapai 35 Derajat, Begini Penjelasan BMKG

BMKG memperingatkan bahwa Riau telah memasuki musim kering, menyebabkan suhu panas hingga mencapai 35 derajat Celcius selama Ramadhan. Meskipun ada potensi hujan di beberapa wilayah seperti Pelalawan dan Inhu, sebagian besar Riau jarang hujan. Kondisi kering dan panas ini meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan. Warga, seperti Supardi dan Desma, merasakan dampaknya dengan aktivitas di luar rumah terganggu dan lebih banyak berdiam di rumah karena suhu yang panas.

Seperti yang terlihat pada data tersebut karhutla sering terjadi di Provinsi Riau. Dengan demikian, kebakaran hutan di Indonesia disebabkan oleh faktor-faktor seperti kondisi bahan bakar yang rentan terhadap kebakaran, faktor iklim seperti suhu, kelembaban, angin, dan curah hujan, serta faktor sosial budaya masyarakat dan juga fenomena el nino. Kebakaran hutan memiliki dampak yang merusak terhadap lingkungan, termasuk kerusakan flora dan fauna, tanah, dan air. Untuk menghadapi permasalahan tersebut, diperlukan upaya mitgasi guna mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh hubungan antara iklim dan kebakaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun