Mohon tunggu...
Angelica Datu
Angelica Datu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Genangan air di Desa Isimu raya tak kunjung surut: Masalah lingkungan sejak tahun 2021

20 Desember 2024   20:27 Diperbarui: 20 Desember 2024   19:34 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Yusuf Karim

Di Desa Isimu raya terdapat genangan air yang tak kunjung surut. Dulu tempat ini memang jalannya air sungai. Jalan di Desa itu hanya 1 jalur. Tetapi karena adanya pembuatan 2 jalur jalan, terpaksa jalan air ini di tutup dan di pindahkan.Pernah air itu surut terjadi saat 6 bulan musim kemarau. Walaupun panas dan kering, jika turun hujan 1 hari airnya bisa naik kembali. Dari penjelasan salah satu warga di desa ini mengatakan "Jika hujan dari jam 1 siang hingga malam, airnya bisa naik sampai di bawah fondasi rumah. Tapi kalau sudah pagi, airnya surut lagi" ujar Rio Puluhulawa.  Rio juga mengatakan jika terjadi hujan lebat dari Desa Labanu sampai di Desa Isimu Raya, maka genangan air ini akan meluap hingga terjadinya dampak banjir pada rumah yang ada di sekitaran genangan air.
Ada sekitar 5 rumah yang terdampak dari genangan air ini. Saat terjadi hujan deras, genangan air ini menimbulkan bau busuk. Hal ini disebabkan oleh sampah yang dibusukkan oleh bakteri seperti sisa sayuran, buah-buahan dan daun-daunan.Warga yang tinggal di sekitaran mengaku merasa tidak nyaman karena adanya bau tersebut.Genangan air yang berlumut dan berbau busuk akan berdampak bagi masyarakat sekitar. Sebab, jika berkontak langsung dengan air ini, dapat menyebabkan penyakit kulit seperti gatal-gatal dan ruam. Adapun dampak bau busuk pada maskyarakat yaitu adanya penyakit pernapasan. Karena uap dari air ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan terutama pada anak-anak dan orang tua.
 Genangan air ini juga dapat menjadikan sarang nyamuk untuk berkembang biak. Karena Aedes Aegypti mampu berkembang biak pada air yang berkontak langsung dengan tanah. Namun, warga setempat belum mengetahui dengan pasti bahwa nyamuk jenis apa yang ada di genangan air ini. Sempat mendapat survei dari salah satu instansi. Setelah itu warga setempat mendapat perintah untuk mengajukan ke kantor desa, takutnya akan menjadi sarang nyamuk. Namun, belum ada tindakan apapun dari pemerintah maupun instansi terkait. Sehingganya upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan sistem drainase yaitu pemerintah perlu melakukan perbaikan dan pembangunan sistem drainase yang memadai. Pemerintah dan masyarakat juga dapat bekerja sama dengan melakukan fogging berkala di sekitar genangan untuk memutus rantai penyebaran nyamuk.

Dosen Pengampu: Muziatun, S.pd., M.App., Ling.PhD

Kelompok 4

Angelica Datu (281424033)

Juwanti Akase (281424031)

Yusuf Karim (281424037)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun