Bulan Agustus tahun lalu adalah bulan yang istimewa untukku. Aku berkesempatan mengikuti sebuah program dari organisasi International Youth Program (IYP) untuk menjadi seorang guru relawan di Johor Bahru, Malaysia. Terlebih lagi, anak-anak yang akan aku ajar adalah anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Terbayang aku bagaimana nanti bisa berkenalan dengan mereka. Aku bertekad untuk meninggalkan kesan yang baik dan pelajaran yang berguna selama aku di sana.
Program ini memang sangat singkat, tidak sampai satu minggu. Namun tidak berlebihan kalau kubilang pengalamanku di sana memperkayaku untuk durasi yang sangat lama. Besar harapanku kelak bisa kembali ke sana.
Sekitar satu minggu sebelum aku berangkat, pihak IYP menghubungkan aku dengan relawan lainnya dalam sebuah grup whatsapp. Kami bisa memilih untuk fokus pada tiga bidang: pendidikan, kesehatan dan budaya.
Tentu saja aku memilih pendidikan. Kami, para relawan, diminta mempersiapkan program-program yang ingin kami lakukan selama di Johor.
Aku mendapat bagian untuk bertanggung jawab tentang pendidikan sains bagi anak-anak. Rasanya detail sekali yang kami rencanakan. Setelah sampai di rumah persinggahan di Johor pun, kami masih rapat sampai lewat tengah malam untuk memastikan kegiatan relawan ini akan lancar.
Sebelum tiba di mana esok harinya kami bertemu dengan anak-anak, kami mengikuti upacara perayaan kemerdekaan Indonesia di lingkungan konsulat Indonesia di Johor Bahru. Di sanalah letak anak-anak TKI itu setiap hari datang untuk mengenyam pendidikan.
Upacara berlangsung ramai dan ada suatu kebanggaan tersediri kala menyanyikan Indonesia Raya di negeri orang.
Aku kira akan banyak anak-anak yang akan kutemui di sana, ternyata tidak. Baru kuketahui kemudian kalau mereka tidak leluasa untuk berjalan-jalan keluar.
Tentu saja ini berkaitan dengan status orang tua mereka. Kebetulan juga memang saat itu hari Minggu.