Media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan modern. Meskipun menawarkan banyak manfaat, seperti kemudahan komunikasi dan akses informasi, media sosial juga memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan mental. Media sosial dapat menyebabkan perasaan cemas dan rendah diri (Aulia and Asbari, 2023). Pengguna sering kali membandingkan diri mereka dengan gambaran yang dikurasi secara sempurna dari kehidupan orang lain, yang dapat mengarah pada depresi dan masalah harga diri. Penggunaan media sosial yang berlebihan telah terbukti memiliki berbagai dampak negatif terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan individu. Â Media sosial sering kali menampilkan versi ideal dari kehidupan orang lain. Pengguna cenderung membandingkan diri mereka dengan gambar dan cerita yang dikurasi dengan sempurna, yang dapat menyebabkan perasaan tidak memadai dan harga diri yang rendah.
Penggunaan media sosial yang berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan kecemasan dan depresi. Waktu yang dihabiskan untuk terus-menerus menggulirkan konten dapat memperburuk perasaan cemas dan menyebabkan depresi, terutama ketika pengguna merasa tidak mampu mencapai standar yang mereka lihat online. Anonimitas di media sosial dapat menyebabkan perilaku negatif seperti cyberbullying. Korban pelecehan online sering kali mengalami stres, kecemasan, dan depresi. Dampaknya bisa lebih parah karena sulit untuk menghindari atau melarikan diri dari pelaku di dunia maya. FOMO adalah perasaan cemas atau takut bahwa orang lain mengalami pengalaman menyenangkan atau berarti yang kita lewatkan (Nurhaeni, Marisa and Oktiany, 2022). Media sosial memicu FOMO dengan menampilkan aktivitas dan acara yang dilakukan oleh orang lain, menyebabkan pengguna merasa tertinggal atau tidak puas dengan kehidupan mereka sendiri.
Salah satu cara utama adalah dengan membatasi waktu penggunaan media sosial. Menentukan batasan waktu harian dan membuat zona bebas gadget di rumah dapat membantu mengurangi ketergantungan pada media sosial. Selain itu, penting untuk mengatur notifikasi agar hanya menerima informasi yang benar-benar penting, serta mengurangi gangguan yang tidak perlu. Praktik mindfulness juga sangat bermanfaat; gunakan media sosial dengan kesadaran penuh, dan refleksikan dampaknya terhadap suasana hati dan produktivitas secara berkala.
Selain mengelola waktu dan notifikasi, kurasi konten yang positif juga sangat penting. Mengikuti akun-akun yang memberikan inspirasi dan informasi berguna, serta menghentikan atau membisukan akun yang sering kali memicu perasaan negatif, dapat membantu menciptakan pengalaman media sosial yang lebih sehat. Menjaga privasi dan keamanan dengan memperbarui pengaturan privasi secara teratur dan berhati-hati sebelum membagikan informasi pribadi juga krusial. Di luar dunia digital, meningkatkan interaksi sosial nyata melalui aktivitas offline dan koneksi tatap muka dapat menyeimbangkan penggunaan media sosial dan memperkuat kesejahteraan mental kita. Melakukan digital detox secara berkala juga efektif untuk mereset kebiasaan dan mengurangi stres yang disebabkan oleh media sosial (Lestari and Wahyudianto, 2022).
Teknologi juga telah merevolusi cara kita bekerja, membawa banyak keuntungan seperti efisiensi yang lebih tinggi dan fleksibilitas yang lebih besar. Namun, di sisi lain, teknologi juga membawa sejumlah tantangan yang dapat meningkatkan stres kerja dan risiko burnout. Dengan adanya email, pesan instan, dan alat kolaborasi online, karyawan sering kali merasa harus selalu tersedia dan terhubung, bahkan di luar jam kerja. Ketidakmampuan untuk memutuskan hubungan dari pekerjaan dapat menyebabkan kelelahan dan mengurangi waktu untuk istirahat dan pemulihan. Teknologi memungkinkan aliran informasi yang cepat dan berkelanjutan. Kecepatan komunikasi juga dapat menciptakan tekanan untuk merespons dan menyelesaikan tugas dengan cepat, tanpa memberikan cukup waktu untuk refleksi dan pemikiran mendalam.
Akses ke layanan kesehatan mental melalui teknologi telah menjadi inovasi yang mengubah paradigma dalam menyediakan perawatan bagi individu yang membutuhkannya (Isni and Laila, 2022). Dengan kemajuan teknologi digital, semakin banyak platform daring yang menyediakan layanan kesehatan mental, seperti konseling online, terapi melalui video call, dan aplikasi mandiri untuk manajemen stres dan kecemasan. Hal ini memberikan akses yang lebih mudah dan terjangkau bagi mereka yang mungkin kesulitan mencari layanan kesehatan mental secara tradisional karena faktor geografis, finansial, atau stigma sosial.
Untuk itu, manajemen stres dan teknik relaksasi digital menjadi semakin penting di era di mana teknologi merajalela dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu banyak tekanan dan gangguan digital, diperlukan strategi yang efektif untuk menjaga keseimbangan mental dan emosional. Salah satu solusi yang terbukti efektif adalah menggunakan aplikasi dan alat digital yang dirancang khusus untuk meditasi, relaksasi, dan manajemen stress (Susilowati and Sukmono, 2021). Aplikasi meditasi dan relaksasi menawarkan beragam program dan panduan untuk membantu pengguna menenangkan pikiran, meredakan stres, dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan. Teknik relaksasi digital tidak hanya memberikan akses mudah ke berbagai teknik meditasi dan relaksasi, tetapi juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu.
Meskipun teknologi seringkali menjadi sumber stres, penggunaannya dengan bijak juga dapat menjadi solusi untuk mengatasi stres. Dengan memanfaatkan teknologi yang tepat, seperti aplikasi meditasi, suara relaksasi, atau bahkan game yang dirancang untuk mengurangi stres, individu dapat menciptakan rutinitas digital yang mendukung kesehatan mental dan kesejahteraan mereka. Dengan demikian, manajemen stres dan teknik relaksasi digital menjadi tambahan yang berharga dalam alat kita untuk menjaga keseimbangan dan ketenangan di tengah kesibukan kehidupan modern.
Dalam mengatasi krisis kesehatan mental di era digital, penting untuk mengakui peran signifikan teknologi dalam menawarkan solusi dan dukungan. Meskipun teknologi telah memperluas akses terhadap layanan kesehatan mental, tantangan seperti perbandingan sosial yang tidak sehat, kecemasan digital, dan penggunaan media sosial yang berlebihan tetap menjadi masalah yang harus diatasi. Dengan demikian, penekanan pada pendidikan, kesadaran, dan penggunaan teknologi secara bijaksana menjadi elemen penting dalam menciptakan lingkungan digital yang mendukung kesehatan mental dan kesejahteraan individu.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, T.N. and Asbari, M. (2023). Lite Literaksi : Jurnal Manajemen Pendidikan Bahaya Digital Fatigue pada Kesehatan Mental : Analisis Singkat Perspektif Rhenald Kasali. Literaksi: Jurnal Manajemen Pendidikan, 01(01), pp. 30–33.