film adaptasi yang berhasil mencuri perhatian penonton. Film ini ditayangkan pada 12 Maret 2020 dan meraih 140 ribu penonton pada hari pertama tayang. Â Film yang disutradarai oleh Fajar Bustomi ini ternyata diadaptasi dari novel Mariposa karya Luluk HF. Meskipun sempat mengalami penutupan layar akibat pandemi COVID-19 setelah satu minggu tayang, namun film ini kembali ditayangkan pada 31 Desember 2020 setelah mendapatkan permintaan dan izin dari pengelola bioskop. Popularitas dari karya sastra ini membuat penggemar novel hingga masyarakat luas turut menyaksikan kisah romansa Iqbal dan Acha di layar lebar.
Film Mariposa menjadi salah satuFilm ini bercerita tentang kisah romansa anak SMA. Acha, seorang siswi SMA menyukai salah seorang siswa yang bernama Iqbal. Iqbal dikenal sebagai pribadi yang dingin dan susah untuk ditebak. Berbeda dengan Acha, ia sangat percaya diri, ambisius, dan pantang menyerah. Â Acha berusaha untuk mendapatkan perhatian dan cinta dari Iqbal, namun seringkali ditolak oleh Iqbal. Acha percaya bahwa suatu saat nanti usahanya akan berhasil dan membuat Iqbal jatuh cinta dengannya.
Pada awalnya, Luluk, penulis Mariposa merilis ceritanya di platform Wattpad. Sejak pertama kali rilis, cerita Mariposa berhasil menarik lebih dari 100 juta pembaca. Oleh karena itu, cerita Mariposa berhasil diterbitkan menjadi novel pada tahun 2018. Penulis juga turut terlibat langsung dalam proses pembuatan skenario, hal ini bertujuan agar alur cerita serta narasi yang diberikan dalam film dapat memenuhi ekspetasi pembaca.
Para pembaca setia novel Mariposa menjadi salah satu peluang kesuksesan film ini, dimana para pembaca memiliki ekspetasi yang tinggi terhadap film ini. Dengan adanya film ini, pembaca novel Mariposa dapat merasakan visualisasi dari imajinasi mereka. Namun, tidak semua pembaca merasa puas akan film ini. Beberapa kritik muncul karena ketika suatu novel diadaptasi menjadi sebuah film, maka menjadi hak dan tanggung jawab sutradara serta tim produksi dalam berkreasi membuat visualisasi film. Oleh karena itu, setiap orang memiliki interpretasi yang berbeda terhadap karakter serta pemaknaan pesan yang disampaikan dalam film.
Secara umum, film Mariposa berhasil memenuhi ekspetasi sebagain besar pembaca novel tersebut hingga para penonton. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme penonton yang tinggi. Film ini mengangkatkan cerita yang dekat dengan kehidupan realitas anak muda mulai dari cinta, persahabatan, hingga perjuangan menghadapi tantangan hidup. Relevansi antara cerita dengan kisah kasih remaja menjadi faktor kesuksesan dari film Mariposa. Karakter yang dibangun oleh Angga Yunanda dan Adhisty Zara sebagai Iqbal dan Acha berhasil membuat penonton terbawa emosi cerita. Perbedaan karakter antara Iqbal dan Acha menciptakan dinamika yang menarik, sehingga Penonton ikut terlibat dalam emosional yang ada dalam film.
Film Mariposa mampu mempertahankan alur cerita yang ada di novel. Elemen-elemen penting seperti konflik, klimaks, hingga penyelesaian masalah disusun sesuai dengan apa yang diceritakan dalam novel. Â Kualitas dalam film adaptasi dapat dinilai dari bagaimana film tersebut dapat mempertahankan esensi cerita, karakter hingga suasana emosional yang dibangun dalam novel.
Dampak dari kesuksesan film ini memberikan banyak keuntungan, kesuksesan film ini menjadi peluang bagi karya sastra lainnya untuk terus berkembang menjadi film adaptasi yang dapat dinikmati secara visual. Setiap penulis juga memiliki potensi dan kesempatan untuk terus berkarya melalui cerita fiksi. Hal ini membuktikan bahwa industri perfilman Indonesia berkembang dan menghasilkan karya-karya berkualitas. Film adaptasi memberikan pengalaman baru bagi penonton dalam menikmati suatu film.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H