Dulu, di dermaga hatimu aku menemukan rumah,
tempat segala letih karam tanpa gelisah.
Langitmu biru, anginmu lembut,
segala badai di dadaku kau redakan penuh hangat.
Namun kini, hatimu tak lagi seperti dulu,
buih ombak menyapa tanpa suara rindu.
Kapal yang pernah kau jemput dengan pelukan,
kini terapung sendiri, mencari pantai lain.
Kau, yang dulu adalah cakrawala,
perlahan menjadi kabut yang tak ku kenali.
Tatapmu dingin, seperti angin malam
menusuk sunyi ke dasar jiwaku.
Aku bertanya, tanpa suara,
kapan dermaga ini kehilangan namaku?
Kapan pelayaran ini tak lagi berarti,
dan aku hanyut tanpa tujuan?
Aku tahu, tak ada paksa dalam cinta,
aku hanya debu di angin yang berlalu.
Namun, izinkan aku bertanya sekali saja,
apakah kau pernah merasa aku benar-benar berlabuh?
Kini, aku hanya bisa melangkah pergi,
meninggalkan hatimu yang dulu adalah rumah.
Semoga kau temukan cinta yang lebih luas,
meski bukan aku yang kau peluk selamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H