Mohon tunggu...
Angela Mau
Angela Mau Mohon Tunggu... Animator - Mahasiswa

"Hobi adalah jendela ke dalam jiwa, tempat kita menemukan kegembiraan yang tak terduga dan memperluas horison kehidupan kita." Di antara kesibukan dan berjalan, Hobi ku menjelma, tiada kian lara. Menyanyi, menulis, hingga membaca , Hobi ku raih, senyum pun bersemi.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Kaul Dalam Masker : Perjalanan Hidup Biarawati Angkatan Covid

13 Desember 2024   11:05 Diperbarui: 13 Desember 2024   11:05 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                               Kenangan 2020    Pasukan 14 bertempur ditengah gelaga covid

                                                                                             (Rumah Pembinaan ALMA Puteri,Tidar-Malang)

                                                                                                       ====  Kisah Ulas Balik Moment Unik=====

Hari itu,suasana biara ALMA Puteri tempat postulat, Novisiat lebih hening dari biasanya. Semua calon biarawati angkatan 2020 berkumpul di aula, tapi tidak ada yang saling mengenali. Wajah mereka tersembunyi di balik masker. "Suster Lia atau Suster Kristin ya? Kok aku lupa mukanya lagi?" bisik salah satu dari mereka. "Tidak apa-apa," jawab Suster Kepala. "Kalian akan mengenali satu sama lain lewat mata iman. Atau lewat nama yang tertulis di masker masing-masing."  Persiapan kaul ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada kerumunan senior-senior  yang datang. Yang ada hanya Zoom Meeting dengan layar penuh wajah-wajah antusias yang terputus-putus suaranya. "ibu! Suaranya putus-putus, nih," keluh salah satu calon biarawati kepada ibunya di layar. "Maaf, sinyalnya di sini barengan sama misa online," jawab sang ibu.

Prosesi kaul pun dimulai. Semua mengenakan masker kain putih khusus yang sudah dikurangi. "Maskernya harus dipakai sepanjang acara ya," pesan Suster Kepala. Ingat, menjaga kesehatan juga bagian dari pelayanan. Saat proses pembacaan kaul, ada kejadian kecil. Salah satu calon biarawati lupa menurunkan masker saat harus berbicara. "Saya berkaul... hmm... suaranya terdengar tidak?" Semua tertawa kecil. Selama latihan paduan suara, Suster Dirigen sempat bingung. "Kenapa suara alto dan sopran terdengar mirip semua?" Setelah dicek, ternyata masker menyamarkan suara para penyanyi. Sebagai kenang-kenangan, setiap biarawati angkatan COVID diberi masker bertuliskan "Dipanggil di Tengah Pandemi". Mereka menyebutnya "masker panggilan".  Hidup di biara selama pandemi juga penuh tantangan. Para biarawati harus belajar memasak untuk banyak orang, tapi dengan kekuatan. "Hari ini kita masak yang praktis saja ya," ujar salah satu biarawati. "Apa itu?" tanya yang lain. "Mi instan rohani."  Mi instan rohani? Itu sebenarnya mi biasa, tapi dimasak sambil berdoa rosario agar lebih berkah.  

Di waktu luang mereka, mereka membuat masker tambahan untuk masyarakat yang membutuhkan. "Tapi kenapa masker ini ukurannya kecil sekali?" keluh seorang biarawati. "Oh, itu masker untuk patung kecil di kapel," jawab yang lain. Setiap malam, doa bersama dilaksanakan dengan jarak aman. "Bagaimana kalau kita coba doa lewat walkie-talkie saja? Biar aman," usul Suster Kepala. Meski pandemi, kegiatan tetap berjalan. Salah satu kegiatan yang diadakan adalah belajar cocok tanam. "Tuhan memberi kita tanah, tapi pupuknya beli online ya," candanya.  Dalam misa syukur kaul perdana, umat yang hadir diminta menjaga jarak. Ada yang terlalu serius mengikuti aturan sampai duduk di sudut ruangan. "Dekat altar, tapi jauh dari jemaah," gurau Suster Kepala. Sebagai bagian dari angkatan COVID, para biarawati ini terkenal kreatif. Mereka bahkan menciptakan lagu berjudul Masker Kasih Tuhan , sebuah adaptasi dari lagu rohani terkenal. Salah satu baitnya berbunyi: "Masker kasih Tuhan tiada bertepi, melindungi kita sampai kekal nanti."

"Bagaimana pengalaman kaulmu?" tanya seorang suster senior kepada salah satu biarawati muda. "Saya merasa seperti jadi petugas medis rohani, Suster. Masker di mana-mana!"  Meski banyak keterbatasan, pandemi kaul angkatan ini justru menciptakan kenangan unik. "Kita adalah saksi bahwa panggilan Tuhan tidak bergantung pada situasi," ujar Suster Kepala dengan bangga.  Hingga kini, masker putih bertuliskan "Dipanggil di Tengah Pandemi" itu menjadi simbol persatuan angkatan. "Ini bukan sekedar masker, tapi lambang iman kami," ujar salah satu biarawati dengan penuh semangat. Dan begitulah perjalanan angkatan laut COVID ini, sebuah angkatan yang membuktikan bahwa iman tidak pernah bisa ditutup bahkan oleh masker sekalipun. Sebagai kenang-kenangan, mereka membuat mural bertema masker di biara. "Ini bukan hanya soal pandemi, tapi tentang kesetiaan kita menjalani panggilan dalam situasi apa pun," kata Suster Kepala. Kini, cerita Angkatan Masker menjadi legenda di biara. Setiap kali ada calon biarawati baru, mereka selalu ditanya, "Kalian siap nggak kalau harus jadi Angkatan Masker 2.0?" Jawaban mereka? "Asal tetap bersama Tuhan, pakai masker pun kami mau!"

                                                              

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun