Di persimpangan waktu yang terus berlari,
Aku berdiri, berharap mimpi.
Langkahku meniti di atas garis tak pasti,
Di tengah tajam, strategi tersaji.
Mereka berbicara, berbisik, menghakimi,
seolah tahu arah takdir yang kucari.
Strategi dirancang, jalan dipetakan,
Namun jiwaku berkata, "Ini perjuangan."
Pandangan mereka bagai cermin retak,
Memantulkan keraguan di sela langkah.
Tapi aku tahu, dalam dada yang berdetak,
Ada tekad yang takkan mudah goyah.
Strategi menantang, menunggu kutundukkan,
Pandangan menghujam, mencoba kuhempaskan.
Namun setiap tantangan adalah pelajaran,
Setiap kritik menjadi bahan bakar perjuangan.
Aku bukan boneka dari tangan tak kasat,
Bukan bayangan yang hilang tertutup gelap.
Aku adalah bara di tengah angin penantang,
Menari di badai, meski diterjang.
Langkahku mungkin tersendat, namun tak berhenti,
Aku terus maju, melawan kesunyian.
Karena di setiap perjuangan yang aku jalani,
Ada aku, teguh, melangkah pasti.
Biarlah pandangan itu tetap menguji,
Strategi mereka menjadi seni.
Karena di akhir jalan ini, aku tahu pasti,
Aku menang bukan karena mereka,
tapi karena diri ini.
Langkah-langkah mereka tersusun rapi,
Seperti lukisan di kanvas mimpi.
Setiap garis, setiap warna,
adalah penghalang di jalan yang kutempuh.
Kata-kata mereka seperti melodi,
Namun tiap nada menyimpan duri.
Janji-janji yang berbisik lembut,
Membelit langkah, menjatuhkan niat.
Mereka menari di antara bayangan,
Dengan strategi menjadi keindahan.
Namun ku tahu di balik gemerlap,
Tersembunyi niat yang ingin menghalang.
Tak kupungkiri, seni itu indah,
Namun tak kupungkiri, jalan ini berat.
Karena setiap senyum yang mereka lukis,
Adalah jebakan bagi mimpiku yang teriris.