Kau datang dengan senyum yang tenang,
Dengan kata-kata lembut penuh janji dan harapan.
Jubah kebaikan terbalut di tubuhmu,
Menyelimuti niat yang tersembunyi jauh di dalam hati.
Aku percaya, aku terlena,
Di balik perhatianmu yang tulus seolah nyata.
Namun kau, dengan langkah yang tak terdeteksi,
Menyusupkan pisau di balik kebaikan yang kau bawa.
Setiap kata yang kau ucapkan adalah perangkap,
setiap senyumanmu menutupi racun yang perlahan meresap.
Aku terpikat oleh bujuk rayu kebaikanmu,
Namun saat aku menoleh, kau sudah menusukku dari belakang.
Aku mengenali sekarang,
Kebaikanmu bukanlah untukku,
Tapi untuk kepentinganmu,
Untuk menggulungku dalam jaring pendekmu.
Kau membalut luka dengan kata-kata manis,
Namun darahku mengalir lebih dalam,
Karena aku tahu,
Kebaikanmu adalah senjata yang kau sembunyikan.
Aku akan berdiri meski luka ini dalam,
Karena aku tahu, kebaikan sejati tidak datang dengan pengkhianatan.
Kau mungkin berhasil untuk saat ini,
Namun jubahmu akan terjatuh, dan dunia akan melihat siapa dirimu yang sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H