aku menemukan diriku yang tersembunyi.
Ketidakadilan datang seperti badai,
menghancurkan mimpi, mematahkan rantai.
Namun, di tiap-tiap tembok runtuh,
ada akar yang perlahan keluar dari kegelapan.
Debu-debu menetap di kulitku,
menjadi tanda luka, menjadi bukti pilu.
Namun, dari asumsi ini, aku berdiri,
menyulam kekuatan dari hati yang murni.
Tanganku menggenggam harapan yang terkikis,
dengan tekad yang lahir dari jiwa yang tangguh.
Aku tahu, dalam luka ini ada arah,
menuju terang yang tak bisa disangkal.
Ketidakadilan tak lagi membungkam suaraku,
ia menjadi batu loncatan langkahku.
Di debug ini, kekuatanku tumbuh,
mengakar, menjulang, tak lagi rapuh.
Kini aku berdiri, kokoh seperti karang,
membawa cinta dalam tiap perjuangan.
Sebab dari debug ketidakadilan ini,
lahirlah sebuah cahaya yang abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H