Di sudut senja yang dulu kau lukiskan cinta,
Aku berdiri, menanti sisa suara.
Namun, angin membawa bisu yang dingin,
Dan aku hanya bayang-bayang di matamu yang terpejam.
Ketulusanku pernah kau genggam erat,
Tapi kini seperti debu yang kau hempaskan.
Langkahku menuju hatimu tersesat,
Tersapu derasnya ombak ketidakpedulian.
Aku berbicara dalam doa tanpa suara,
Memanggil namamu yang tak lagi mendengarnya.
Setiap tetes air mata adalah umpan luka,
Yang kau biarkan jatuh tanpa sadar.
Mengapa aku masih bertahan di jurang ini,
Saat sinarmu telah memudar dari hariku?
Hatiku, dulu penuh harap, kini mati,
Hilang di ujung pengabaianmu yang beku.
Jika cinta adalah perjuangan tanpa akhir,
Mengapa kau tak pernah menoleh ke belakang?
Aku, yang hanya ingin menjadi tempat pulang,
Kini hanyalah jejak yang kau lupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H