Mohon tunggu...
Angela Ayu Putri Mahardika
Angela Ayu Putri Mahardika Mohon Tunggu... Lainnya - mom of three kittens

Live the life or death.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Budaya Orang Malaysia Melalui Acara David Rocco's Dolce Vita

10 Oktober 2020   20:34 Diperbarui: 11 Oktober 2020   22:57 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: https://www.instagram.com/natgeoasia/

Pandemi covid-19 membuat saya kembali aktif menonton televisi. Salah satu saluran televisi yang paling sering saya saksikan adalah National Geographic dan salah satu acara yang saya ikuti adalah David Rocco’s Dolce Vita. David Rocco’s Dolce Vita merupakan acara dengan tema mengeksplor dunia dari sisi budaya, kuliner hingga sosial. Sekarang saya sedang mengikuti David Rocco’s Dolce Vita Southeast Asia. Dari acara David Rocco’s Dolce Vita saya dapat mempelajari budaya dari negara yang dikunjungi oleh David Rocco. Salah satu negara yang dikunjungi adalah Malaysia.

Menurut saya dari berbagai narasumber yang merupakan orang Malaysia terlihat bahwa mereka merupakan masyarakat yang low-context dan past orientation. Dalam budaya konteks rendah, pesan verbal berisi sebagian besar informasi, dan sangat sedikit yang disampaikan melalui konteks atau tampilan nonverbal peserta (Samovar, Porter, McDaniel, & Roy, 2017, p. 222).  Sedangkan Dalam budaya berorientasi masa lalu, sejarah, agama yang mapan, dan tradisi sangat penting (Samovar, Porter, McDaniel, & Roy, 2017, p. 218). Dari acara tersebut terlihat bahwa narasumber yang merupakan orang Malaysia cenderung menyampaikan informasi dengan terus terang dan tidak terlalu banyak menggunakan gerakan nonverbal. Mereka berani mengatakan tentang budaya mereka sendiri dengan “blak-blakan”. Pada perbincangan dengan David Rocco narasumber juga tidak terlihat sungkan. Salah satu contohnya adalah Chef Wan yang menceritakan pengalaman hidupnya dengan santai dan terbuka.

Pendapat saya mengenai orang Malaysia yang cenderung past orientation juga saya peroleh dari acara ini. Dari seluruh narasumber yang diundang mereka setuju bahwa dalam memasak mereka tetap mempertahankan budaya tradisional dari makanan Malaysia. Mereka berusaha untuk tidak merubah cita rasa dan meneruskan tradisi ini ke generasi-generasi penerus. Mereka berpendapat bahwa resep asli ini sebagai budaya yang harus dipertahakan. Resep tradisonal tidak boleh hilang dari negara mereka. Walaupun makanan tradisional dikemas dengan lebih modern, tapi mereka ingin rasanya tetap autentik seperti aslinya.

               Masyarakat Malaysia yang merupakan masyarakat yang low-context dan past orientation menciptakan masyarakat yang kental dengan budaya. Salah satu contohnya, mereka berani untuk mengatakan bahwa resep tradisional itu harus dijaga dan dilestarikan. Tidak hanya itu mereka juga menghargai masa lalu dan tidak melupakannya. Menurut saya Malaysia tidak akan kehilangan budayanya karena masyarakat yang seperti ini. Pendapat ini saya simpulkan dari menyaksikan acara  David Rocco’s Dolce Vita Southeast Asia di National Geographic.

Daftar Pustaka

Samovar, L. A., Porter, R. E., McDaniel, E. R., & Roy, C. S. (2017). Communication Between Cultures. Boston: Cengage Learning.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun