Mohon tunggu...
Angel Alesya Gultom Tinissia
Angel Alesya Gultom Tinissia Mohon Tunggu... Mahasiswa - I am a positive-thinking person and really like meeting lots of people to learn and sharing experiences

Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Film

Darah dan Doa (1950), Film Pertama yang Disutradarai Bapak Perfilman Indonesia

21 September 2023   22:05 Diperbarui: 22 September 2023   07:07 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Usmar Ismail, atau lebih dikenal sebagai "Bapak Perfilman Indonesia" merupakan seorang sutradara film yang lahir pada tanggal 20 Maret 1921 di Bukittinggi. Selain menjadi sutradara film, beliau juga merupakan seorang sastrawan, wartawan, juga pahlawan nasional Indonesia.

Darah dan Doa (1950) menjadi tonggak sejarah perfilman di Indonesia karena merupakan film pertama Indonesia yang disutradarai oleh orang Indonesia juga, Usmar Ismail. Film ini diproduksi ketika negara Indonesia sudah resmi merdeka. Film Darah dan Doa merupakan produksi pertama dari Pusat Film Nasional Indonesia (Perfini) serta tanggal rilis dari film Darah dan Doa diperingati sebagai Hari Perfilman Nasional. Darah dan Doa berkisah dari skenario penyair bernama Sitor Situmorang, yang bercerita mengenai pejuang revolusi Indonesia yang jatuh hati kepada salah seorang gadis German, mereka dipertemukan dalam tenda pengungsian.

Film merupakan gambar yang bergerak memberikan suatu narasi atau cerita (Astuti, 2022, h. 5). Film juga bisa dikatakan sebagai suatu produk komunikasi, karena menyampaikan pesan pada khalayak dalam medium yang bermacam-macam. Dari jaman prasejarah pun gambar sudah ada, dan tulisan datang setelahnya.

Gambar mampu menjadi sebuah film ketika bergerak dengan suara atau tanpa suara sekalipun. Gambar hidup pertama kali dibawa ke Indonesia pada masa penjajahan tahun 1900-an oleh orang-orang Belanda. Pada mulanya hal ini hanya ditunjukkan pada orang-orang Eropa, elit pribumi, atau priyayi di cakupan wilayah Hindia Belanda sebagai media hiburan (Astuti, 2022, h.6).

Bioskop pertama kali berdiri di Hindia Belanda pada tahun 1910, didirikan oleh para pedagang Tiongkok di Batavia. NV Java Film Company merupakan perusahaan film pertama yang berdiri pada tahun 1926 di Bandung, dan dimiliki oleh orang Belanda bernama L. Hueveldop dan orang German bernama G. Krueger. 

Referensi

Astuti, R. A. V. (2022). Filmologi Kajian Film. Yogyakarta: UNY Press.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun