Tanimbar terdiri dari banyak pulau dan pulau terbesarnya adalah pulau Yamdena. Kepulauan Tanimbar mempunyai jejak-jejak kebesaran tempo dulu yang kini terdengar mulai senyap, salah satunya adalah Rumah Adat Kpere yang terletak di Desa Lorulun, Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
Menurut sejarah yang dituturkan oleh pemangku  adat, Rumah adat ini ini sudah ada sejak tahun 1930 dipindahkan ke lokasi kampung baru atas kesepakatan tua-tua adat karena penduduk di kampung lama (kampung tua) semakin bertambah dan padat.Â
Rumah adat Kpere ini memiliki dinding saat di kampung lama dari kulit kayu namun di kampung baru di ganti  yang terbuat dari pelepah pohon sagu, lantainya dari anyaman bamboo dan atapnya adalah atap rumbia. Keaslian bentuk  dari rumah  adat tetap di pertahankan.
Ciri khas dari rumah adat ini di bagian atasnya terdapat hiasan berbentuk tanduk  di ujung atap yang di sebut Kori,  Kori ini di yakini sebagai pelindung warga, penangkal cuaca buruk, dan melindungi dari wabah penyakit  di bagian dalam terdapat loteng di lantai dua sebagai tempat penyimpanan benda-benda pusaka.
Benda-benda sakral  yang ada di loteng rumah ini terdiri dari Gading gajah sepanjang dua meter  dengan berat 100 Kg yang belum di ketahui asalnya. Gading gajah pada jaman itu digunakan sebagai mas kawin untuk perempuan Tanimbar yang akan di pinang. Gading gajah juga biasanya di gunakan sebagai alat perdamaian ketika ada pertikaian antar kampung.
Salah satu benda pusaka lainnya adalah rumah adat Kpere  sejenis rumah siput yang biasanya di gunakan dengan cara di tiup untuk memanggil warga desa ketika akan di adakan pertemuan.
Terdapat pula  Batu Tumpuan setiap perempuan yang bersala dari daerah lain yang akan menikah di desa Lorulun ini wajib menginjakan kakinya di batu ini dalam ritual acara adat. Di rumah adat Kpere tersimpan benda-benda desa seperti piala-piala yang di dapat dari hasil mengikuti perlombaan sebagai juara.
Sesuai artinya sebagai tempat penyimpanan dokumen desa, Rumah adat Kpere berfungsi sebagai tempat dilaksanakan musyawarah adat  tertinggi di Desa dan sebagai tempat tinggal Orang Kaya,  Orang kaya bukan mereka yang kaya secara materi namun sebagai pemilik kekuasaan atas petuanan dan pengikut yaitu masyarakat Desa.Untuk berkunjung ke rumah adat Kpere tidak serta merta langsung masuk ke dalam rumah, ada ritual penyambutan yang di lakukan oleh pemilik rumah.
Naah, menarik bukan? Indonesia memiliki beragam kebudayaan dan Sudah menjadi kewajiban kita untuk tetap merawat dan menceritakan kepada anak cucu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H