Mohon tunggu...
Angela Jessica
Angela Jessica Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar sekolah

Saya sangat menyukai puisi dan bercita-cita menjadi sastrawan besar. Saya menyukai konten sastra dan psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gadis Kecil dan Bayangan yang Nakal

4 Januari 2025   10:23 Diperbarui: 5 Januari 2025   08:09 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadis kecil dan bayangan yang nakal (sumber : GPT)

Pada malam hari yang begitu gelap, Dewa Zeus menyuruh tentara mega-mega mengawal langit yang hendak terbangun dari mimpinya. Langit itu seakan ingin berkeluyuran dan menderang begitu lantang, tapi dengan ketat tentara mega-mega menjaganya dan dengan merdu mereka menyayikan lagu nina bobo untuk langit karena takut dihukum oleh Dewa Zeus yang amat perkasa. "Kamu belum boleh bangun! Kalau disuruh bangun malah tertidur lelap, kalau disuruh tidur malah terjaga siap" sungut salah satu tentara mega. Sementara itu di tengah keriuhan gelapnya malam, ada seorang gadis kecil terjaga di dalam kamar tidurnya. Ternyata ia tidak bisa tidur, gadis kecil itu terbaring di atas kasur sambil menyandarkan kedua kakinya ke tembok di tengah cahaya keremangan dari luar jendela kamar. Kedua kakinya menari di atas permukaan tembok dengan lihai tanpa tempo dan alasan yang jelas, bersama bayangan gelap yang terus meniru gerak-geriknya. Gadis kecil terheran-heran dan bingung, bayangan itu terus meniru gerak- geriknya dengan lihai dan sangat akurat. "Hei, kamu kenapa meniru tarian kedua kakiku?" tanya gadis kecil kepada bayangan. Bayangan itu pun berhenti menari dan dengan santai ia berkata "Oh, baiklah gadis kecil. Tapi jikalau begitu, aku akan bergerak sesuka hati tanpa dibantah dan tanpa dikendalikan oleh orang lain dan dirimu sendiri." Bayangan itu pun mulai bergerak sesuka hati dan keluar dari kamar sang gadis kecil. Kedua kaki nya yang menari di atas tembok dalam keremangan cahaya itu tidak bisa berdiam diri di tempat dan akhirnya mengikuti bayangan itu berada. Gadis kecil amat terkejut dan ingin berhenti mengikuti bayangan, namun ia tidak bisa dan kedua kakinya terus menari mengikutinya.

"Hei, kita mau kemana?" sahut gadis kecil terheran-heran. Bayangan yang ada di depannnya tidak menghiraukannya dan dengan gesit terus bergerak menyusuri tangga, halaman rumah, hingga komplek perumahan. Bayangan itu tidak memperdulikan nasib gadis kecil di belakangnya yang mulai kelelahan karena mengikutinya sambil menari. Ia terus bergerak meninggalkan komplek itu lalu pergi ke jalan raya yang amat sepi. Gadis kecil berusaha membebaskan diri dari bayangan sekuat mungkin, ia berteriak minta tolong dengan lantang di jalan raya. "Tolong, siapa pun, bayangan ini nakal sekali membawaku, tolong!!!" Tapi, dengan siapa gadis kecil itu berteriak minta tolong? Di dunia ini hanya ada partikel-partikel udara, pepohonan, dan tentara mega-mega yang sedang menjaga langit. Tidak ada yang benar-benar peduli dengan nasib gadis kecil yang begitu malang.

Semakin jauh gadis kecil itu pergi dari rumahnya. Ia sudah sangat pasrah dengan bayangan yang terus bergerak maju antah berantah. Kedua kakinya juga sudah bergetar hebat, seperti permainan angklung yang retak karena kelelahan. Tapi ia tidak bisa berhenti menari sampai bayangan itu sendiri berhenti bergerak. Bayangan itu ternyata sekarang mengarahkan gadis kecil ke jalan tol. Jalan tol yang begitu sepi, kosong, dan teramat hampa. Benar-benar tidak ada mobil disana. Hanya gadis kecil dan bayangan yang mulai meremang.

Di tengah jalan tol yang amat panjang, keadaan semakin gelap karena lampu jalan disana tidaklah banyak. Bayangan itu pun kabur dan pergi, meninggalkan gadis kecil sendiri di tengah jalan tol yang gelap dan teramat suram tanpa rasa tanggung jawab. Gadis kecil pun berhenti menari. Perasaan lega dan lelah sekaligus perasaan cemas dan takut sekarang menghantuinya. Ia harus pulang ke rumah sebelum pagi menyapa. Tapi ia tidak tahu jalan dan sepertinya mustahil untuk kembali pulang karena jalan pulangnya amat-amat  jauh. Sekarang, ia hanya sendiri di tengah-tengah jalan tol yang kesepian, bersama tentara mega-mega menjaga langit yang hampir terbangun dari mimpinya. Gadis kecil itu menatap langit dengan perasaan kosong. Sungguh, bayangan yang merepotkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun