A. Pendahuluan
Benteng diartikan sebagai tempat pertahanan, perlindungan pada masa peperangan, khususnya yang terjadi di masa lampau, benteng sebagai bentuk perlindungan bagi mereka yang ada didalamnya. Terdapat beberapa individu yang tinggal didalamnya sehingga membentuk dinamika kehidupan yang lebih kompleks. Dalam arti yang lebih luas, benteng tidak hanya menjadi simbol pertahanan tetapi juga menjadi pusat kegiatan dan interaksi sosial manusia. Pada abad ke-17 dan ke-18 yaitu pada masa VOC Belanda dan EIC Inggris, terjadi evolusi benteng dari tempat untuk melakukan transaksi niaga menjadi pusat sosial dan ekonomi.
Benteng Anna secara morfologis terletak di sebuah teluk kecil yang dikenal sebagai teluk Muko-Muko, di tepi kiri Sungai Selagan yang mengalir ke Samudra Hindia. Jarak benteng ini dari Samudra Hindia sekitar 750 meter jika diukur secara langsung. Secara umum, benteng Anna berada di dataran rendah dengan ketinggian dua meter di atas permukaan laut. Di sisi utara, benteng Anna berbatasan dengan Sungai Selagan, sementara sisi timur dan barat berbatasan dengan tanah serta pemukiman penduduk. Sisi selatan berbatasan dengan jalan desa yang mengarah ke laut dan juga pemukiman penduduk.
B. Pembahasan
Secara umum, Muko-muko dapat dianggap sebagai daerah penunjang bagi kota Bengkulu karena wilayah ini merupakan penghasil komoditas yang diperdagangkan oleh EIC semua komoditas perdagangan seperti lada dan juga serbuk emas yang dihasilkan dari Muko-muko dikirim ke kota Bengkulu. Oleh karena itu, Benteng Anna didirikan dengan tujuan untuk
melindungi kepentingan dagang EIC. Hal ini berbeda dengan Benteng Marlborough, yang dibangun tidak hanya untuk melindungi kawasan perekonomian, tetapi juga untuk menjaga wilayah kota Bengkulu yang berfungsi sebagai pusat administrasi EIC di Pantai Barat Sumatra. Seperti yang diketahui, Pantai Barat Sumata menjadi salah satu jalur perdagangan yang ramai sejak Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511. Pada saat itu kesultanan Aceh kemudian mengalihkan wilayah perdagangannya ke kawasan ini. Situasi ini semakin didukung dengan munculnya rute pelayaran baru oleh Eropa, yang sebelumnya berlayar melalui Teluk Parsi, kemudian beralih langsung dari Tanjung Harapan menuju Samudra Hindia.
Benteng ini berdiri pada tahun 1798 oleh Mr. Carmiel pada masa kolonial Inggris. hubungan antara Bengkulu dan Inggris dimulai dengan perjanjian antara east Indies Company (EIC) dan penguasa selebar yaitu pangeran Nata Dirja pada 12 Juli 1685. Yang mana isi perjanjian selebar dengan inggris adalah menyatakan Selebar memberikan konsesi kepada inggris berupa tanah di sekitar Pelabuhan Selebar. Tanah tersebut dimaksudkan untuk pembangunan gudang-gudang penyimpanan dan bangunan lain yang terkait dengan aktivitas perdagangan. Perjanjian ini merupakan bagian dari usaha EIC untuk mengalihkan aktivitas perdagangan mereka ke wilayah lain, karena Verenige Oost-Indische Compagnie (VOC) telah memperoleh hak monopoli perdagangan di Kesultanan Banten. Sehingga Inggris hanya dapat berkuasa selama lima tahun di Jawa (1811-1816) akibat ditandatanganinya Perjanjian London pada 13 Agustus 1814. Inggris harus menyerahkan wilayah jajahan Belanda yang pernah direbut dan dikuasai oleh Prancis.
Sejak saat itu, Inggris kembali ke Bengkulu untuk menjadikan daerah tersebut sebagai pusat ekonomi dan politik mereka. EIC mulai membuat perjanjian dengan kerajaan-kerajaan lain di Bengkulu yang kemudian diikuti dengan pendirian pos-pos perdagangan di wilayah kerajaan tersebut. Hingga tahun 1752, EIC berhasil menguasai perdagangan di seluruh wilayah Bengkulu, termasuk Muko-muko. Dengan ditandatanganinya perjanjian oleh penguasa Bengkulu yang memberikan keleluasaan bagi EIC, sehingga membangun benteng dan gudang untuk mengontrol para pengghasil lada disana. Kontrol terhadap perdagangan di Benteng Anna tentunya memberikan keuntungan ekonomi yang sangat besar bagi pemerintahan Inggris serta memperkuat pengaruhnya di Bengkulu.
Selain sebagai pusat perdagangan bagi Inggris, Benteng Anna juga menjadi simbol kekuasaan dan dominasi kekuatan militer Inggris di wilayah tersebut. Yang mana benteng ini dilengkapi dengan meriam dan pasukan militer untuk menghadapi serangan dari luar, dan memperkuat klaim mereka atas wilayah ini. Namun fungsi benteng tidak hanya untuk instalasi militer tetapi juga berfunggsi sebagai perlindungan dari suatu pemukiman. Hal ini menimbulkan ketegangan dan konflik dengan kekuatan lain, seperti Belanda, yang juga ingin menguasai perdagangan rempah-rempah di Bengkulu. Kekuasaan Inggris di Bengkulu secara resmi berakhir dan diserahkan kepada Belanda pada 6 April 1825.
Benteng Anna tidak hanya dijadikan sebagai tempat pertahanan saja tetapi juga sebagai tempat tinggal, ini dibuktikan dengan ditemukan beberapa jenis artefak yang ditemukan dan dapat diketahui bagaimana kehidupan penghuninya pada masa lampau. Tinggalan megalitik banyak dijumpai di daerah perbukitan memberikan gambaran tentang bagaimana bentuk permukiman awal yang terdapat di daerah Bengkulu tersebut. Selain Benteng Anna, Inggris juga telah mendirikan beberapa benteng lainnya, yaitu Benteng Marlborough yang terletak di pesisir Samudra Hindia dan Benteng York yang juga terletak di pesisir Samudra Hindia. Benteng Marlborough merupakan benteng utama Inggris di Bengkulu yang berperan sebagai pusat pertahanan dan administrasi, sedangkan Benteng York berperan sebagai benteng pendukung dari Benteng Marlborough, yang membantu mengamankan jalur perdagangan dan pertahanan Inggris di wilayah tersebut.
Meskipun Benteng Anna bukan benteng utama Inggris namun, Benteng Anna tetap memainkan peran yang sangat penting dalam strategi pertahanan Inggris di Bengkulu. Benteng Anna berperan sebagai pos pertahanan yang melindungi jalur darat menuju pedalaman Sumatra, yang penting dalam mengontrol perdagangan dan menangkal serangan dari pihak yang menentang Inggris. Kemungkinan besar, Benteng Anna bekerja sama dengan Benteng Marlborough dan Benteng York dalam hal pertahanan. Benteng Anna membantu Inggris. mengendalikan wilayah sekitar Sungai Selagan dan pedalaman Sumatra, yang memiliki nilai penting dalam perdagangan dan sumber daya.