Dahulu kala, di sebuah desa yang sangat jauh dari kota, hiduplah seorang anak bernama Andi. Ia sangat terkenal dikalangan teman-temannya karena memiliki sikap yang sangat jahil dan menyebalkan.
Di ujung desa tersebut, ada sebuah rumah tua yang terkenal dengan keangkerannya. Rumah tua itu dahulunya adalah rumah seorang wanita yang bernama Ningsih. Ia tinggal seorang diri karena suaminya sudah meninggal. Sampai suatu hari ada sebuah kejadian seram yang membuat ia kehilangan nyawanya. Di depan rumah tersebut ada sebuah pohon nangka yang sangat besar. Pohon itu berdiri tepat di depan rumah tua itu. Pohon itu sudah berdiri sejak bertahun-tahun yang lalu.
Suatu hari, salah satu teman Andi yang bernama Yaya mengajak Andi dan beberapa teman lainnya untuk menginap di sebuah rumah tua untuk menguji nyali mereka. "Teman-teman, nanti malam kita menginap di rumah tua itu, Yuk!" kata Yaya. Andi sangat tertarik untuk ikut menginap di rumah tua itu, "Ayuk!, kapan nih?" kata Andi. "Nanti malam bisa gak nih?" kata Yaya, "Aku sih bisa-bisa aja" kata Andi. "Anita kamu mau ikut gak?" kata Yaya yang sedang bertanya kepada Anita. Sebenarnya Anita sangat takut untuk ikut menginap di rumah tua itu bersama Andi dan Yaya, tapi karena Anita tidak mau direndahkan, "Oke, aku ikut" kata Anita. Dan mereka bertiga pun bersepakat untuk menginap malam itu juga.
Â
Malam pun tiba. Sekitar jam 8 malam mereka bertiga pun segera pergi ke rumah tua tersebut. Saat tiba di rumah tua itu, mereka sangat ketakutan karena kondisi rumah yang sangat berantakan dan hawa yang sangat tidak mengenakan. Mereka pun memutuskan untuk menginap di teras saja dikarenakan rumahnya yang sangat berdebu dan banyak serangga.
Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, mereka bertiga bersiap-siap untuk tidur. Saat Andi sedang mengupas buah jeruk, Ia terpikir untuk membuangnya dekat pohon nangka, "Apa aku buang kulit jeruk ini di pohon nangka ya?", "Jangan!" kata Yaya, "Lah? kenapa?" kata Andi, "Katanya pohon itu ada penunggunya lohhh, nanti kalo terjadi hal yang gak diinginkan gimana?" kata Yaya, "Yaelah percaya aja sama gituan" kata Andi, "Yasudah terserah kamu, tapi kalo ada sesuatu yang terjadi bukan salah kami." kata Anita.
Saat Andi sudah selesai memakan jeruk, Ia melempar kulit dan meludah biji dari mulutnya ke pohon nangka. Andi tidak berpikir macam-macam walaupun sudah diperingatkan oleh Yaya dan Anita. Mereka bertiga pun sudah tertidur.
Saat sedang enak tidur, Andi terbangun sekitar jam 1 pagi karena kebelet buang air kecil. Ia pun segera berlari ke samping rumah lalu membuang hajatnya. Ketika sudah selesai dan ingin memakai celana, ia mendengar suara ketawa tetapi sangat kecil. Andi tidak menghiraukan itu dikarenakan sudah sangat mengantuk, Ia segera kembali ke teras rumah itu dan tertidur.
Lagi dan lagi Andi terbangun dari tidurnya. Ia terbangun karena mendengar suara barang jatuh yang sangat keras. Sebelum ia mengecek apa yang jatuh, ia membuka Hpnya terlebih dahulu. Andi ingin melihat itu jam berapa, saat membuka hpnya Andi pun terkejut karena itu pukul 03.00, tapi Andi tidak terlalu menghiraukan itu dan langsung membangunkan Yaya dan Anita untuk melihat benda yang jatuh tersebut. Tapi hanya Anita saja yang terbangun, "Apaan sih pagi buta gini bangunin aku" kata Anita, "Itu tuh tadi ada benda jatuh, kamu temenin aku ya buat liat bendanya". Tetapi Anita menolak karena masih sangat ngantuk. Anita pun kembali tertidur dan tidak memedulikan Andi.
Akhirnya karena Andi sangat penasaran, ia terpaksa pergi melihatnya sendiri. Andi melihat dari jauh benda itu adalah sebuah nangka, tapi bedanya buah nangka itu sangat besar, tidak seperti buah nangka pada umumnya. Saat sudah dekat dengan buahnya, ia mengangkat buah itu dan sangat terkejut. BUAH ITU ADALAH SEBUAH KEPALA WANITA YANG SEDANG MELOTOT DAN LIDAHNYA MENJULUR KEBAWAH. Tidak hanya itu, Andi juga mendengar suara wanita yang tertawa. Tawanya seperti kuntilanak, dan benar saja, saat ia melihat ke atas pohon tersebut, ada satu kuntilanak yang tidak ada kepalanya. Saat itu juga Andi pun menghilang tidak tahu kemana. Dan sampai saat ini Andi masih tidak bisa ditemukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H