Pernahkah kawan mendengar kata "globalisasi"? Jika iya, apa sebenarnya arti dari globalisasi itu? Istilah globalisasi ini sebenarnya sudah lama diperbincangkan pada zaman modern saat ini. Â
  Â
"Beberapa ahli memaparkan pendapatnya mengenai definisi globalisasi. 'Menurut Malcolm Waters, globalisasi adalah proses sosial yang berakibat pada pembatasan geografis dalam keadaan sosial budaya menjadi kurang penting, terjelma dalam kesadaran manusia.' Menurut Princeton N. Lyman Princeton, globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat dan saling ketergantungan antar berbagai negara di dunia dalam hal perdagangan serta keuangan. Menurut Peter Drucker, globalisasi digunakan untuk menggambarkan proses penyebaran komunikasi global secara instan, pertumbuhan perdagangan internasional, dan pasar uang global."
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa globalisasi adalah suatu proses yang menggambarkan pertumbuhan dan rasa saling ketergantungan antara berbagai negara melalui perdagangan, komunikasi, perjalanan dan sebagainya yang mengakibatkan hilangnya batasan yang ada pada masyarakat sehingga terjadi peningkatan hubungan internasional.
Tahukah kawan bagaimana globalisasi masuk ke Indonesia? Sejarah globalisasi di Indonesia terbagi menjadi 4 periode yaitu periode Hindu-Buddha, periode Islam, periode kolonial dan periode orde baru. Globalisasi pertama kali masuk ke Indonesia pada periode Hindu-Buddha (abad 1-15M). Pada masa itu, terjadi banyak perdagangan maritim yang menghubungkan India, Cina dan Asia Tenggara. Melalui perdagangan inilah pengaruh budaya agama Hindu dan Buddha masuk ke Indonesia. Kerajaan-kerajaan seperti Sriwijaya dan Majapahit memainkan peran penting dalam penyebaran budaya India di Nusantara, termasuk penggunaan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta. Meskipun pada periode ini globalisasi sudah mulai terasa, pengaruhnya masih terbatas pada aspek ekonomi dan budaya, terutama di wilayah pesisir.
Kemudian pada periode Islam (abad 13-16 M), orang-orang yang beragama islam juga masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan terutama dari Gujarat, India dan Timur Tengah. Proses ini berlangsung secara damai dan didukung oleh pedagang Muslim yang mendirikan komunitas di sepanjang pesisir seperti Aceh, Demak, dan Gresik. Peran penting Islam dalam membangun tatanan sosial dan ekonomi lokal turut mempercepat proses integrasi Nusantara ke dalam jaringan perdagangan global yang lebih luas.Â
Pada periode kolonial (abad 16-20 M). Pada masa itu interaksi antara Indonesia dan negara asing dimulai melalui jalur perdagangan yang dilakukan oleh bangsa Eropa, terutama Portugis dan Belanda, ketika melakukan ekspansi perdagangan ke wilayah Asia. Indonesia, yang kaya akan sumber daya alam, menjual rempah-rempah kepada para pedagang asing yang datang. Kemudian terjadi penjajahan di Indonesia sampai tahun 1945 atau dikenal sebagai masa kolonialisme. Hal ini disebabkan akibat dari sumber daya alam Indonesia yang melimpah, sehingga menjadikannya daya tarik utama bagi bangsa Eropa. Rempah-rempah yang ada di Indonesia memiliki nilai jual yang tinggi di Eropa sehingga menyebabkan banyak pedagang dari Eropa ingin menguasai perdagangan ini. Selain dari sumber daya alam, letak geografis Indonesia yang strategis untuk menjadi jalur perdagangan antara Asia dan Eropa menjadikannya sasaran bagi para penjajah. Pada masa kolonialisme ini, Indonesia menjadi bagian dari jaringan perdagangan global yang lebih luas, di mana rempah-rempah menjadi bahan utama yang diekspor ke Eropa. Pada masa ini, Belanda mendirikan perusahaan-perusahaan besar seperti VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) yang mengendalikan perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Didirikannya perusahan ini menyebabkan eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam Indonesia. Selama periode ini diperkenalkan sistem ekonomi kapitalis, eksploitasi sumber daya alam, serta pembangunan infrastruktur yang terhubung ke pasar internasional. Selama  periode ini  juga tercipta  kesenjangan sosial dan ekonomi yang signifikan antara masyarakat lokal dan penjajah.
Setelah melewati masa kolonialisme dan meraih kemerdekaan pada tahun 1945, Indonesia memasuki periode pasca-kemerdekaan, dimana pada saat itu Indonesia berusaha untuk mendirikan identitas sebagai negara dengan kemandirian ekonomi yang dipimpin oleh presiden Soekarno. Upaya ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada negara asing dan berfokus pada pembangunan ekonomi nasional. Meskipun demikian, pengaruh globalisasi masih terasa melalui adanya bantuan internasional dan hubungan diplomatik dengan negara lain, yang tetap dibutuhkan dalam upaya pembangunan ekonomi dalam negeri Indonesia itu sendiri. Namun,"Periodisasi Globalisasi dan Relevansinya dengan SDGs: Membentuk Dunia yang Berkelanjutan" pada periode Orde Baru (1966-1998) di masa pemerintahan Soeharto, Indonesia mulai membuka diri terhadap negara asing mengakibatkan perusahaan asing mulai masuk ke Indonesia. Kebijakan ini bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan memperkuat penyesuaian Indonesia dalam ekonomi global. Perusahaan asing ini masuk ke Indonesia dengan cara seperti melakukan investasi yang menyebabkan masuknya produk luar ke Indonesia. Setelah produk-produk asing ini masuk ke Indonesia, perdagangan antara Indonesia dan negara asing semakin meningkat akibat dari hubungan ekspor dan impor barang serta jasa. Banyaknya barang impor mengakibatkan Indonesia semakin lama semakin bergantung dengan negara asing. Dapat dilihat dari banyaknya produk asing yang masuk ke Indonesia dan mulai mempengaruhi pola pikir serta konsumsi dari masyarakat Indonesia.
Salah satu faktor yang mendukung terjadinya globalisasi adalah perkembangan teknologi seperti internet dan media sosial. Adanya kemajuan teknologi ini sangat membantu dalam komunikasi yang dimana pada zaman dahulu diharuskan untuk menulis surat dan mengirimnya melalui tukang surat untuk bisa berkomunikasi, bahkan setelah melakukan hal tersebut masih harus menunggu sampai mendapatkan kembali balasan dari orang tersebut. Dengan adanya teknologi dapat memungkinkan kita untuk berkomunikasi saat itu juga meski terpisah oleh jarak jauh misal dengan mengirim email, mengirim chat atau melakukan video call yang memberikan dampak juga pada dipercepatnya arus informasi menyebar dan meningkatnya interaksi antara masyarakat dari berbagai negara. Selain itu, adanya kemajuan teknologi menciptakan jalur bagi pertukaran budaya dan informasi yang lebih cepat. Budaya dari negara-negara lain mulai masuk ke Indonesia seperti film, musik, fashion, dan gaya hidup yang kemudian menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat.
 Dalam era globalisasi, terbentuknya SDGs oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadi tonggak penting yang bertujuan untuk mengatasi tantangan global seperti kemiskinan, ketimpangan, perubahan iklim, dan kerusakan lingkungan. Salah satu SDGs yang menjadi target global penting yaitu SDGs nomor 14, "Menjaga Ekosistem Laut" yang mengatur aktivitas manusia dengan tujuan mengkonservasi ekosistem laut dan memanfaatkan sumber dayanya. Peristiwa sejarah yang berhubungan dengan SDGs nomor 14 yaitu permasalahan sampah plastik di laut Indonesia. Reza menyebutkan, Indonesia merupakan penghasil sampah plastik kedua terbesar di dunia setelah China. (www.detik.com, 11 September 2024). Kemudian, menurut data SIPSN pada tahun 2023 timbunan sampah di Indonesia mencapai 69,9 juta ton dan berdasarkan komposisinya, didominasi oleh sampah sisa makanan sebesar 41,60% dan sampah plastik sebesar 18,71%.
Terdapat faktor yang dapat memperparah permasalahan sampah plastik di laut Indonesia yaitu pengiriman sampah lintas negara. Sejak tahun 1970-an, praktik bisnis pengiriman sampah plastik dari satu negara ke negara lain sudah cukup lama terjadi. Praktik pengiriman sampah biasanya dilakukan karena kekurangan tempat pembuangan akhir (TPA). Hal ini mengakibatkan negara berkembang menjadi penerima sampah plastik. Namun, sebagian dari negara berkembang ini tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk mengolah atau mendaur ulang sampah plastik dengan baik dan aman. Salah satu negara yang menjadi pengimpor terbesar sampah plastik di dunia yaitu Indonesia. Sebagai negara pengimpor plastik, seharusnyae dapat memperoleh keuntungan finansial dan tetap dapat menjaga kelestarian lingkungan. Namun pada kenyataannya, sampah plastik yang dikirim ke Indonesia banyak yang tidak dapat digunakan karena kondisinya sudah tidak layak untuk digunakan dan juga fasilitas yang kurang memadai untuk mengolah sampah. Pada akhirnya, sampah plastik yang diimpor dari luar negeri memberikan dampak negatif terhadap lingkungan yaitu sampah plastik dibiarkan di laut.
Apakah ada teknologi yang dapat membantu pengelolaan sampah di laut Indonesia? Tentunya ada, teknologi ini bernama trash boom. Trash boom adalah teknologi yang cukup baru yang berfungsi untuk menangkap sampah di sungai agar sampah tidak mencapai ke laut. Trash boom ini diciptakan oleh mahasiswa Jerman Moritz Schultz bersama dengan Karsten Hirsch dan Georg Baunach dari Bergischee Universitt Wuppertal. Ide tersebut muncul pada saat perjalanan ke Vietnam, setelah melihat berton-ton sampah mengapung di sungai dan kemudian masuk ke laut setiap harinya. Setelah proyek percobaan diselesaikan, perusahaan startup lingkungan asal Jerman, Plastic Fisher didirikan pada tahun 2019 dan mengembangkan teknologi trash boom ini dan tidak lama kemudian trash boom pertama didirikan di Bandung, Indonesia. Menurut salah satu seorang pendirinya yang bernama Moritz Schultz, terdapat tiga faktor penting yang berkontribusi bagi keberhasilan Plastic Fisher ini yaitu teknologi yang sederhana, penggunaan materi lokal, dan tenaga kerja untuk pembangunan dan pengoperasian trash boom. Selain itu, penerapan teknologi ini akan disebarkan sebagai sumber terbuka yang berguna untuk membangun penghalang sebanyak mungkin yang bertujuan untuk menangkap sampah di sungai-sungai. Lalu, kerja sama yang erat dengan organisasi lain di seluruh dunia diperlukan untuk mengatasi masalah pencemaran plastik agar lebih efektif.
Sumber Referensi :
Afiff, F. (2012, Juni 5). Globalisasi dan Indonesia. Rangkaian Kolom Kluster I. Binus University. Jakarta.
Aviaska. (2022, October 13). Trash Boom: menghadang sampah sungai ke laut. Greeneration Foundation. https://greeneration.org/publication/green-info/trash-boom-menghadang-sampah-sungai-ke-laut/
Jadidah, I. T., Alfarizi, M. R., Liza, L. L., Sapitri, W., & Khairunnisa, N. (2023). Analisis Pengaruh arus globalisasi terhadap Budaya Lokal (Indonesia). Academy of Social Science and Global Citizenship Journal, 3(2), 40--47. https://doi.org/10.47200/aossagcj.v3i2.2136
Kintoko, I. W. (2019, November 6). Trash Booms Dikampanyekan Sebagai Upaya Menyelamatkan Jalur Air Terpenting di Bali dari Sampah. Wartakotalive.com. https://wartakota.tribunnews.com/2019/11/06/trash-booms-dikampanyekan-sebagai-upaya-menyelamatkan-jalur-air-terpenting-di-bali-dari-sampah?page=2
Mahadewi, P. (2019, December 30). Kajian tentang Perkembangane Globalisasi dalam Formulasi Kebijakan Pembangunan Hukum Nasional Indonesia. https://jurnal.unw.ac.id/index.php/AIJ/article/view/373
Muamar, A. (2024, April 17). Impor Sampah Plastik dan Dampaknya terhadap Lingkungan dan Sosial. Green Network Asia - Indonesia. https://greennetwork.id/ikhtisar/impor-sampah-plastik-dan-dampaknya-terhadap-lingkungan-dan-sosial/
Nageler-Petritz, H., & Nageler-Petritz, H. (2022, December 13). Trash Boom: A new technology to stop marine littering. WMW. https://waste-management-world.com/resource-use/trash-boom-a-new-technology-to-stop-marine-littering/
Nurhaidah, & Insya Musa, M. (2015, April). Dampak Pengaruh Globalisasi bagi Kehidupan Bangsa Indonesia. Proceedings of Economics and Accounting Research (PEAR), 3(n/a), 14. https://jurnal.usk.ac.id/PEAR/article/view/7506/6178
Pristiandaru, D. L. (2023, May 22). Mengenal tujuan 14 SDGS: Ekosistem Lautan. KOMPAS.com. https://lestari.kompas.com/read/2023/05/22/080000486/mengenal-tujuan-14-sdgs--ekosistem-lautan
Rosa, N. (2022, October 26). Bagaimana proses terjadinya globalisasi? ini penjelasannya. Detikedu. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6368753/bagaimana-proses-terjadinya-globalisasi-ini-penjelasannya
Rosyda. (n.d.). Pengertian Globalisasi: Proses, Karakteristik dan Dampak Globalisasi. https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-globalisasi/
Setiowati, G. (2022, April 1). Dampak Globalisasi Terhadap Budaya Lokal di indonesia - Kompasiana.com. KOMPASIANA. https://www.kompasiana.com/gesti03653/624749d2951051527a61cb46/dampak-globalisasi-terhadap-budaya-lokal-di-indonesia
Sosial, S. D. (2023, October 8). Perkembangan Globalisasi beserta Sejarahnya. Kumparan. https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/perkembangan-globalisasi-beserta-sejarahnya-21L9k6Ntdjb
Yusuf, I. A. (2024). KAJIAN TEORITIS TENTANG KEMAMPUAN BANGSA DALAM MERESPON GLOBALISASI. journal.iaitasik.ac.id. https://doi.org/10.70143/hasbuna.v4i2.128
247wallst | David Beren https://247wallst.com/population-and-social-characteristics/2024/10/24/here-are-the-countries-that-benefit-most-from-globalization/
LinkedIn | https://www.linkedin.com/pulse/globalization-really-global-all-joseph-varughese
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H