Mohon tunggu...
Anfical LowerSilalahi
Anfical LowerSilalahi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Duta Kampus Politeknik Negeri Madiun

Melayani dengan Dedikasi dan Integritas Siap Untuk Menciptakan Pengalaman Luar Biasa.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Balai Kota Madiun: Saksi Bisu Sejarah, Dari Kolonial Hingga Simbol Perubahan Zaman

5 Desember 2024   22:26 Diperbarui: 5 Desember 2024   22:42 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Balai Kota Madiun, sebuah simbol administrasi dan sejarah, menyimpan perjalanan panjang yang mencerminkan dinamika arsitektur dan pemerintahan kota. Dibangun pada era kolonial Belanda, bangunan ini tetap berdiri kokoh sebagai saksi bisu perubahan zaman.
Awal Berdirinya Gemeente Madiun

Pada tahun 1918, Pemerintah Hindia-Belanda mengesahkan berdirinya Gemeente (kota) Madiun berdasarkan Staatsblad No. 326. Keputusan ini memisahkan administrasi pemerintahan kota dari kabupaten, dengan Burgemeester (wali kota) sebagai pemimpin. Langkah awal ini menandai dimulainya babak baru dalam sejarah administratif kota Madiun.

Namun, di masa-masa awal pendiriannya pada tahun 1919, pemerintahan gemeente Madiun masih menumpang di Kantor Asisten Residen. Upaya pembangunan gedung baru kemudian dimulai dengan pembelian lahan di Residentslaan (sekarang Jalan Pahlawan). Proses ini menjadi fondasi dari berdirinya Balai Kota Madiun yang kita kenal hari ini.

Pembangunan Gedung Ikonik

Proyek pembangunan dimulai pada tahun 1928, dengan Firma Fermont-Cuypers, perusahaan arsitektur ternama pada masa itu, sebagai pelaksana. Peletakan batu pertama dilakukan dengan upacara adat Jawa, termasuk ritual slametan dan penguburan kepala kerbau, simbol tradisional untuk membersihkan tempat pembangunan. Dua tahun kemudian, pada 1 Agustus 1930, gedung Balai Kota Madiun diresmikan oleh R.A. Schotman, Burgemeester pertama yang berkantor di sana.

Arsitektur gedung ini mengusung gaya Nieuwe Bouwen, bagian dari International Style yang memadukan desain modern dengan elemen arsitektur lokal. Adaptasi ini memungkinkan bangunan tetap kokoh dan nyaman di tengah iklim tropis Indonesia.

Transformasi dalam Berbagai Era

Selama periode pendudukan Jepang, Balai Kota Madiun berganti nama menjadi Madiun Shi Jakusyo. Meski fungsi administratifnya tidak berubah, nama ini mencerminkan dominasi baru yang menggantikan pemerintahan kolonial Belanda. Setelah kemerdekaan Indonesia, gedung ini terus digunakan sebagai pusat pemerintahan kota hingga hari ini.

Seiring berjalannya waktu, beberapa renovasi dilakukan untuk menjaga struktur bangunan tetap dalam kondisi baik. Namun, ciri khas arsitektur Nieuwe Bouwen tetap dipertahankan, menjadikan gedung ini salah satu warisan arsitektur kolonial yang berharga.

Sebuah Landmark Sejarah dan Arsitektur

Balai Kota Madiun tidak hanya berfungsi sebagai pusat pemerintahan tetapi juga sebagai monumen sejarah yang menghubungkan era kolonial dengan Indonesia modern. Keberadaannya merepresentasikan perkembangan administratif kota sekaligus menjadi bukti kecanggihan arsitektur kolonial yang disesuaikan dengan budaya dan iklim lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun