Mohon tunggu...
Aneyra Ersha Ceria
Aneyra Ersha Ceria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Psikologi Universitas Airlangga

Topik favorit adalah mengenai perspektif psikologis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perjalanan Psikologis Anak Pertama Perempuan: Tantangan dan Pembentukan Identitas

16 Mei 2023   18:41 Diperbarui: 16 Mei 2023   18:46 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Anak perempuan pertama dalam keluarga kerap mengalami perjalanan psikologis yang menarik dan menantang. Mendefinisikan identitas mereka dan mengelola peran mereka dalam keluarga dan masyarakat. Mereka menghadapi tekanan dan harapan yang berbeda. Dalam artikel ini, kami mengulas perjalanan psikologis anak perempuan pertama, tantangan yang mereka hadapi, dan pentingnya membentuk identitas yang kuat.

Sebagai anak perempuan pertama, mereka sering merasakan beban harapan yang tinggi dari orang tua dan keluarganya. Mereka sering dianggap sebagai penerus keluarga, diharapkan membawa kehormatan dan kesuksesan bagi nama keluarga. Teka-teki dan harapan ini dapat memberikan tekanan yang signifikan pada anak perempuan pertama karena mereka merasa memiliki standar yang tinggi dan harus menjadi panutan bagi adik-adiknya. Ini dapat menciptakan rasa tanggung jawab yang besar dan ketakutan akan kegagalan.

Selain itu, anak perempuan pertama seringkali harus mengasuh dan merawat adiknya juga. Tanggung jawab ini dapat menempatkan mereka pada posisi yang sulit untuk menjadi pendukung dan penasihat bagi saudara-saudari mereka, bahkan ketika mereka sendiri tidak sepenuhnya mampu menghadapi tantangan itu. Meskipun hal ini dapat memupuk kepemimpinan, empati, dan keterampilan pengasuhan. Mereka juga perlu diingatkan bahwa mereka memiliki hak untuk bebas dalam mengejar impiannya sendiri.

Tantangan lain bagi anak perempuan pertama adalah pencarian identitas antara norma sosial dan gender yang ada. Masyarakat sering memiliki ekspektasi dan harapan tertentu terhadap perempuan, dan anak perempuan pertama mungkin merasa terjebak oleh peran gender yang ditentukan oleh budaya mereka. Mereka dapat merasa terbatas dalam pilihan hidup mereka dan sulit mengeksplorasi minat dan bakat yang mungkin tidak sesuai dengan stereotipe gender yang ada. Penting untuk mengingatkan anak perempuan pertama bahwa mereka memiliki hak untuk menjadi diri mereka sendiri, untuk mengembangkan hasrat mereka dan mengejar impian mereka tanpa hambatan gender.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, membangun identitas yang kuat bagi anak perempuan pertama sangatlah penting. Penting bagi mereka untuk belajar mengenali nilai, minat, dan kekuatan mereka sendiri. Orang tua dan keluarga dapat memainkan peran penting dalam proses ini dengan memberikan dukungan emosional dan mengakui prestasi anak tanpa tekanan atau harapan yang berlebihan. Dengan cara ini, anak perempuan pertama dapat mengembangkan rasa percaya diri mereka, memperluas pengetahuan dan keterampilan mereka, dan memastikan identitas mereka.

Singkatnya, perjalanan psikologis anak perempuan pertama melibatkan tantangan dan pertimbangan yang kompleks. Dengan begitu banyak tekanan dan ekspektasi, penting bagi mereka untuk membangun identitas yang kuat dan harga diri yang sehat. Dukungan orang tua, keluarga dan masyarakat membantu mereka dalam perjalanan ini. Dengan memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka, memupuk nilai-nilai kepemimpinan dan empati, serta menciptakan lingkungan yang mendukung kebebasan berekspresi, kami dapat membantu anak perempuan pergama mengembangkan identitas yang kuat dan menjadi individu yang mandiri dan sukses.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun