Hari pertama sekolah di sekolah kami itu, 13 Juli 2016 itu, Sekolah Sukma Bangsa Bireuen, setelah liburan panjang ramadhan dan Hari raya Idul Fitri. Hari pertama itu lain tentu saja, wajah-wajah baru memenuhi sekolah. Wajah nervous dan excited plus lugu berbaur dengan wajah anak-anak lama. Hari pertama sekolah .
Pada hari itu, orang tua mengantar anaknya ke sekolah. Anak baru, anak lama. Mereka menurunkan anak-anak mereka di lobi. Guru-guru menyambut siswa dan orang tua. Memberi senyum dan mengucapkan selamat datang kepada mereka. Orang tua melanjutkan perjalanan menuju tempat pekerjaan. Sebahagian masih di sekolah, melihat anak-anak mereka.
Mengantar anak pada hari pertama sekolah bermakna penting tentu saja, peduli orang tua akan pendidikan anak-anak mereka. Pentingnya lagi, orang tua tak meletakkan anak mereka, di pundak penuh sekolah.
Ini Sekolah Kami
Dalam banyak penelitian tentang peran serta masyarakat dalam pendidikan, bentuk kedua berupa kemitraan sekolah dan masyarakat yang sederajat (equal partnership) merupakan strategi yang paling efektif dan memberi pengaruh besar terhadap hasil belajar siswa (Bauch and Goldring, 1998)
Di sekolah kami, orang tua tidak saja mengantar anaknya pada hari pertama sekolah. Pada hari lain, orang tua mengantar anaknya-dan menjemput tentu saja. Tidak, tidak itu saja, kami melibatkan orang tua dan masyarakat dalam banyak kegiatan sekolah.
Jauh sebelum anak-anak bergabung bersama sekolah, kami sudah menjalin jalan partisipasi dengan orang tua. Tahapan-tahapan seleksi masuk ke sekolah kami akhiri dengan proses wawancara dengan orang tua dan calon siswa.
Tahapan ini vital, ini masa mengkaji informasi calon siswa yang akan bergabung dengan kami melalui orang tua. Dan menjadi lebih penting, ini jalan mengetahui seberapa besar kepemahaman orang tua akan bakat, minat dan perkembangan anak mereka. Dan tahapan ini kerap sekali menentukan, apakah calon siswa diterima untuk bergabung di sekolah kami.
Setelah masa sekolah dan masa belajar aktif, kunjungan sekolah yang hampir disamakan dengan kunjungan ke rumah siswa-siswa dengan jutaan bermasalah, kami permak sepenuhnya. Kunjungan ke rumah siswa adalah kunjungan ke seluruh rumah siswa, kami lakukan dua minggu sekali, kunjungan tanpa tambahan embel-embel, anak-anak bermasalah atau bukan. Kami tengah melakukan bentuk kepedulian sekolah akan siswa. Harapan kami, ada ragam informasi baru yang kami peroleh tentang siswa dan orang tua siswa. Dan kepemahaman kami akan siswa melesat.
“Belajar yang rajin supaya tidak menjadi abang becak kayak abang,”