Datangnya Susi Susanti di pengurus PBSI awal tahun menciptakan banyak angin-angin segar. Ragam harapan digantungkan kepada Susi Susanti. Betapa tidak, di pengurusan tahun lalu, di banyak media, ruah ide yang disampaikan demi prestasi lebih baik untuk Indonesia. Dan itu menarik, sekaligus memberi harapan : Memperbaiki tunggal putri, Rangkap pemain dan regenerasi.
Namun bulan-bulan sudah ia duduk di Binpres, kegagalan-kegagalan terjadi:
Satu, Kepala Pelatih Tunggal Putri
Mengembalikan kejayaan tunggal putri, target besar Susi di kursi Binpres PBSI. Ragam tahap dilakukan mendapatkan pelatih tunggal putri. Janji awal, kepala pelatih tunggal putri akan diumumkan Februari, lalu bergeser pasca All England. Dan kini sudah September, tidak ada siapa siapa di bangku kepala pelatih.
Jadilah Minarti Timur dan Jeffer Robosin kelimpungan.
Dua, Kegagalan di Sudirman CUP
Tidak lolos ke babak 8 besar setelah kalah dengan India di fase grup tentulah kenangan buruk yang akan teringat sampai kapanpun. Dalih-dalih, segala evaluasi dapat dikeluarkan, tapi sejarah buruk telah tercatat di masa Susi ini.
Tiga, Rekor Buruk SEA Games
Dua emas di SEA Games 2017. Beregu putra dan tunggal putra. Sementara ganda campuran yang biasa lazim memberi medali, kali ini tanpa medali meskipun sekeping Perunggu. Pun ganda putri. Ada apa ini?
Empat, Rangkap Pemain?
Untuk beberapa pemain pratama, program rangkap sudah dilakukan. Â Tapi terasa belum maksimal. Rangkap hanya terjadi antar sesama sektor saja, tidak ada lintas sektor. Timbul pertanyaan, rangkap ini program yang dipaksakan karena kadung digembar-gemborkan?