Seperti yang diketahui, Modernisasi dianggap sebagai suatu keadaan diluar kendali yang tidak dapat dicegah. Artinya, semua masyarakat akan mengalami modernisasi seiring berjalannya waktu. Perubahan - perubahan marak terjadi dari aspek tata bahasa hingga pola kehidupan masyarakat. Nasionalisme kebangsaan yang luntur pada pemuda - pemudi Indonesia banyak terlihat dari berbagai sektor. Salah satunya pola kehidupan masyarakat, yaitu tata cara berpakaian dan juga kecintaan terhadap bangsa Indonesia.Â
Lalu, bagaimana dengan nasionalisme yang ada di suku Baduy? Apakah dengan menolak modernisasi masyarakat ini tetap mampu mempertahankan nasionalisme atau tidak? Mari kita telusuri lebih lanjut..Â
Buyut Pikukuh : Pengajaran Suku BaduyÂ
Suku Baduy merupakan masyarakat asli  yang menempati desa Cibeo, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Suku ini hidup secara terisolisir dari dunia luar. Memanfaatkan hutan lingkungan tinggal merupakan salah satu cara masyarakat Baduy untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Secara bijaksana pengelolaan hutan dilakukan untuk melindungi lingkungan tempat tinggal serta penyedia kebutuhan pangan dan ekonomi. Hasil produksi masyarakat Baduy kerap sekali dijajahkan kepada masyarakat sekitar dengan berjalan kaki hingga kiloan meter. Beberapa hasil produksi yang dikenal masyarakat sekitar adalah madu, koja (tas kulit kayu), dan alat pertanian seperti golok.Â
Corak masyarakat Baduy adalah ketertarikannya terhadap tradisi nenek moyang yang disebut buyut pikukuh. Semua aturan dalam tradisi suku Baduy sudah ditetapkan karuhun ( leluhur ) yang kerap disebut dengan buyut pikukuh (larangan leluhur). Sebagai komunitas masyarakat yang memiliki keistimewaan tetap menjaga tradisi nenek moyang yaitu buyut pikukuh, masyarakat Baduy juga tetap memiliki keberlangsungan hidup yang harmonis.  Buyut pikukuh memberikan pembelajaran akan kehidupan yang harmonis dimana manusia harus bersahabat, saling menjaga, dan mendidik dengan siapa saja.Â
Upacara Adat Seba : Tradisi Suku BaduyÂ
Salah satu implementasi kebudayaan Baduy yang berisikan makna adanya kewajiban mengasuh dan menghormati ratu sebagai bentuk praktik buyut pikukuh. Hal ini sama saja lembaga besar seperti pemerintahan di luar Baduy diakui oleh masyarakat Baduy
Masyarakat Baduy menunjukkan pemahaman bahwa nasionalisme adalah corak yang tidak bisa dipisahkan dengan tradisi. Meskipun nasionalisme masyarakat Baduy mengacu pada lingkup tradisional, namun dalam prakteknya menekan pada implementasi ketaatan adat istiadat pada lingkup spiritualitas. Walaupun nasionalisme masyarakat Baduy tergolong etno-nationalism akan tetapi bentuk nasionalismenya tidak berbenturan dengan nasionalisme kebangsaan. Nasionalisme masyarakat Baduy tidak bisa disamakan dengan nasionalisme masyarakat modern yang ada. Hal ini dikarenakan masyarakat Baduy menolak modernisasi dan menjalankan adat buyut pikukuh.
Pada era modernisasi saat ini nasionalisme kebangsaan Indonesia mengalami pengikisan. Kemunduran dalam tata bahasa, budaya, dan kepribadian bangsa Indonesia mulai marak dijumpai dikalangan remaja. Sebagai bangsa yang majemuk seharusnya nasionalisme harus berakar pada jiwa dan raga masyarakat Indonesia sebab dengan adanya nasionalisme ketimpangan dan perbedaan dapat teratasi dengan baik. Banyak hal yang dapat dilakukan sebagai masyarakat modern guna meningkatkan nasionalisme Indonesia. Salah satunya melalui penggunaan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.Â
Dengan demikian, masyarakat suku Baduy menolak dengan tegas adanya modernisasi dikarena modernisasi dianggap sebagai faktor pelemah tradisi asli suku Baduy, yaitu buyut pikukuh.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H