Mohon tunggu...
Anesca Titania
Anesca Titania Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi Universitas Riau

Mengetik dengan presisi dan kesempurnaan adalah hal yang selalu aku kejar. Setiap kata yang aku ketik mengalir dengan struktur yang rapi, memastikan tidak ada celah dalam tata bahasa maupun ejaan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teks Anekdot: Si Pemulung yang Buta Huruf

12 Oktober 2024   19:25 Diperbarui: 12 Oktober 2024   19:35 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Teks anekdot adalah jenis teks yang berisi cerita pendek yang lucu atau menggelitik, tetapi memiliki pesan atau sindiran terhadap suatu fenomena, kebiasaan, atau kejadian yang ada di masyarakat. Teks ini sering digunakan untuk menyampaikan kritik atau pandangan terhadap suatu masalah dengan cara yang tidak terlalu serius, namun tetap memberikan makna mendalam. 

Ciri-ciri teks anekdot antara lain:

  1. Lucu dan Menghibur: Mengandung unsur humor, yang bisa membuat pembaca tertawa atau tersenyum.
  2. Kritik Sosial: Biasanya menyelipkan sindiran terhadap suatu isu sosial, politik, atau perilaku tertentu.
  3. Singkat: Teksnya tidak terlalu panjang, biasanya hanya beberapa paragraf.
  4. Tokoh Terkait dengan Peristiwa: Sering melibatkan tokoh-tokoh tertentu, baik yang fiktif maupun nyata, yang berkaitan dengan masalah yang sedang dikritik.

Contoh: Si Pemulung yang Buta Huruf

Ketika sedang berjalan-jalan di kompleks, Bu RT melihat seorang pemulung tengah mencari barang bekas di tempat sampah. Ia pun segera menghampiri si pemulung. Bu RT: "Pak, sedang mencari apa di tempat sampah ini?" Pemulung: "Cari barang bekas, Bu, seperti botol plastik yang bisa dijual."

Bu RT lalu bertanya dengan nada tegas, "Bapak bisa baca nggak tulisan di gerbang masuk perumahan?" Pemulung yang terlihat bingung menjawab, "Tulisan apa itu, Bu?" Bu RT, dengan kesal, menjelaskan, "Di papan itu jelas tertulis 'Pemulung Dilarang Masuk'. Kenapa Bapak masih masuk?" 

Dengan tenang si pemulung menjawab, "Kalau saya bisa baca tulisan itu, Bu, mungkin saya nggak akan jadi pemulung."

Bu RT hanya bisa terdiam mendengar jawaban tersebut. Ia menyadari bahwa si pemulung tidak bisa membaca, jadi wajar kalau ia tidak tahu ada larangan. Bu RT pun merasa sedikit malu dan berlalu begitu saja, sementara si pemulung tetap melanjutkan pekerjaannya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun